I do not believe you|Ten

76 6 2
                                    

 
 

  Sebenarnya siapa Jiang Shuwan dan Fang Hua? Dendam apa yang Bowen simpan? Benarkah Jiaxin adalah seorang pembunuh?
Semua itu terjadi 4 tahun lalu. Masa-masa gelap bagi Yang Bowen. Kesedihan, kegelisahan, semuanya hinggap dalam dirinya saat itu.

//Flashback//

Di sebuah gedung yang terletak di pelosok kota Chongqing terdengar suara anak-anak saling bersahutan, diselingi tawa candu yang keluar dari mulut-mulut mungil mereka. Ini sebuah gedung panti asuhan, tempat dimana anak-anak terlantar, terbuang, tak disayangi keluarga serta yatim piatu hidup disana. Tempat ini juga yang mempertemukan antara Wu Fang Hua, Jiang Shuwan dan Yang Bowen.

Meski dengan fasilitas seadanya pihak panti mampu menghidupi semua anak yang ada disana. Bagi para pengurus melihat senyum dan tawa riang anak-anak asuhan mereka adalah kebahagiaan tersendiri. Tak ada kata lelah dalam menafkahi selagi bisa melihat anak-anak bahagia. Hati mereka seluas samudera.

"Fang Hua! Panggil adik-adikmu yang masih di luar!" Seru seorang ibu paruh baya yang berada di dapur pada seorang gadis.

Fang Hua adalah seorang anak yang dibuang kakeknya ke panti asuhan ini. Tidak tahu apa sebabnya. Tapi untunglah Fang Hua tumbuh menjadi gadis cantik dengan watak pintar, dan jangan lupakan kemandirian tinggi yang ia miliki di usia kelas 1 sekolah menengah pertama.

Fang Hua bergegas pergi ke pelataran rumah.
"Ayo masuk! Sudah petang, kalian tidak ingin pintu ini aku kunci sebelum kalian masuk bukan?" Tanya Fang Hua lembut. Seluruh anak yang semula bermain sekarang sudah masuk ke dalam, kecuali dua anak yang masih setia di tempatnya. Fang Hua berlari-lari kecil mendekat.

"Ayo masuk" kalimatnya belum tuntas, tapi harus terpotong saat melihat bocah dihadapannya terluka.

"Wenwen? Kenapa? Ada apa?"
Pertanyaan bodoh. Jelas sekali Fang Hua melihat adik sepengasuhannya lebam dan berdarah. Oh, dan jangan lupakan pelipisnya yang juga mengeluarkan cairan merah itu.

Bowen tak kunjung menjawab pertanyaan Fang Hua. Wajahnya kaku dan tegang. Menilik Shuwan yang berlinang air mata Fang Hua sepertinya faham.

"Tadi di sekolah Shuwan di-bully lagi, tapi kali ini Wenwen membela Shuwan. Tapi Wenwen kalah kuat dan kalah jumlah. Apakah benar?" Fang Hua mengutarakan analisisnya sembari mencengkram bahu kedua bocah manis kesayangannya.

Shuwan mengangguk dan menghambur ke pelukan Fang Hua.
"Tapi Wenwen salah jie! Harusnya Wenwen biarkan saja aku di-bully mereka. Mereka tidak terlalu bermain fisik ketika mem-bully ku. Seharusnya Wenwen tidak melawan mereka! Aku tidak suka melihat Wenwen menangis!"

Fang Hua balas memeluk Shuwan.
"Hey, lihat, siapa yang menangis? Wenwen tidak menangis, kau yang menangis sayang. Masuk ke dalam, aku akan membantu Wenwen"

Shuwan mengangguk lalu mematuhi perintah Fang Hua. Tentu masih dengan tangis yang membersamainya.

Seusai Shuwan pergi Fang Hua tidak berani berbicara, ia hanya menatap adik lelakinya iba.

Setelah hening beberapa saat barulah Bowen berbicara.
"Jiejie, ini sakit. Bolehkah aku menangis sekarang?" Kepalanya ia tadahkan ke langit, supaya air matanya tidak jatuh ke tanah.

"Menangislah. Seseorang menangis bukan berarti dia lemah sayang" Fang Hua tanpa aba-aba mendekap tubuh ringkih Bowen. Tangis anak lelaki itu pecah, tangis yang sedari-tadi ditahannya. Bowen tidak akan menunjukkan tangis di depan anak lain selain Fang Hua seorang.

"Bertahanlah Wenwen. Langkah yang kau ambil sudah benar" Gadis rupawan itu mencoba melapangkan hati Bowen. Tangan dengan jari-jari lentik itu memberikan sentuhan demi sentuhan yang lembut di tangan Bowen. Kemudian matanya menatap dengan sorot yang sulit diartikan. Di sana, di manik berwarna coklat gelap yang jernih, Bowen bisa melihat rasa sakit yang bertahun-tahun dipendam Fang Hua.

-I do not believe you-

Jam demi jam berlalu. Malam tiba dengan semua misteri yang ada didalamnya. Semua orang sudah terlelap, jatuh ke alam mimpi masing-masing. Kecuali Fang Hua, gadis berambut panjang itu masih terjaga. Hingga akhirnya Fang Hua memutuskan untuk ke kamar para anak laki-laki.

"Ayo bangun"

Fang Hua mengguncangtubuh salah satu anak.

"Aku tidak mau sekolah jie" lenguh Bowen masih dengan mata terpejam.

"Aku akan mengajakmu ke luar. Mau menemaniku tidak?"

Bowen membuka matanya perlahan. Fang Hua langsung menarik tangannya dan mereka berdua berlari dalam remang. Sedangkan Bowen hanya bisa mengikuti dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Lihat" Fang Hua menunjuk langit malam. Keduanya berdiri diatas hamparan rumput hijau tanpa alas kaki.

"Waah!" Kantuk Bowen sirna seketika.

Di atas sana ada purnama, dilengkapi bintang gemintang yang bertaburan. Bowen tidak tahu langit malam yang gelap punya pemandangan semempesona ini, siapa sangka.

"Jangan menengadah terus Bowen nanti lehermu bisa patah. Kemari" Gadis Wu itu sudah merebahkan tubuhnya diatas rerumputan.
Tanpa diperintah dua kali Bowen menurut, mengikuti apa yang dilakukan Fang Hua.

1 menit, 2 menit, hanya lenggang.
Keduanya dibuai keindahan langit. Dipaksa tenggelam ke dalam pesonanya, netra keduanya tak bisa terlepas dari sang purnama yang menjadi dominan di langit pada malam ini.

"Jiejie aku cinta jiejie..."

Bowen menolehkan kepalanya pada Fang Hua. Ucapannya begitu serius, tak ada bualan ataupun dusta yang ditemukan dalam intonasinya.
Fang Hua kemudian tertawa lepas.

"Yang Bowen kamu lucu sekali"

"Aku tidak bercanda jie.
Aku mengerti apa yang aku ucapkan"

"Baiklah, terimakasih"
Senyum terukir. Mula-mula hanya di wajah cantik Fang Hua, tetapi sekarang ukiran itu ada pada paras tampan Bowen juga. Wajahnya bersemu layaknya orang kasmaran.

"Jie. Aku akan melindungimu!" Ucap Bowen dengan mantap.
Fang Hua hanya mengangguk.
Tak ada jawaban lain yang keluar dari bibir manisnya.

"Wenwen aku jatuh cinta—"
Lenggang. Sepoi angin malam menerpa wajah.
Detak jantung Bowen berdegup lebih kencang dari biasanya. Ia berharap perasaannya akan dibalas dengan yang setimpal oleh kakak asuhnya itu.

"—padanya" Telunjuk ramping Fang Hua menunjuk lurus sang purnama.

Terus terang saja Bowen sedikit kecewa. Tapi tidak apa, ia akan berusaha untuk memperjuangkan Fang Hua.



Apa yang dikatakan Fang Hua persis dengan apa yang dikatakan Qihan pada malam dimana Bowen menginap di rumahnya bukan? Itu persis.
Di mata Bowen, Qihan sangat mirip dengan Fang Hua. Kasih sayang dan perhatian yang beberapa kali Qihan tunjukkan persis dengan sifat Fang Hua. Dan jangan lupakan cara keduanya tersenyum. Itu mirip sekali.

Dari sini sudah jelas.
Jadi... Apakah Yang Bowen benar-benar mencintai Zuo Qihan? Atau hanya sekedar mencintai sifatnya yang mirip dengan sifat Wu Fang Hua?
//End//


-To be continued-

Hai guys!
Maafkan author yang beberapa hari kemarin ga up. Soalnya terlalu excited sama ultahnya Hang Jiang✨ Mana ada momen ZD lagi!! Kapal karam itu menunjukkan sedikit harapan😢✨
And jangan lupakan hari ini Rain yang ultah.
Makasih vote nya guys!
Bye bye!

Jumat, 24 Mei 2024

I do not believe you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang