BANDEL

300 27 14
                                    

"Aaa!!"

Ilham berlari cepat menuju halaman rumah. Di sana, Kinara telah bersimpuh di lantai dengan tangan yang terus memijit kakinya. Air mata gadis itu mengalir deras saat gagal berusaha berdiri.

"Nggak usah peduli padaku!" Bentak Kinara di sela tangisnya saat Ilham hendak membantu.

"Kamu itu istri saya, tanggung jawab saya." Tanpa mempedulikan omelan Kinara, Ilham langsung memposisikan tangannya di punggung dan di belakang lutut gadis itu, menggendongnya ala bridal style.

"Disti, ambilkan saya es batu untuk mengompres kaki Nara."

"Heh, siapa lagi Nara?! Namaku Kinara, jangan pernah mencoba mengubahnya."

Disti memandang sekilas pada saudari kembarnya sebelum bergegas menuju dapur. Mengambil baskom, kemudian mengambil es batu di kulkas, lalu memberinya sedikit air.

"Aku bilang lepasin, kamu ngeyel banget sih!" Kinara memukuli dada bidang Ilham meminta di turunkan.

"Aauu." Kinara meringis saat lelaki itu menurunkannya di ranjang, meluruskan kakinya sebelum kemudian melepas sendal rumahannya.

"Tahan sebentar." Ilham memegang kaki Kinara lalu mencelupkan handuk kecil pemberian Disti pada air es batu.

Melihat suaminya sibuk mengompres kakinya, Kinara tertegun sejenak. "Padahal tangan dia aja sakit, tapi dia masih sibuk merawatku."

Sesekali Ilham meringis menahan sakit saat tangannya yang terluka terkena air. Perih.

"Distaaa!" Teriaknya.

Merasa namanya di panggil, Dista pun berlari mendekat, "iya, Non. Ada apa?"

"Tolong ambilkan P3K." Pinta Kinara.

Dista mengangguk, berjalan pergi mengikuti perintah istri majikannya itu.

"Buat apa?" Ilham bertanya tanpa melihat sedikitpun pada Kinara.

"Mata aku belum buta buat ngelihat tangan kamu yang luka."

"Masih peduli pada saya?"

"Kamu maunya apa sih? Salah terus aku di depan kamu."

"Saya nggak bilang kamu salah."

"Tapi kamu ngomong gitu sama aja. Emangnya aku nggak boleh ngobatin luka kamu, jelek-jelek begini aku masih punya hati."

"Iya, tapi sayang. Hati kamu bukan buat suami kamu."

Mendengar ejekan Ilham seketika Kinara menarik kakinya yang sakit.

"Kamu bandel banget sih, kaki kamu keseleo, kalau telat ngompres bisa jadi bengkak."

"Nggak usah sok peduli."

"Non, ini kotak obat nya." Kedatangan Dista menghentikan perdebatan Kinara dan Ilham. Meski kakinya terasa nyeri, Kinara tetap berusaha mengobati luka Ilham dengan begitu telaten.

"Belajar dari mana kamu soal mengobati luka? Kamu kan gadis manja."

Kinara melirik sesaat sebelum melanjutkan aktifitasnya, "dari Fey, dia kan calon Dokter."

Seketika Ilham menarik kasar tangannya, "Ilham!!" bentak Kinara.

Bugh!

Ilham memukul tembok di samping ranjang, melirik tajam pada Kinara sebelum berjalan pergi. Kinara menangis. Entah mengapa hatinya sakit melihat Ilham menyakiti dirinya sendiri.

Ilham kembali ke kamar, membuka almari lalu mengambil baju. "Biar aku obati luka kamu dulu, itu tangan kamu berdarah lagi, Ham. Nanti infeksi."

"Mati pun saya tidak peduli," desis Ilham.

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang