PASRAH

397 37 24
                                    

"Kinara!"

Malam telah larut, Ilham masih setia menemani Kinara yang terbaring tak sadarkan diri di kamarnya. Tangannya pun tak lepas mengusap lembut perut rata Kinara.

"Sayang, baik-baik di dalam sana ya. Jangan nakal, kasihan Mama kalau sampai sakit."

Beruntung Ilham datang tepat waktu, saat Kinara limbung akibat merasakan sakit di kepala serta perutnya, wanita itu tak sadarkan diri dan jatuh di pelukan Ilham.

Menunggu Kinara yang tak kunjung siuman, Ilham memutuskan keluar kamar menemui kedua mertuanya, "bagaimana kondisi Kinara, Nak?"

Ilham merogoh saku celananya mengulurkan kotak kecil yang ia dapat dari Mbok Nah.

"Ya Allah, jadi Kinar benar-benar hamil?" Binar bahagia terpampang di wajah Tiara dan Hermawan.

"Tapi dia bilang kalau kalian-"

"Pasti dia bilang kalau kami belum melakukan apa pun kan, Ma. Keberuntungan menghampiri saya saat itu, Nara mengatakan cinta dan memberikan saya kesempatan. Tapi, rupanya takdir masih ingin menguji cinta kami dengan kepergian Feyz. Saya akan mencoba sekali lagi, jika gagal. Maka saya pasrah dengan keputusan Kinara."

"Ya Allah, kenapa harus serumit ini."

"Saya mohon, Pa. Jangan paksa Nara untuk mengingat lagi, biarkan semua berjalan semestinya. Percayalah, cinta kami mampu menghadapi semua ini dan akan berakhir bahagia."

***

Kinara membuka mata, melihat Ilham yang tidur dengan posisi duduk menelungkupkan wajah berbantalkan tangannya serta satu tangannya lagi bertengger di perutnya membuat wanita itu tersenyum kecil.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apa benar aku melupakan semuanya, tapi kenapa aku tidak bisa mengingat sedikit pun tentang dia."

Tangan Kinara tergerak membelai lembut kepala Ilham, wajah tampan suaminya itu terlihat begitu damai meski tergambar lelah yang sangat.

Melihat Ilham perlahan membuka mata, Kinara langsung mengangkat tangannya menjauh dari Ilham.

"Sayang, kamu sudah bangun?"

"Pergi kamu dari sini."

"Enggak, Nara. Aku nggak akan ninggalin kamu dan anak kita."

"Anak? Ngigo ya?" Walau sedikit gugup, Kinara tetap menyangkal, mencoba menahan laju air matanya, bersikeras mengusir Ilham agar kembali ke rumah mereka.

"Perlu kujelaskan sekali lagi, aku tidak membunuh Fey. Aku berusaha menolongnya, dia di keroyok preman. Tapi pada saat lengah, satu dari mereka mendorong Fey, dan saat aku berusaha mengangkat dia ke atas. Kamu datang, dan tautan kami terlepas karena aku kaget sama teriakan kamu. Tolong, Kinara. Apa pun permintaanmu aku mau, asalkan jangan pernah meminta perpisahan."

Ilham berlutut di depan Kinara yang masih setia berpaling muka.

Perutnya bergejolak, ingin sekali memuntahkan cairan seperti yang sudah-sudah tapi mati-matian ia tahan di depan Ilham.

"Lalu untuk apa kamu berbohong tentang masa lalu kita?! Kamu pembohong, Ham. Kamu pembohong!" Kinara yang merasa putus asa pada akhirnya menangis memukuli sang suami yang kini juga ikut menangis.

"Luapkan semuanya padaku, Sayang. Pukul aku, lakukan apa pun yang bisa membuat kamu lega. Asal setelah ini kamu berjanji tidak akan lagi meninggalkan aku lagi." Ilham menarik Kinara ke dalam pelukannya.

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang