I do not believe you|Fourteen

67 9 2
                                    

"Selalu saja begini"
Zhang Junhao memeluk lututnya, ia butuh Zhixin untuk memeluknya, namun disaat seperti ini Zhixin selalu tidak ada. Padahal Junhao lah yang selalu ada dikala Zhixin membutuhkan bantuan. Sekalipun, ia tidak pernah menolak, cinta begitu membutakan.

Ini kali pertama Junhao jatuh cinta, ia tidak tahu-menahu pasal cinta yang orang bilang rumit. Yang ia lakukan hanyalah mengejar orang yang dicintainya, dan selalu berusaha agar dirinya tidak mengecewakan orang itu.
Perilaku itu sama sekali tidak salah. Namun tergantung siapa orang yang ia perlakukan. Jika orang yang ia perlakukan begitu adalah seorang Zhu Zhixin maka perilakunya dapat disalahkan. Sebab Zhixin tidak layak mendapat cinta tulus seorang Zhang
Junhao.

"Tenang saja Zhu Zhixin, aku akan berusaha lebih giat dalam misi ini" Junhao menyampirkan ransel di sebelah bahunya, lalu mengenakan topi dan masker, kemudian kakinya ia langkahkan keluar dari rumah kumuh yang statusnya adalah markas rahasia Zhixin.

Petang beranjak malam, kini Junhao berada di pekarangan rumah keluarga Ma, ia nekat ke sana hanya demi mendapat satu pujian dari Zhixin, entahlah tapi Junhao benar-benar kalap, dibutakan oleh cinta.

Tubuhnya bersembunyi dibalik semak, tak ada cahaya lampu jalan yang menyorotnya. Siapapun tak akan ada yang menyadarinya, kecuali seseorang.

"Siapa disana?" Zuo Qihan berseru panik.
Junhao dalam persembunyiannya berdecak pelan.

"Hei Qihan cepatlah masuk, aku akan pulang" Ucapan seorang gadis benar-benar dituruti Qihan, lagipun sepertinya Qihan adalah anak yang penakut.
Junhao kembali tenang karena Qihan telah masuk, namun disisi lain ia juga panik. Gadis yang tadi bersama Qihan berjalan ke arahnya, saat ini ia tidak bisa melarikan diri.

"Halo, aku Jiang Shuwan. Kamu Zhang Junhao bukan?" Gadis yang diduga adalah Shuwan itu mengulurkan tangan kanannya pada semak yang menyembunyikan tubuh Junhao. Sedetik kemudian Junhao memunculkan dirinya, ia berdeham kecil lalu menjabat tangan Shuwan.

"Bagaimana kau tahu namaku?"

Shuwan tersenyum manis, menampakkan lesung pipi diwajahnya.
"Itu bukan apa-apa. Bisakah kau bawa aku menemui bos mu?"

Yang ditanya mengernyitkan dahi, siapa pula bos nya. Selama ini ia tak pernah merasa bekerja atau dipekerjakan.
Tunggu, ia ingat.
"Maksudmu Zhu Zhixin? Tapi dia kekasihku bukan bosku"

Shuwan memutar bola mata dengan malas.
"Nampaknya kau belum menyadarinya tuan Zhang. Tapi tidak mengapa, ayo!"
Shuwan menarik tangan Junhao dan menggenggamnya erat.
Keduanya keluar dari pekarangan rumah keluarga Ma dengan tangan yang saling bertaut.

"Junhao. Apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku?" Bisik Shuwan seraya menatap netra Junhao dengan tatapan menggemaskan.

"Hei apa maksudmu?" Tautan tangan itu segera Junhao lepaskan. Gadis disampingnya ini terlalu menjijikan baginya. Sedari dulu Junhao tidak suka orang yang sok akrab.
Ia lebih suka orang yang memiliki kepribadian tertutup dan misterius seperti Zhixin, karena ia seperti mendapatkan tantangan.

"Isshh kau tidak mengerti? Tadi itu jika bukan karena aku Qihan pasti sudah menemukanmu"

Junhao mengangguk, yaa ucapan Shuwan ada benarnya juga.
"Baiklah terimakasih Shuwan"
Segaris senyuman terlukis di paras cantik Shuwan.






Disisi lain...
Mungkin keduanya tidak akan sesantai itu jika menyadari ada sepasang mata yang memerhatikan mereka sedari tadi.

"Apa yang Junhao lakukan disana?"
Gigi Hang bergemeletuk karena geram.
Hang sadar akan raut wajah tidak suka yang Junhao tunjukkan selama ini jika melihat dirinya. Tapi ia pikir menguntit ke rumah seseorang bukanlah hal yang baik, bahkan jauh dari kata baik.
Namun, Hang harus mengadukan hal ini pada siapa? Rasanya sungkan mengadu pada Jiaqi sang kakak angkat, Hang sudah berhutang Budi terlalu banyak padanya.

Juga semenjak mamanya pergi meninggalkan Hang dan Qihan di Chongqing, Hang tidak mempercayai siapapun lagi, sekalipun itu tidak pernah. Dampak buruk yang timbul adalah Hang tumbuh menjadi anak yang tak pandai bicara atau mengutarakan sesuatu. Semuanya ia pendam seorang diri.

Bisa dikatakan Hang merasa kurang, tapi apa-apapun ia tak pernah mengeluh dan tidak pernah membiarkan adik kesayangannya merasakan kekurangan yang sama sebagaimana yang ia rasakan.
Bagaimanapun situasinya Hang akan selalu berusaha menjadi kakak terbaik, berusaha tuk selalu ada di samping Qihan, menjadi supporter nomer satu Qihan, menjadi pahlawan yang selalu siaga menjaga Qihan, dan yang terpenting adalah menjadi pendengar favorit bagi adik kecilnya itu.

Dari jerih payah itu maka munculah hasil yang cukup memuaskan.
Sekarang Qihan menjadi anak yang ceria dan tumbuh tanpa tekanan apapun. Ia tak pernah tertutup pada Hang, segala yang dialaminya akan ia ceritakan pada gegenya, termasuk perasaan janggal yang bersemi saat melihat Bowen.
Ini hasil dari pembiasaan yang jatuh bangun Hang usahakan.

Qihan amat sangat menyayangi Hang lebih dari siapapun. Tapi... Semuanya hal di dunia ini tidak akan berjalan mulus begitu saja. Selalu ada tantangan dan pengkhianatan.

-To be continued-

Maaf para readers author ini kehabisan ide. Diusahakan hari ini double up.
Jangan lupa vote,
Xiexie dajia!!✨

Selasa, 25 Juni 2024

I do not believe you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang