pergi ke tempat yang jauh

349 41 1
                                    

Bandara xx

Hari keberangkatan jenan pun tiba, hari ini ia akan pergi jauh meninggalkan negri kelahirannya untuk pendidikan dan masa depannya, katanya.

Pukul 09.00 pagi ia dan kedua orang tuanya sudah ada dibandara. Jenan berdiri dengan satu koper besar dan tas di punggungnya. Sebentar lagi ia akan berangkat.

Doni dan juga Yuna mengantar jenan kebandara sekaligus perpisahan dengan putra tunggalnya.

Sedari tadi yuna tak melepaskan genggaman tangannya dengan anaknya ia masih tidak rela jika harus berpisah dengan anaknya meski hanya keluar negeri tapi ia merasa berat sekali.

Sedari tadi matanya memerah berusaha menahan air matanya agar tak jatuh, selain karna tak ingin berpisah dengan putra kesayangannya, ia juga sedih melihat tatapan kosong anaknya ia tau ini semua bukan keinginan jenan, tapi mau bagaimanapun keputusan tetap ayahnya yang memutuskan.

Setuju ataupun tidak,  tidak akan merubah apapun. Doni akan tetap pada pendiriannya.

Panggilan itu pun terdengar yang menandakan pesawat yang jenan tumpangi akan lepas landas.

"Ibu aku pergi dulu, jaga kesehatan dan jangan banyak makan makanan yang manis, aku mencintaimu ibu" jenan tersenyum kepada ibunya menghapus air mata yang jatuh dari mata indah ibunya.

"Kenapa menangis" tanya jenan.

Yuna tak sanggup melihat putranya ia tau anaknya itupun sama sedihnya tapi masih bisa ia tutupi. Putranya, kesayangannya akan pergi jauh darinya hanya karna melindungi seseorang yang disayanginya.

"Maafkan ibu yang tak bisa berbuat apa-apa nak, ibu janji akan menjaga kekasihmu selama kau pergi jauh" Yuna tersenyum dengan tangan yang sibuk menghapus air matanya.

Untung saja Doni pergi jauh mengangkat telfon dari kantor kalau tidak ia akan mendengar percakapan ibu dan anak itu.

"Terima kasih Bu, tolong jaga rain untukku" Jenan senang setidaknya ibunya mendukungnya.

"Berjanjilah untuk kembali dengan selamat dan membuat rain bahagia"

"Ibu mencintaimu, putraku" dengan itu Yuna mengecup kening putranya dengan air mata mengalir di pipinya, entah kapan kebahagiaan akan menghampiri putranya.

Tak lama dari itu Doni datang, Yuna segera menghapus air matanya dan melepas pelukannya.

"Ayah... Jenan pergi dulu, jaga kesehatan ayah jangan terlalu lama bekerja"

meskipun jenan suka membangkang perkataan ayahnya tapi ia tetap menyayangi ayahnya bagaimanapun sifat ayahnya.

Donipun juga menyayangi putranya hanya saja ia tak suka jika keinginannya tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Kerasnya Doni itu demi kebaikan anaknya, setidaknya itu menurutnya.

"Yah pergilah, belajar yang benar dan jadilah anak yang bisa diandalkan mengerti" tegas Doni.

"Iyah ayah"

Jenan melangkah menjauh dari ibu dan ayahnya. Tidak jauh dari mereka rain pun ada di tempat sama memandang dari jauh kepergian kekasihnya, ia menunggu sedari pagi hanya untuk melihat jenan pergi tapi tak bisa menghampiri disaat tuan abitama ada disana. Ia tidak berani.

Rain memandang sedih kepada punggung jenan yang mulai menghilang, air matanya tiba-tiba jatuh ia begitu sedih karna orang yang ia sayangi pergi jauh darinya.

"Pergilah dengan selamat, rain akan menunggu kakak kembali sesuai dengan janji yang kakak ucapkan" rain tersenyum getir, bibirnga bergetar, air matanya tak henti-hentinya jatuh ia telah kehilangan pijakannya.

"Aku menunggumu pulang.....jenan" 

Perpisahan mereka hanya sebatas itu. dari kejauhan, rain tak berani menghampiri dan memberi pelukan perpisahan karna orng tua jenan ada disitu. 

Rain kembali pulang dengan mata sembab ia sedih karna jenan pergi.

Tak berbeda jauh dengan rain jenanpun sama kacaunya, ia telah duduk nyaman di dalam pesawat matanya memandang kebawa ketika pesawat mulai terbang menjauh dari negeri tempat asalnya, air matanya jatuh, ini belum lama tapi ia sudah merindukan seseorang.

"Belum genap berapa jam aku pergi tapi rasa rindu ini sudah menyiksaku rain.... Aku merindukanmu..cintaku"

"Tunggulah sebentar lagi, aku janji akan menemui mu" jenan memandang sedih keluar pesawat.
Bayangan rain yang menangis saat ia mengatakan akan pergi itu menyakitinya.

Kebahagiaan itu seakan sulit untuk jenan raih, penghalangnya justru ayahnya sendiri. Aturan ayahnya seakan membunuhnya secara perlahan. Bahkan untuk jatuh cintapun ayahnya akan melihat dulu seperti apa orang yang dicintai oleh putranya, pantas atau tidak.






Jangan lupa  berikan bintangnya 🤭. Terima kasih,. Semoga rasanya tersampaikan yaa .. 🥺😔

Dream (noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang