Tarr!!
Suara petir diluar sana begitu memekakkan telinga. Cahaya sekilas yang terang benderang membuat Kinara memejamkan mata dan menutup telinga rapat-rapat.
"Deva, aku takut." Wanita itu menangis. Meringkuk di sebuah ranjang king size sebuah kamar mewah.
"Deva," lirihnya. Air mata Kinara semakin deras. Hujan dan petir disertai angin kencang seperti ingin merobohkan rumah. Ingin rasanya ia lari. Ia yang terbiasa berada di pelukan Ilham di suasana seperti ini, kini harus melawan ketakutannya sendirian.
Prangg
Ilham terhenyak saat figura photo pernikahannya dengan Kinara terjatuh. Kaca pelindungnya hancur berantakan di lantai kamar.
"Sayang, kamu di mana?" Ilham berjalan cepat hendak mengambil photo itu, bahkan mengabaikan kakinya yang menginjak pecahan-pecahan kaca hingga membuat lantai memerah karena darahnya.
"Ya Allah, lindungi istriku di manapun dia berada." sekali lagi, telunjuk Ilham tergores pecahan kaca yang sengaja ia sibakkan untuk membersihkan photo pernikahannya itu.
"Sayang, kembalilah."
***
Sudah lewat sebulan Kinara terkurung di rumah mewah milik Fahril. Rupanya obsesi pemuda itu semakin menjadi setelah Kinara memaksa untuk meminta pulang pada sang suami.
Dengan tipu daya nya, Fahril berhasil membawa Kinara ke rumah besar nya yang terletak jauh dari kota.
Bahkan dengan segala cara, pemuda itu mempertahankan gadis pujaannya tanpa ingin tahu jika si gadis telah bersuami.
Ceklek
Pintu terbuka menampakkan asisten rumah tangga Fahril.
Wanita baya itulah yang membuat Kinara bisa sedikit mengobati rasa rindu pada sang ibu. Kelembutannya, kasih sayangnya, juga banyaknya petuah-petuah untuk ia bersabar menunggu waktu yang tepat untuk pergi dari sana membuat Kinara tak merasa sendiri.
"Bu, aku kangen suamiku."
"Non, tenang ya. Hari ini kita punya celah, kita lakukan hari ini."
"Benarkah, Bu?" Nani, Fahril menyebutnya. Wanita itu selalu berusaha membantu Kinara untuk pergi. Tapi sayang, selalu saja gagal.
"Aku takut, Bu."
"Takut apa, Non?"
"Takut seperti yang sudah-sudah."
"Jangan khawatir, Non. Nanti Non temui seseorang ya, dia yang akan membawa Non pergi dari sini."
"Benarkah, Bu? Tapi, hampir di setiap sudut rumah ini ada CCTV. Bagaimana kalau kita ketahuan. Aku nggak mau Ibu menjadi korban." Kinara memandang memelas pada wanita di depannya kini.
Ia ingin lari, ia ingin pulang, tapi ia tahu jika ia melakukannya, maka bu Nani lah yang akan menerima konsekuensi.
"Maafkan Ibu ya, Non. Ibu tidak bisa membantu banyak."
"Tapi, Bu. Kemana lelaki itu? Kenapa Ibu yakin kalau dia tidak akan pernah tahu kalau aku pergi dari sini?"
Bu Nani membisikkan sesuatu di telinga Kinara. Beberapa saat, gadis itu mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATAKAN CINTA PADAKU
RomanceMenjadikan dia milikku nyatanya tak seindah yang ada dalam bayanganku. Impian merajut cinta dipaksa patah karena kebenciannya terhadapku. Ilhamsyah Deva Edsa Putra "Aku percaya, sebencinya hatimu. Satu hari nanti akan kau katakan cinta padaku." Apak...