MAAFKAN AKU

319 30 33
                                    

Malam semakin larut, Kinara dibuat kelimpungan akibat Ilham yang tak pulang-pulang bahkan hingga kini jarum jam telah lewat pukul 12 malam. Ke mana lelaki itu? Apa yang ia perbuat di luar sana? Hanya pemikiran buruk yang berkecamuk di pikirannya.

Sampai pada akhirnya, pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Ilham yang berantakan. Tepi bibirnya berdarah. Baju putih yang dipakainya terlihat kotor dan koyak di beberapa bagian.

Kinara yang khawatir serta merta melompat dari ranjang menghampiri suaminya itu.

"Ham--" Ucapan Kinara terhenti saat Ilham melewatinya begitu saja. Pria itu memasuki kamar mandi setelah mengambil baju di koper.

Hati Kinara terasa sakit. Namun, ia tahu kesalahan fatal yang ia lakukan. Ia pun tak bisa banyak protes kala Ilham mendiamkannya. Hanya saja, kenapa hatinya sakit sekali. Ada kah yang salah?

Sepuluh menit menunggu, akhirnya suaminya keluar, dengan keadaan yang lebih fresh, meski wajah tampannya terlihat membiru di beberapa bagian.

Lelaki itu mengambil bantal dan menuju sofa, mengabaikan dirinya yang masih setia duduk di tepi ranjang.

Baru beberapa saat terpejam, Ilham kembali membuka netranya saat usapan lembut tangan Kinara menyentuh luka di tepi bibirnya. Terasa perih, tapi entah mengapa tangan Kinara membuat nyeri yang di rasakannya sedikit mereda. Obat kah tangan istrinya itu?

Perlahan Ilham menepis tangan Kinara agar menyingkir, sebelum kemudian ia mengambil posisi miring.

"Maaf." Kinara menunduk dalam, setetes air hangat menimpa punggung tangan Ilham. Lelaki itu memejamkan mata rapat-rapat dan membuang napas kasar.

"Tidurlah, sudah larut." Titahnya dingin, bahkan lebih dingin dari hawa di luar sana bagi Kinara.

"Aku-"

"Tidurlah, saya juga mau tidur."

"Ham, aku tahu aku salah, tapi-"

"Saya capek." Tukas Ilham cepat.

"Biarkan aku obati luka kamu dulu, baru kamu tidur."

"Terima kasih." Ilham kembali menepis pelan tangan Kinara yang hendak mengobati luka robek di tepi bibirnya.

Seketika air mata Kinara semakin mengalir deras, gadis itu tak berani menatap Ilham karena takut hatinya semakin sakit kalau lelaki itu mengabaikannya.

"Aku nggak sengaja." Cicit Kinara. Lirih, bahkan kelewat lirih hingga hampir tak terdengar.

"Tidur. Sudah malam."

Merasa kehabisan akal dan tak membuahkan hasil, Kinara pun beranjak menuju tempat tidur. Tak sedikitpun Ilham berniat menyusul. Rupanya, pria itu benar-benar sakit hati atas ucapannya yang salah menyebut nama.

"Maafkan aku, Kinara. Hatiku terlampau sakit. Bahkan saat aku yang melakukannya, kamu masih menyebut nama lain. Tuhan, biarkan aku tetap waras di tengah hatiku yang terluka parah. Aku hidup, tapi rasanya mati."

Air mata Ilham meleleh. Buru-buru lelaki itu mengusapnya dan mulai memejamkan mata.

***

Esok harinya, Kinara, Ilham, dan juga kedua orang tua Kinara tengah sarapan pagi. Meski di abaikan, Kinara tetap berusaha untuk melayani Ilham di depan kedua orang tua nya.

"Ham, itu muka kamu kenapa biru-biru begitu?" Tiara bertanya khawatir. Pasalnya, tampak jelas bagian rahang dan tepi bibir Ilham yang membiru.

"Nggak apa-apa, Ma. Semalam ada yang mencegat pas saya pulang."

KATAKAN CINTA PADAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang