seperti de javu

390 46 1
                                    

Aroma harum sudah tercium di apartemen rain karna ia sudah memasak sarapan dari awal pagi tadi. Semalam taeyon menelfonnya dan mengatakan bahwa toko akan dibuka lebih cepat dari jam biasanya, karna pesanan dari salah satu klien akan dijemput hari ini.

Setelah sarapan yang dibuat telah siap, rain segera menatanya keatas meja makan kemudian rain beranjak menuju kamarnya untuk mandi dan memakai pakaian kerjanya.

Setelah menghabiskan waktu sekitar limabelas menit untuk sarapan dan memakai sepatu rain segera turun menuju basement.

Hanya butuh waktu 5 menit berjalan kaki, rain sudah sampai ditoko bunga milik taeyon imo.

"Huh? Taeyon eomma sudah datang?" Taeyon lebih dulu datang ketoko ternyata dilihat dari pintu yang sudah terbuka dan juga beberapa bunga juga sudah tertata rapi didepan toko.

"Selamat pagi" sapa rain.

"Selamat pagi juga~~~" taeyon balas dengan sapaan hangat dan ceria. Hari ini sepertinya taeyon eomma begitu bahagia dilihat dari raut wajahnya yang berseri. Sejak mengetahui bahwa rain ternyata berasal dari negara yang sama dengannya, taeyon memutuskan akan menggunakan bahasa Indonesia saja jika berbicara dengan rain. Agar lebih muda dalam berbicara.

"Eomma kenapa terlihat begitu berseri hari ini?" Rain bertanya dengan nada sedikit menggoda. Taeyon yang mendengar itu tertawa apa sangat terlihat?.

"Hahah apa begitu terlihat?, eomma hari ini begitu senang karna hari ini ayah Sena datang"

"Benarkah?" Rain ikut senang mendengarnya akhirnya setelah sekian lama ayah sena datang lagi berkunjung untuk menemui istrinya. Rain dapat melihat kebahagian yang terpancar dari mata taeyon imo. Siapa yang tak bahagia jika akan bertemu dengan orang yang dicintai.

Rainpun akan merasa bahagia jika bertemu dengan orang dicintainya...seperti kemarin.
Rain tersenyum lembut, tuhan mengabulkan doanya kemarin, ia dapat melihat jenan meski untuk yang terakhir kali, dan ternyata jenan benar-benar ada didepannya kemarin meski seperti orang asing tapi rain tetap merasa senang.

Tak lama pintu kembali menampilkan sena dan juga jenan, rain segera memalingkan wajahnya saat tak sengaja melihat jenan yang juga ternyata melihat kearahnya.

Entah kenapa rain merasa jenan seperti mengawasinya, ia bukan merasa begitu percaya diri tapi tatapan mereka selalu bertemu tanpa sengaja, membuat rain tak bisa fokus dalam menata bunganya.

"Renjun, eomma akan pergi menjemput ayah sena bersama sena kamu bisakan eomma tinggal sebentar?" Taeyon mendapat telfon dari suaminya yang ternyata sudah tiba dan sedang menunggu dibandara.

"Iya eomma tak masalah renjun akan menjaga toko dengan baik tenang saja" rain tak masalah jika ditinggal sendiri di toko, iyakan sudah terbiasa, lagian ini masih pagi pasti belum banyak orang yang akan datang.

"Tenang saja jenan ada disini menemanimu" jawab taeyon..

"Eomma!" Sena yang mendengar itu keberatan. Kenapa ibunya malah membiarkan jenan dan rain disini berdua!.

"Eh?...memangnya kenapa?" Taeyon terkejut karna putrinya tiba-tiba berkata dengan sedikit membentak, memangnya kenapa kalau jenan ada disini?.

"Jenan akan ikut dengan kita kenapa malah menyuruh menemani dia!" Sena berkata sambil menunjuk pada rain yang menunduk.

"Sena..." Jenan tak habis fikir kenapa sena bisa berbicara seperti itu dan lagi Sena tidak sopan menunjuk renjun seperti itu. Jenan merasa tak enak apalagi melihat renjun seperti takut, terbukti dengan dia yang hanya menunduk serta sibuk memilin kain lap yang dipegang.

Dream (noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang