I do not believe you|Five

134 11 0
                                    



Suasana petang yang tenang nan damai. Angin bertiup pelan menjatuhkan dedaunan kering dari tangkainya. Burung-burung berterbangan bebas. Menghiasi cakrawala. Dua pemuda duduk di taman belakang rumah.

"Ge, apakah Hang mengatakan sesuatu?" Tanya Jiaxin cemas.
Yang dijawab gelengan kepala oleh Jiaqi.

"Lebih baik kau menghindarinya Jia. Atau kau sudah setuju dengan konsekuensinya?"

Jiaxin menghela nafas panjang. Sekarang ini begitu rumit.

"Aku ingin kembali seperti dulu lagi. Tapi aku tidak mau dia membenciku"

Jiaqi menepuk punggung Jiaxin dua kali. Berharap Jiaxin bisa menerima keadaan jika hal yang ditakutinya benar-benar terjadi.

"Itu resiko jika kau ingin kembali bersahabat dengannya Jia"

Hening. Jiaxin tidak menjawab, pun Jiaqi tidak melanjutkan kalimatnya. Hanya ada keheningan di sana. Angin dengan jail memainkan surai keduanya. Netra Jiaxin terfokus pada langit, nanti malam purnama. Suatu kebahagiaan jika Jiaxin bisa melihat purnama bersama orang spesial nya.

"Apa yang mereka bicarakan sebenarnya?" Hang membatin.
Sedari tadi Hang memperhatikan Jiaqi dan Jiaxin dari balkon kamarnya.

"Nah ini gegeku!" Suara nyaring Qihan membuyarkan lamunan Hang.
Hang menoleh cepat. Ia tak menyadari ada yang membuka pintu kamarnya.

Qihan melangkah masuk. Di belakangnya Bowen mengekori. Sekitar 10 menit yang lalu Bowen datang untuk bermain.

"Gege, ini sahabatku"

Hang mengangguk. Lagipun untuk apa Qihan memberitahu Hang lagi. Bukankah tadi Hang sudah melihatnya di sekolah Qihan.

"Lalu?" Tanya Hang yang melihat adiknya tak kunjung pergi. Qihan malah menyeringai aneh.

"Iih gege tidak lihat? Lihatlah, Hoodie kita berdua sama" Qihan menunjuk pakaiannya.

"Iih gege tidak lihat? Lihatlah, Hoodie kita berdua sama" Qihan menunjuk pakaiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gege juga melihatnya Qihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gege juga melihatnya Qihan. Sudah cepat pergi. Kau mengganggu gege saja"

"Tunggu. Apa yang sedang kau lihat ge?" Qihan berlari ke balkon. Anak itu sangat lincah, bahkan Hang tak sempat menghalanginya.

"Itu Jiaxin ge? Mmm gege sengaja memperhatikannya karena gege suka ya??" Qihan tersenyum. Senyumnya janggal sekali. Ini senyum jail.

"Bukan begitu. Gege memperhatikan langit. Langit sore ini sangat bagus"
Tangan Hang mendorong Qihan dan Bowen ke luar pintu. Lalu menutupnya sebelum Qihan mengatakan hal-hal yang tak masuk akal lainnya.

Suara sendok dan piring yang beradu memenuhi langit-langit ruang makan. Makan malam kali ini lebih menyenangkan karena ada Jiaxin dan Bowen yang meramaikan. Qihan dengan energi yang tak ada habisnya terus menyerocos, sesekali gelak tawa terdengar dibuatnya. Qihan selalu cerewet.

"Yang Bowen, kamu menginap di sini kan?" Tanya Jiaqi setelah Qihan berhenti bicara.

"Sepertinya ge. Di luar hujan deras. Maaf merepotkan" Bowen menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Itu bagus. Qihan selalu menangis ketakutan saat tidur sendirian" Ejek Hang.

"GEGE!" Yang di ejek merasa tak terima aibnya diketahui sahabatnya.
Hang langsung menyumpal mulut Qihan dengan makanan. Qihan menatap Hang tajam.

"Kamu seperti anak kecil Qihan. Lucu" ujar Bowen yang sempurna membuat Qihan salah tingkah. Semburat merah tercipta di wajah putihnya.

"Kau juga Jia. Menginaplah di sini"
Jiaqi menyikut lengan Jiaxin. Jiaxin terkekeh pelan.
"Sepertinya tidak ge. Aku pulang saja"
Jiaxin tersenyum tanggung.

"Kenapa? Tidurlah bersama Hang"

Tatapan kematian Hang menerjang mata Jiaqi. Mana bisa seperti ini.
Jiaxin menyadari akan hal itu lalu menegak salivanya.

"Aku akan memesan taksi" Jiaxin berdiri. Meninggalkan meja makan.

"Hang, antar Jia ke gerbang. Diluar hujan, bawa payung" perintah si sulung.

Hang membuang nafas. Memutar netranya malas. Baiklah, untuk membalas Jiaxin yang sudah menemaninya pulang Hang akan lakukan.

"Tunggu Jiaxin!"

Kaki Jiaxin benar-benar hampir melangkah untuk menerobos hujan.
Beruntung Hang meneriakinya. Dan Jiaxin menarik kembali langkahnya.

Hang berdiri di samping Jiaxin.
"Jangan hujan-hujanan"
Ucap Hang dengan datar tapi sempurna mengukir senyum di wajah Jiaxin. Ditambah Hang yang memayunginya, membuat sempurna kebahagiaan Jiaxin.

"Sudah kubilang panggil aku Jia"

"Aku baru mengenalmu, aku belum terbiasa" Nada bicara Hang sedikit ketus.

"Baru mengenal ya?"
Jiaxin menggulung senyumannya.

Mereka tiba di gerbang. Taksi yang Jiaxin pesan sudah tiba. Jiaxin segera masuk. Namun sebelum itu Jiaxin pamit terlebih dahulu pada orang spesial nya itu.

"Sampai jumpa besok Xiao Hang!"
Jiaxin cepat-cepat membuka pintu mobil. Lalu tersenyum pada Hang.

Duk!

"Aduh" Jiaxin memegangi kepalanya yang terbentur.
"Dadah!"

Hang hanya memandangi dengan datar. Kenapa Jiaxin se-random ini?

-To be continued-

I do not believe you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang