KECEWANYA ILHAM

298 29 36
                                    

Sejak perdebatan mereka siang tadi, Ilham mengurung diri di ruang kerja nya, bahkan hingga tiba waktu makan malam ia tetap tak menampakkan diri. Lelaki itu asyik menuliskan isi hatinya di sebuah buku tebal, entah apa yang di bubuhkannya, yang pasti setelah melakukan itu ia selalu merasa lega.

Ilham teringat sesuatu, ia merogoh dompet nya di saku celana dan membukanya. Bibirnya tertarik membentuk senyuman pahit seusai menarik foto yang ia sembunyikan di bawah foto pernikahannya dengan Kinara.

Foto seorang gadis dengan tawa lepas tengah berada dalam gendongannya. Gadis cantik yang telah membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali nya di masa SMA.

Flash Back On

"Ciyee, Ilham dapat bunga." Beberapa orang teman di sebelah bangku nya menggoda.

"Apa sih." Ilham meraih setangkai mawar yamg memang selalu ada di mejanya setiap pagi ke tong sampah.

"Kamu kenapa sih nggak pernah mau terima bunga dari aku?" Gadis yang sama akan selalu muncul saat ia membuang bunga di mejanya. Gadis yang berani terang-terangan menyatakan cinta tapi selalu berujung ia tolak dengan cara halus maupun kasar. Tapi gadis itu tak pernah sekalipun putus asa.

"Harga diri sedikit lah jadi perempuan." Cibiran dari para siswa-siswi sekelas Ilham membuat gadis itu merengut kesal.

"Oke, Ilhamsyah Deva Edsa Putra. Mulai besok aku juga udah nggak akan mengganggu kamu lagi. Karena aku mau pindah ke Surabaya ikut orang tuaku. Sebetulnya, bunga tadi adalah bunga terakhir yang aku pikir bisa mendapat jawaban yang aku mau. Tapi nyatanya tidak. Dan aku sadar, kalau kamu terlalu tinggi untuk kuraih." Gadis itu berlalu pergi.

Merasa sebentar lagi adalah jam pulang, Ilham memutuskan mengejar gadis itu, gadis yang selalu ia abaikan ungkapan cintanya.

"Hei, tunggu."

Si gadis menoleh melempar senyum tipis, "ada apa lagi? Mau mengatakan terima kasih sudah tidak mengganggumu lagi kan? Sama-sama, maafkan aku yang terlalu mengharapkan kamu. Sampai-sampai aku lupa cara menjaga harga diri."

Ilham menarik gadis itu menuju parkiran, membantunya naik ke atas motornya lalu membawanya pergi tanpa sepatah kata.

Selang 15 menit, mereka sampai di taman kota, tempat yang gadis itu tahu adalah tempat favorit Ilham menghabiskan waktu dengan buku-buku tebal nya. Sebagai seorang calon pewaris Ganesha Groub, sebuah perusahaan di bidang textile yang amat sangat terkenal di Jakarta membuat Ilham harus banyak belajar perihal bisnis.

"Untuk apa kita kemari?"

"Aku sudah bilang, jadi cewek jangan gampangan ngungkapin cinta. Apalagi sama cowok yang kamu sendiri belum tahu jati dirinya."

"Siapa bilang aku nggak tahu jati diri kamu. Kamu itu anak tunggal kaya raya, pintar, famous, siapa sih yang nggak mau sama kamu, aku nya aja yang kepedean. Kupikir, aku bisa seperti Roshni Lovera yang bisa mendapatkan seorang Faisal Alexis hanya karena sebuah hukuman borgol. Tapi ternyata aku salah, itu hanya kisah Novel. Dan kisahku tak akan pernah seindah itu."

"Siapa bilang? Aku hanya nggak mau merendahkan seorang gadis. Jika kamu suka, kamu tanya balik aja. Kalau memang aku suka, aku yang akan menyatakan cinta. Jangan kamu, biar nggak dinilai rendah sama orang."

Senyum gadis itu terbit, "jadi kamu--"

"Ya, aku hanya menunggu saat yang tepat. Walau mungkin seperti nya saat ini pun juga belum tepat, tapi karena kamu mau pergi, aku mau bilang kalau ... Aku cinta sama kamu."

"Kenapa kamu nunggu aku di cibir lebih dulu buat menyatakan perasaan kamu."

"Karena aku belum punya nyali, aku takut kamu sama seperti yang lain. Yang hanya menginginkan kekayaan. Tapi ternyata aku salah, bahkan saat aku pulang jalan kaki. Kamu masih mau menemani aku."

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang