CEMBURU?

312 25 48
                                    

     Hari sudah hampir sore, dengan langkah tak sabar Ilham memasuki rumah besar nya.

"Disti, di mana Nona?"

"Ada di kolam renang, Tuan Muda."

"Terima kasih." Belum sempat Disti menganggukkan kepala, Ilham sudah lebih dulu menuju halaman belakang di mana kolam renang berada.

"Pa, Ma, aku kangeen banget sama kalian."

Bertepatan dengan kehadiran Ilham, Kinara memandangi foto kedua orang tua nya di ponsel.

"Mama tahu nggak? Ilham jahat. Masa, dia seenaknya buka kancing baju, terus sampai kantor malah dibenerin sama cewek nya."

Ilham bersedekap menunggu celotehan Kinara selanjutnya. Lelaki itu terlihat begitu intens memandang sang istri yang membelakanginya.

"Dia selalu bilang, kamu istri saya. Saya suami kamu, tapi dia nggak pernah nemenin Kinara, Ma. Mama sama Papa dapat orang kayak dia di mana sih? Bisa-bisanya aku di kacangin terus. Dikira nya kacang nggak mahal apa?"

Celotehan-celotehan random itu berhasil membuat senyuman tercetak di bibir Ilham.

"Dia suka sekali mengabaikan aku. Apa dia nggak tahu kalau aku nggak suka di abaikan? Seenaknya saja dia pergi ke mana-mana tanpa aku. Sama perempuan lain lagi."

"Ekhem! Maaf ya, saya tidak tahu jika kamu nggak suka di abaikan." Bisik Ilham tepat di telinga kanan Kinara.

Gadis itu terkesiap, jantungnya seakan berhenti detik itu juga mendengar deep voice Ilham. Tapi sejurus kemudian ia memilih memasang wajah datar, beranjak pergi tanpa sedikit pun menoleh atau menjawab kalimat Ilham.

"Kinara, saya sedang bicara sama kamu."

Ilham berusaha mengejar Kinara yang melangkah cepat menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Lepas!" Satu kali sentakan tangan Kinara lepas dari genggaman suaminya. Gadis itu berjalam cepat masuk kamar lalu menuju ke kamar pribadinya.

"Hei, tunggu." Ilham menarik Kinara lalu menghempaskan gadis itu ke ranjang king size nya yang bersprei merah muda. Mengungkung nya di sana sembari melempar senyum tipis.

"Kamu kesal sama saya?"

"Enggak, minggir!" Kinara berusaha kuat mendorong Ilham namun tak berhasil.

"Mulai besok, tugas kamu memakaikan dasi saya."

"Nggak! Suruh aja pacar kamu itu."

"Tapi itu tugas kamu sebagai istri saya. Bukan tugas orang lain."

"Minggir!" desis Kinara. Dan itu hanya ditanggapi dengan sebuah senyuman oleh Ilham.

"Saya suka kamu cemburu. Karena itu artinya, kamu mulai jatuh cinta sama saya."

"Jangan mimpi."

"Untuk apa bermimpi, kalau semuanya nyata."

"Aku bilang minggir!"

Bukannya bangkit, Ilham justru merebahkan tubuhnya memeluk Kinara, membenamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu, menghirup aroma wangi yang selalu menjadi favoritnya.

"Diam sebentar, saya capek."

"Capek itu istirahat." Darah Kinara berdesir kala napas hangat Ilham menerpa kulit lehernya.

"Bisa peluk saya sebentar?"

"Duh, mati aku. Kenapa jadi deg-degan begini, kenapa rasanya--"

Tapi tanpa sadar, tangan kiri Kinara terulur mengusap punggung kokoh Ilham. Terasa damai dalam benaknya saat melakukan itu. Bahkan kini, tangan kanannya ikut membelai rambut Ilham yang terasa sedikit basah oleh keringat.

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang