Bowen berjalan lesu dengan tas selempang yang tersampir di pundaknya. Malam ini ia akan menginap di kediaman Qihan sahabatnya. Jiaqi bilang ini untuk merayakan Qihan yang sudah berani tidur sendirian di kamarnya dengan kondisi lampu yang dimatikan. Kedengarannya memang meragukan, tapi tidak mengapa, Jiaqi memang pandai bergurau.
Bowen mengeluarkan ponsel yang bergetar dalam tasnya. Rupanya panggilan telepon dari Shuwan.
"Halo Wenwen" Suara cempreng Shuwan menyapa indra pendengaran Bowen.
Bowen menghembuskan nafas kasar.
"Shuwan, berhentilah memanggilku Wenwen" pinta Bowen dengan suara pelan."Memangnya kenapa? Fang Hua jie saja memanggilmu Wenwen" Shuwan mulai protes, disusul dengan ocehannya yang tak terdengar begitu jelas. Gadis itu sebenarnya cerewet sekali, namun sekalinya serius ucapannya seperti orang dewasa.
"Kalau Fang Hua jie yang memanggilku begitu akan terdengar lucu, tapi jika kamu yang bilang terdengar menjijikan"
"Menjijikan apanya?! Sama saja mau dia atau aku yang memanggilmu begitu terdengar sama saja!"
"Ahh pokoknya tidak boleh! Memangnya kau mau aku panggil Wanwan?!"
Shuwan diseberang sana menggerutu kesal. Bowen mulanya tertawa, namun kemudian ia terdiam, air mukanya berubah 90 derajat.
"Jadi apa yang mau kau bicarakan? Cepat katakan"
Shuwan terkesiap. Benarkah? Sejak kapan Bowen berubah jadi orang yang to teh point seperti ini.
"Ayahmu bilang akhir-akhir ini kau sering melamun dan tidak fokus. Aku takut kau mengacaukan misi ini"Suara Shuwan pun berubah. Di akhir kalimat ia memberikan penekanan lebih. Tak ada lagi aura menyenangkan dalam percakapan ini.
"Shuwan percayalah, aku tidak akan mengacaukannya! Aku tidak fokus karena aku memikirkan ujian akhir tahun!
Dan jangan kau menelepon ayahku lagi! Jangan mencari tahu tentangku lagi Shuwan! Aku benci itu! Sekali kau ketahuan mencari tahu tentangku lagi aku tidak akan mengampunimu!" Panggilan telepon Bowen matikan secara sepihak. Jujur ia sudah muak dengan sifat Shuwan yang selalu mencari tahu privasi orang lain. Tidak ada lagi Shuwan yang lugu dan pemalu, hanya ada Shuwan yang cerewet dan menyeramkan.Benda pipih itu Bowen masukan kembali ke dalam tas, ia sudah tiba di depan gerbang besar rumah keluarga Ma. Seorang penjaga menyapa, kemudian membukakan gerbang.
Bowen sudah dapat izin untuk keluar masuk rumah besar ini, jadi tidak perlu ditanyai panjang lebar.Halaman rumah keluarga Ma sangat indah, penuh dengan tanaman hias dan pohon. Bowen sesekali berhenti karena mencium aroma bunga, rasanya jauh lebih tenang dari sebelumnya.
Pintu utama sedikit terbuka, menampakkan beberapa furniture minimalis yang ada di dalam rumah mewah itu. Bowen melangkahkan kakinya masuk, ia disambut seorang pelayan wanita.
"Selamat sore tuan muda Yang Bowen, semua menunggu anda di ruang makan"
Bowen mengangguk, cepat-cepat ia pergi ke tempat yang telah disebutkan sang pelayan.
"Bowen!" Sapa Qihan dengan senyum manis, seperti biasa ia selalu menggemaskan.
"Ehh kau sahabat nya Qihan ya, perkenalkan aku Ding Chengxin sahabat Ma Jiaqi" Chengxin merangkul pundak Bowen dan menuntunnya duduk di salah satu kursi.
"Ekhmm apa bisa di sebut sahabat?" Goda Hang.
"Benar ge! Bukankah Chengxin ge sendiri yang bilang kalau Jiaqi-ge itu-" Qihan belum menyelesaikan kalimatnya namun sebuah muffin coklat menyumpal mulutnya. Itu ulah Jiaqi.
"Lupakan saja Bowen. Nah sekarang ayo kita makan malam. Eh tunggu dulu, dimana Jiaxin?"
Bowen terkesiap. Jiaxin ada di rumah ini?! Perasaannya bercampur aduk, marah, takut dan kaget bercampur menjadi satu.
-To be continued-
Rabu, 26 Juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
I do not believe you
FanfictionDeng Jiaxin dan Zuo Hang. Dua sahabat kecil yang akrab, hingga suatu ketika Deng Jiaxin merusak masa kecil Zuo Hang, hingga Zuo Hang tidak bisa mengingatnya