I do not believe you|Twelve

110 10 7
                                    



"Aku lapar... Tapi aku lupa membawa uang" gumam Hang.


"Zuo Hang! Kau kah itu?!" Seseorang berlari-lari kecil dengan tas ransel di punggungnya. Hang melambaikan tangan padanya.

Orang itu berlari mendekat.
"Boleh aku duduk?" Tanya Jiaxin dengan nafas terengah-engah dan tangan yang bertumpu pada kedua lututnya.

Hang tertawa kecil.
"Duduklah, ini tempat umum"
Tingkah Jiaxin yang aneh dan sedikit ceroboh selalu membuat siapa saja yang melihatnya tersenyum dan geleng-geleng kepala.

Jiaxin duduk di sebelah kiri Hang.
Beberapa menit ia habiskan untuk melihat-lihat sekeliling.

"Apa serunya sih di sini? Lebih seru di perpustakaan kota" celetuk Jiaxin setelah selesai memperhatikan sekitar.

"Lalu kenapa kau ke sini? Kenapa tidak ke perpustakaan kota saja? Lagipula tidak ada yang memintamu ke sini" Jawab Hang malas.

"Kau mengusirku hah?
Tadinya aku mau mengajakmu ke perpustakaan kota untuk belajar, karena sebentar lagi kan ujian kelulusan. Tapi Jiaqi-ge bilang kau pergi ke luar. Makanya itu aku kesini untuk mencarimu" Jiaxin merebahkan tubuhnya di atas hamparan rumput hijau.

"Kenapa kau mau mengajakku? Kita kan bukan teman dekat" pertanyaan ini cukup membuat Jiaxin kecewa, hatinya tersayat.

"Tidak apa-apa. Shuo sedang sakit jadi aku berfikir untuk mengajakmu, kau kan anak baru siapa tahu ada materi pembelajaran yang belum kau fahami."

Hang menyeringai.
"Terima kasih tuan Deng. Tapi aku lebih pintar darimu kau tahu" Hang ikut berbaring di samping Jiaxin. Duduk selama 3 jam membuat punggungnya pegal.

"Chh anak ini sombong sekali" Jiaxin reflek mencubit pipi manis Hang. Dan tanpa Hang sadari detak jantungnya berdegup kencang karenanya, semburat merah tercipta di pipinya yang putih. Hang benar-benar salah tingkah.

"A-ah maafkan aku Hang" Jiaxin benar-benar lupa. Ia segera menjauhkan tangan kekarnya dari wajah Hang.

"A-aku teringat teman masa kecilku, dia sangat mirip denganmu. J-jangan salah faham oke?" Entah apa pasalnya Jiaxin jadi gugup begini.

Hang mengangguk faham lalu memejamkan matanya. Aduuh perutnya tidak bisa berkompromi, sepertinya asam lambungnya akan naik. Sebelum ke sini Hang belum memakan apapun di rumah.

"Oh iya. Hang, kamu pasti lapar kan? Aku membawa sesuatu untukmu" Jiaxin bangkit dan membuka ranselnya. Tangannya berusaha mengambil sesuatu.

"B-bagaimana kau tahu?" Hang pun ikut bangkit dari posisinya.

"Jangan dramatis begitu, Jiaqi-ge yang bilang kalau kau belum makan sama sekali" Jiaxin menyodorkan kotak makan stainless pada Hang, dan langsung disambut baik oleh si manis.

Saat dibuka wangi sedap menyeruak. Hang tersenyum lebar saat melihat yang dibawakan Jiaxin adalah pangsit. Itu makanan kesukaannya. Menggunakan sumpit yang disediakan, Hang langsung memakan pangsit itu dengan lahap. Entah karena lapar atau mamang karena pada dasarnya suka tapi pangsit yang satu ini terasa lebih lezat.

"Kau tidak berubah Hangie" seharusnya kalimat itu diucapkan di hati, tapi tanpa disadari kalimat itu terucap begitu saja dari mulut Jiaxin.

Hang menoleh. Jiaxin hanya menyunggingkan senyum anehnya dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Apa yang kau katakan?" Hang bertanya memastikan.

Jiaxin menggeleng cepat.

"Kau selalu saja mengucapkan hal yang aneh Jia. Lucu sekali"

Sekarang giliran Jiaxin yang wajahnya bersemu merah. Apa-apaan ini? Kenapa wajahnya terasa panas.

"Oh iya kau beli pangsit ini dimana? Aku baru pertama kali merasakan pangsit yang seenak ini"

Jiaxin mengangkat kepalanya. Menatap kedua mata hang yang berbinar cantik. Ia amat merindukan sinarnya.

"Beli dimana? Aku tidak membelinya, aku membuatnya sendiri. Jangan memuji berlebihan nanti aku bisa terbang"

Hang tertawa lagi. Jiaxin benar-benar lucu. Apalagi dengan sifatnya yang blak-blakan.

Hang selesai dengan makanannya. Kotak makan stainless milik Jiaxin ia tutup kembali, sekarang perutnya sudah terisi penuh, begitupun moodnya. Kedatangan Jiaxin membawa aura yang menyenangkan.

"Jia. Siapa teman masa kecilmu itu? Apakah wajahnya mirip denganku?"
Jiaxin menelan kasar salivanya. Dia bingung, apakah ini waktunya? Tapi rasanya ini terlalu cepat.

"Katakan Jia" melihat Jiaxin yang diam seribu bahasa Hang membujuk.
Jiaxin semakin kebingungan, andai ia punya kekuatan menghilang maka ia akan menghilang saat itu juga dari hadapan Hang.

"Berjanjilah kau akan baik-baik saja saat aku mengatakan jawabannya" ujar Jiaxin dengan kedua manik sayu yang menatap intens lelaki di sebelahnya.

"Semesta, bukankah ini terlalu cepat?"
Batin Jiaxin.

Hang cepat-cepat mengangguk.

"Itu kau" Jiaxin tertawa pada kata terakhir. Hang terlihat kebingungan, Jiaxin menyadari akan hal itu.

"Ya. Teman masa kecilku adalah kau Hangie!" Jiaxin berusaha untuk tertawa lagi. Tapi nihil, yang ada air matanya keluar deras. Bayangan akan masa lalu yang gelap terus berputar di kepalanya dan bayangan itu tidak pernah membiarkan Jiaxin melupakannya.

Hang cukup terkejut. Kenapa Jia tiba-tiba saja menangis di saat-saat yang tenang seperti ini.

"Jia..." Hang menyentuh bahu Jiaxin pelan.

Dengan cepat tubuh kurus Hang ditarik ke dalam dekapan Jiaxin. Jiaxin menenggelamkan wajahnya pada leher Hang. Nafas hangat bisa Hang rasakan dengan jelas.

"M-maaf. Bolehkah seperti ini sebentar? Aku rindu Hangie"
Hang mengangguk. Tidak ada salahnya bukan? Lagipula pernyataan Jiaxin memperkuat gagasannya tentang dirinya yang lupa ingatan.

Bahu Hang dibuat terasa hangat oleh tangis Jiaxin. Sedari tadi Jiaxin terus mengindahkan nama 'Hangie'. Namun Hang tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa bersalah karena telah membuat Jiaxin menangis seperti ini, memangnya apa yang Hang lakukan di masa lalu hingga Jiaxin menangis?. Maka biarlah tubuhnya dipeluk Jiaxin sebagai tebusan dari rasa bersalah tersebut.

"Jia. Apakah Hangie pernah menyakitimu?" Tanya Hang lembut.

Jiaxin menggeleng.

"Hangie tidak pernah melakukan itu, aku yang menyakitinya" sergah Jiaxin.

"Mmm lalu kenapa aku tidak mengenalmu. Padahal sepertinya dulu kita sangat dekat"

Jiaxin semakin tercekat. Ia menarik nafas dalam-dalam. Tapi, tunggu, mengapa oksigen tidak mau dihirupnya? Kenapa oksigen terus menghindar saat ingin ia rasakan. Jiaxin kehilangan
kesadarannya.

"Jia...?"

"Jia?" Tak ada jawaban

"Jiaxin?!" Lagi. Hanya menggantung di udara.

"Deng Jiaxin!" Hang sangat panik. Jiaxin benar-benar pingsan dalam dekapannya.
Namun... Ada satu hal yang Hang sadari.
Dekapan Jiaxin begitu
hangat dan nyaman....

-To be continued-

Sabtu, 25 Mei 2024

I do not believe you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang