maaf

401 44 0
                                    


Langkah kakinya begitu pelan masuk kedalam ruangan dimana jenan dirawat, dengan memakai pakaian khusus saat ingin menjenguk pasien rain berdiri disamping brankar jenan, ia merasa begitu buruk karna baru mengetahui kondisi jenan sekarang. matanya menatap lurus pada mata jenan yang terpejam. Sudah dua minggu jenan terbaring diruangan dingin ini, dan itu membawa perubahan yang begitu besar pada kekasihnya, jenannya terlihat mulai kurus, belum lagi tubuhnya begitu pucat.

Cukup lama rain hanya diam berdiri fokus menatap jenan hingga tanpa sadar ia tersenyum.

Ia tersenyum ketika kembali teringat saat-saat mereka bersama, semuanya masih terekam jelas dalam ingatannya. Rain tak dapat melupakan semua bahagia yang ia dapatkan dari jenan, jenan memberikan semua yang tak pernah rain dapat sebelumnya.

Senyum yang semula tersemat pada ranumnya perlahan luntur dan berganti dengan isakan yang mulai keluar. Bahagia yang ia nikmati saat bersama jenan begitu rain jaga sampai dimana dunia seakan tak membiarkannya bahagia meski untuk sebentar saja, kabar mengenai pertunagan kekasihnya dengan orang lain begitu menyakitinya, ia begitu terluka dan kecewa. Namun sekecewa apapun ia kepada jenan, ia tak pernah bisa menaruh rasa benci sedikitpun.  Bagaimana mungkin ia membenci seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya.

Hari disaat ia bertemu jenan dibawah hujan saat itu, ia hanya mencoba menghindar dengan cara berkata sesuatu yang cukup kasar, rain tak menemukan cara lain untuk menghindar selain memaki jenan saat itu. Dan ternyata itu berdampak besar bagi jenan dan kemalangan itupun terjadi, jenan seperti ini karnanya, karna ulahnya.

"Maaf~~~~" hanya kata itu yang mampu rain ucapkan, menatap dengan nanar tubuh yang saat ini dipenuhi oleh alat-alat yang membantu jenan tetap bernafas. Rasa bersalahnya kian besar melihat jenan terbaring dalam kondisi kritis.

Dengan tangan yang sedikit gemetaran rain memegang tangan itu, dulu..tangan ini yang selalu mengusap setiap helaian rambutnya. Jari-jari ini yang dulu selalu tersemat diantara jari-jari tangannya. Namun tangan itu kini terlihat begitu pucat dan juga terasa dingin.

"Kak..... Aku datang" dengan nafas yang tercekat rain berusaha menyelesaikan ucapannya sambil memegang jari kelingking jenan.

"Maafkan aku yang baru datang sekarang....kau pasti merasa kecewa"

"aku sudah mengetahui semuanya, maaf.... Seharusnya aku mendengarkan penjelasanmu dulu, seharusnya aku mengesampingkan rasa kecewaku dulu, seharusnya...." mata rain mulai memerah sedikit lagi air diujung matanya pasti akan jatuh jika ia berkedip sedikit saja. "Seharusnya aku bisa lebih mengerti keadaannya....maaf~~~~"

Air mata rain jatuh tanpa diminta saat ia menutup mata, ia merasa begitu buruk karna membuat jenan jadi seperti ini, ia terlalu kekanak-kanakan sehingga kemarahan dan kekecewaan memenuhi dirinya dan berakhir melukai jenan tanpa sengaja.

Kata seandainya pun tak lagi berguna saat keadaan sudah seperti ini, rasa menyesalpun percuma jika semua tak dapat kembali seperti semula.

" Kumohon bangun...." Rain berlutut dengan tangan yang tetap memegang jari jenan, jidatnya kini bersandar pada brankar tempat jenan terbaring.

"Jangan menghukumku dengan cara seperti ini....aku tak menyukainya"

"Kau boleh membentakku, kau boleh memakiku sesuka hatimu, kau boleh memusuhiku..tapi kumohon bangun. Jangan menutup matamu...hiks"

"Hiks....kau mengatakan ingin membahagiakan ku tapi kenapa justru sekarang kau seperti ini, dasar pembohong....jangan mengucapkan janji yang tak sanggup kau tepati bodoh...."

"Kak ~~~~hiks ayo bangun, kau sudah berjanji akan kembali untukku, sekarang aku menagih janji itu.....hiks....ayo berjuang bersama, kau tak akan sendirian lagi menghadapinya..."

"Hiks....hikss..." Rain meratapi semua yang telah terjadi, semuanya karna kesalahannya.

"Kak jenan?...." Rain terkejut saat jari yang ia genggam terasa bergerak, ia segera bangkit memastikan. Rain menghapus air matanya dan terkejut saat jari itu bergerak lagi, ia melihat monitor yang berbunyi....

Tit...tit....

Jantungnya berdetak dengan kencang, apa semuanya baik-baik saja?. Rain tak tau harus berbuat apa saat jari jenan bergerak lagi kini lebih kentara.

Ia dengan cepat menekan tombol yang ada dibawah brankar memberitahu bahwa terjadi sesuatu....

Keadaan diluar ruangan jenan, memang sunyi dikarenakan yuna menyuruh untuk jemian dan marko diam termasuk sena yang ada disana saat ini.

Memang tadi saat rain masuk keruangan rawat, sena datang tak lama setelahnya dan juga jemian menyusul bersama marko. Awalnya sena ingin masuk namun dengan dingin yuna menahan sena dan berkata bahwa rain sedang ada didalam.

Jemian maupun marko terkejut ternyata bibi yuna benar-benar menghampiri rain.

Marko memang berencana memberitahu rain semuanya tapi saat itu ia menanyakan terlebih dahulu kepada bibi yuna, tapi tak menyangka bahwa bibi yuna yang ternyata lebih dulu menghampiri rain.

____

Keadaan semakin tegang saya mereka melihat dokter dan beberapa perawat datang dengan terburu dan masuk keruangan jenan dirawat, yuna mencoba masuk namun segera di yang ditahan salah satu suster untuk tetap berada diluar.

...
Ruangan terbuka dengan cepat disana dokter dan suster segera memeriksa keadaan jenan, rain berjalan mundur kesudut ruangan, ia masih terkejut.

Rain berdoa dalam hati, semoga jenan baik-baik saja. Saat rain sibuk melihat kearah jenan yang sibuk diperiksa, salah satu suster menyadari keberadaannya.

"Anda bisa menunggu diluar, pasien akan di tangani terlebih dahulu.

Suster itu meminta rain untuk keluar karna ini merupakan tempat yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Mau tidak mau rain terpaksa keluar.

Saat rain berbalik ia terkejut karna ternyata tak hanya dirinya dan juga ibu jenan, tapi juga jemian dan Marko, dan juga Sena.










Matanya bertemu langsung dengan tatapan datar sena.... dari tatapan itu rain sudah tau maksudnya....Wajar jika Sena melihatnya seperti itu....rain salah karna telah lancang datang tanpa sepengetahuan dan izin dari tunangan jenan....













Ia jelas tau letak kesalahannya......

Dream (noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang