dream 🌌

951 57 8
                                    






Lorong rumah sakit itu kini terisi oleh keheningan diantara semua orang yang duduk disana. Jenan masih betah dalam keterdiamannya juga doa diantara semua rasa kalutnya. kemeja putihnya yang terhias darah itu tak jenan pedulikan. Pelipisnya sudah diberi pertolongan tadi. Siku juga goresan pada pipinya sudah diberi alkohol.

Yuna disana duduk dengan diam. Ia begitu terkejut saat mendapat panggilan dari jemian yang mengatakan jenan dan rain terkena musibah.

Sena juga ada disana masih dengan gaun pengantinnya, Matanya masih sembab akibat menangis. Taeyon juga tuan Park sedari tadi hanya diam ditempatnya.

taeyon masih terdiam membisu,  Kemungkinan buruk kini mulai menghantui kepalanya. Rasa bersalah itu kian membesar saat mengetahui berita ini. perkataannya yang menusuk tempo hari membuat taeyon kini hanya bisa merutuki dirinya.

Yuna menatap sena yang masih berdiri diam didekat pintu darurat itu. Ruang operasi itu masih menampilkan lampu berwarna merah. Operasinya masih berjalan.

"Kenapa kau tiba-tiba membatalkan pernikahannya" Yuna bertanya pada Sena yang saat ini melihat kerahnya juga.

"Kemarin aku berdebat dengan jenan karna rain, jenan begitu marah saat aku mengatakan hal yang tak pantas mengenai rain, aku juga bertengkar dengan ibuku karna ibuku membela rain. Rain tak pernah menemukan bahagia dalam hidupnya selama ini, dan aku...dengan seenaknya mengatakan pada rain bahwa ia telah merebut kasih sayang kedua orang tuaku" Sena melirik kearah ibu dan ayahnya yang masih betah tertunduk dan berdoa untuk keselamatan rain. "Aku telah menghancurkan kebahagian rain yang saat itu hanya ingin merasakan kasih sayang orang tua melalui ibu dan ayahku".

"Rain selama ini hidup dengan bahagia yang bahkan begitu sulit ia rasakan....aku akan begitu jahat jika jenan yang menjadi pusat bahagianya aku juga merebutnya" Sena melirik kearah Yuna yang masih menatapnya dengan lekat.

Jenan sedari tadi tak bisa tenang, tangannya terkepal menyatu. Berdoa kepada tuhan untuk keselamatan rain.

Lampu pada pintu darurat itu akhirnya berubah menjadi hijau. Juga pintu yang perlahan terbuka dan diikuti dokter yang juga keluar, melapas masker yang menutupi wajahnya.

"Wali pasien?" Tanya dokter. Yang berhasil mengalihkan tatapan semua orang yang ada disana.

Jenan yang mendengar itu segera berdiri.

"Saya ayahnya, bagaimana keadaan anak saya dok" tuan Park segera berdiri menghampiri dokter yang saat ini juga melihat kearahnya.

"Pasien mengalami luka parah akibat kecelakaan tadi. Pendarahan yang dialaminya hampir membuat pasien kehilangan nyawanya". Ucap sang dokter.

Perkataan itu membuat semua Yang ada disana menahan nafas. Termasuk jenan.

"Syukurnya pasien kuat, dan mampu melalui semua dengan baik meski harus kehilangan nafasnya selama beberapa detik" jenan merasa kehilangan pijakannya. Rainnya terluka separah itu.

"Tapi.." semuanya kembali terdiam menyimak perkataan dokter selanjutnya.

"Akibat tabrakan itu, pasien mengalami patah tulang pada kakinya, pasien dinyatakan lumpuh" ucapan itu berhasil membuat semua yang ada disana terdiam.

Juga seseorang yang baru saja tiba dilorong rumah sakit itu menghentikan langkahnya.

"A-apa?" Tuan Park tak tau harus bereaksi seperti apa.

"Saya permisi" sepeninggalan dokter. Kini ruangan itu benar-benar menyisakan keheningan diantara mereka. 

Bruk...

Dream (noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang