"Kita akhiri disini. Jangan lupa kerjakan tugas kalian!" Tegas guru Li. Tubuh kurusnya itu mulai meninggalkan kelas. Bel pertanda istirahat sudah berbunyi nyaring 5 menit yang lalu, tapi pria baya itu baru meninggalkan kelas detik ini.
"Tertarik ke kantin?" Tanya Zeyu mendekati bangku kedua temannya.
Ji dan Hang menggeleng secara bersamaan."Baiklah, aku akan ke kantin bersama Junhao" Zeyu kemudian pergi mengajak Junhao.
Hang sedari tadi menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan yang ia simpan di meja. Ji keheranan dibuatnya. Meski Hang bukan tipe orang yang cerewet seperti Zeyu atau hiperaktif seperti Ji tapi Hang juga bukan tipe yang sangat diam. Tak biasanya anak itu seperti sekarang ini.
"Zuo Hang, apa yang terjadi?" Ji dengan segala rasa penasarannya akhirnya bertanya. Hang mengangkat kepalanya. Alangkah terkejutnya Ji, Hang sakit?!. Mata Hang sayu, bibir tipisnya pucat, dan cairan merah keluar dari kedua lubang hidungnya. Ji panik.
"Ada apa?" Hang menatap Ji provokatif, seakan tak ada satu hal pun yang terjadi padanya. Hang belum menyadari bahwa cairan bernama darah itu mengalir keluar dari hidungnya.
"Kamu mimisan Hang! Apa yang harus aku lakukan?!" Ji bingung harus melakukan apa. Sedari tadi dirinya hanya mondar mandir tidak jelas.
Hang mengusap hidungnya yang mancung. Ji tidak berdusta, darah segar memang ada disana.
"Hang!!" Jiaxin yang baru kembali dari kantin berlari mendekat ke bangku Hang. Es krim di tangannya ia lempar asal. Shuo disebelahnya hanya mendecak kecil. Kini di kelas hanya ada mereka berempat, siswa yang lain belum kembali.
Jiaxin nampak lebih panik dari Ji.
"Ayo ke UKS Hang!" Jiaxin memegang erat jemari Hang. Memohon.
"Aku tidak papa Jia. Aku sedikit pusing saja""Kita ke UKS saja ya? Ayo aku temani" Jiaxin menuntun Hang berjalan. Hang kelimpungan. Ji berniat menyusul namun di tahan Shuo.
"Biarkan saja sekali Zhang Ji" bisik lelaki bayi itu.
"Guru! Guru Zhao!" Jiaxin terus menyerukan marga itu. Guru Zhao adalah guru yang menjaga UKS. Ya harusnya sih begitu, tapi sekarang ia tak menjumpai guru Zhao di ruang UKS.
"Berisik Jia. Tunggu saja" protes Hang yang merasa telinganya panas mendengar kata-kata yang sama terus keluar mulut Jiaxin.
"Baiklah. Bersihkan darahmu" Jiaxin menyerahkan tissue untuk Hang. Tangannya mengambil selembar tissue juga. Jari-jemari lentiknya bergerak hendak menyeka darah di wajah Hang juga. Tapi ditahan oleh tangan Hang yang lain. Mata lelaki Gemini itu menatap Jiaxin tajam.
"Aku bukan anak kecil Jia" ketusnya.
Jiaxin sedikit tersentak mendengar Hang mengatakannya. Sungguh, bayinya ini berkata seperti itu sekarang? Entah mengapa Jiaxin kesal mendapati penolakan dari orang spesialnya.
Hang pun serba salah. Ia dapat merasakan aura emosi seperti apa yang dirasakan Jiaxin. Tapi disisi lain juga Hang merasa terganggu Jiaxin terlalu care padanya. Mereka pun baru berkenalan sebentar. Tingkah Jiaxin selaku orang asing terlalu berlebihan.
Pada akhirnya dua manusia itu terjebak menunggu di ruang UKS. Hang meminta berkali-kali agar mereka kembali ke kelas, tapi Jiaxin dengan segala kekeras kepalaannya tetap memaksa Hang menunggu guru Zhao.
"Apa yang sekarang kamu rasakan Hang?" Jiaxin memecah keheningan sejenak yang tercipta diantara keduanya.
"Aku pusing. Dan kepalaku sakit seperti terbentur sesuatu yang keras. Juga.. rasanya darah ini tidak berhenti keluar" Netra sayu Hang menatap Jiaxin penuh arti.
Pandangan itu mengungkapkan rasa sakit yang mendalam. Dulu Jiaxin pernah menemui sorot netra yang seperti itu. Dulu.
"Hang bisakah kau memaafkanku?" Ujar Jiaxin dengan kepala yang menunduk dalam. Kini hatinya diliputi perasaan aneh, apakah seperti ini rasa 'penyesalan' itu?. Jiaxin tidak tahu.
"Baik, aku maafkan. Tapi atas dasar apa?" Dari raut wajahnya terlihat sekali Hang faham dengan alur percakapan ini.
Tapi Jiaxin hanya menjawab dengan senyum tanggungnya. Dirinya tidak ingin tenggelam lebih dalam ke lautan masa lalu yang gelap juga dingin.
Jiaxin mengambil selembar tisu di sebelah Hang. Lalu berjongkok di hadapan lelaki bermanik coklat muda kesayangannya. Wajahnya mendekati wajah pucat Hang, sangat dekat.
Dengan refleks Hang mendorong dada Jiaxin dengan sangat keras hingga Jiaxin mundur beberapa langkah ke belakang."Apa yang kau lakukan?!"
"Aduuh kau jangan berfikir yang aneh-aneh Hang. Aku hanya akan mengusap darahmu yang mulai berhenti" Jiaxin kembali melangkah maju.
"Aku bisa sendiri Deng Jiaxin!"
Segaris senyum terlukis di wajah putih Jiaxin.
"Pertama, kau tidak tahu persis harus mengelap darahmu di sebelah mana. Kedua, sudah aku peringatkan panggil aku Jia saja"
Selembar tisu di tangan Jiaxin mulai menyentuh permukaan kulit halus Hang. Hang bisa merasakan detak jantungnya bereaksi lebih cepat.
"Sebentar lagi selesai" gumam Jiaxin.
Setelah beberapa usapan halus dengan tisu ia berikan pada lelaki di hadapannya ia mengangkat kepalanya. Tanpa ia sadari jaraknya dengan Hang hanya 7 cm lagi saja."Astaga!" Jiaxin cepat-cepat mengalihkan atensinya pada benda lain. Benda apa saja asalkan jangan manik indah itu.
"Zuo Hang. Tunggu saja guru Zhao datang. Aku akan kembali ke kelas"
Jiaxin kelimpungan melangkah keluar ruang UKS. Meninggalkan Hang dengan wajah bersemunya.
"Bukankah kau akan menemaniku?" Kata-kata yang harusnya diucapkan di hati tiba-tiba saja keluar dari mulutnya tanpa disadari.
"Apa yang tadi kau katakan?" Jiaxin menghentikan langkahnya demi mendengar kalimat yang keluar dari mulut Hang.
Hang sendiri salah tingkah. Apa-apaan ini?!.
"A-aku a-akui a-aku s-sedikit k-ketakutan jika sendiri di ruangan ini. T-temani aku Jia"
"B-baiklah"
-To be continued-
Minggu, 19 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
I do not believe you
FanfictionDeng Jiaxin dan Zuo Hang. Dua sahabat kecil yang akrab, hingga suatu ketika Deng Jiaxin merusak masa kecil Zuo Hang, hingga Zuo Hang tidak bisa mengingatnya