I do not believe you|Six

118 13 0
                                    


"...aku jatuh cinta"




Malam tiba untuk kesekian kalinya. Langit bertabur bintang-gemintang. Cakrawala malam ini begitu indah. Dilengkapi purnama sebagai dominan. Purnama yang terang itu menemani dua insan kecil yang sedang duduk di tengah dinginnya angin malam. Cukup lucu mengingat mereka berdua melakukan itu di usia yang masih kecil.

Mata keduanya tak lepas dari memandangi langit. Hingga seorang dari keduanya memulai percakapan.

"Aku tidak pernah berfikir akan berteman dengan orang se-absurd kau Zuo Qihan" Bowen melirik Qihan dengan ekor matanya. Qihan tak merespon.
Dirinya sibuk mengagumi sang purnama di atas sana. Mulutnya terus mengeluarkan kata-kata pujaan untuk sang purnama. Seperti 'cantik', 'indah', 'menawan' dan sebagainya.

Ini pertama kali bagi Qihan menatap bulan purnama dengan seksama. Dahulu memangnya ada waktu untuk bersantai, keadaan tidak membiarkannya lepas dari kegelisahan yang amat mendalam. Siapa sangka setelah di Shanghai hidup Qihan berangsur membaik. Bahkan dulu bermimpi bahagia saja tidak berani.

"Bowen, aku jatuh cinta..."

Qihan merebahkan tubuhnya pada lantai balkon yang dingin. Bowen ikut melakukan apa yang sahabatnya perbuat.

"Kita masih terlalu kecil. Pada siapa kau jatuh cinta?" Bowen mengalihkan atensinya pada manik indah milik Qihan.

"Padanya" Qihan menunjuk ke bulan. Matanya berbinar antusias. Rasa kagum yang mendalam tak bisa disembunyikan olehnya. Terlihat jelas dari sorot matanya, dan caranya memandang.

"Entahlah. Sepertinya aku juga jatuh cinta" ujar Bowen diakhiri senyuman. Matanya ia pejamkan. Menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa rambut hitam legamnya.

"Pada bulan juga?" Tanya Qihan semangat. Ia harap dengan Bowen yang sama seperti dirinya mereka akan lebih dekat dan lebih sefrekuensi.

"Tidak"

Jawaban singkat Bowen mengundang kekecewaan Qihan.
"Yaaah. Ku kira..." Qihan mengerucutkan bibirnya.

"Tapi aku jatuh cinta pada orang yang mencintai bulan" Bowen beranjak duduk. Melirik Qihan, lalu mentapnya lekat. Tatapan mereka terkunci, Sorot mata Bowen cukup membuktikan tentang apa yang diucapkannya.

"E-eh, ini sudah larut. Ayo masuk!"
Qihan segera berlari masuk. Wajahnya memerah. Ada apa ini?.

"Zuo Qihan kau tidak waras" Batin Qihan merutuki dirinya sendiri. Ia tidak akan menyimpang. Tapi... Mengapa ucapan dan tatapan Bowen membuat jantungnya berdetak lebih kencang tadi. Tak seperti biasanya.

-I do not believe you -

Ma Jiaqi. Seorang pemuda berstatus mahasiswa semester akhir itu sedang mengerjakan skripsi nya di kamar mewahnya. Otaknya di gunakan habis-habisan untuk skripsi kali ini.

Drrt..drrt...

Ponselnya yang ia simpan di atas meja sebelah laptopnya bergetar. Menandakan ada sebuah panggilan yang masuk. Jiaqi melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Kemudian tersenyum kecil.

"Halo baobei, ada apa?" Tanya Jiaqi lembut. Sebut saja ini selingan di tengah peningnya skripsi.

"Tidak ada apa-apa. Bagaimana dengan kedua adikmu?"
Sebut saja Ding Chengxin. Seorang pemuda cantik yang memiliki hubungan spesial dengan Jiaqi.

"Zuo Qihan bersahabat dengan seorang anak, namanya Yang Bowen. Sedangkan Zuo Hang... Kau bisa menebaknya, aku lelah..." Jiaqi mengacak rambut frustasi.

"Apa?! Yang Bowen?! Ayahnya adalah Yang Shunyuan, CEO dari perusahaan Yang group. Ia teman ayahku" Chengxin menjelaskan dengan penuh semangat.

"Benarkah?! Tapi... Tetap saja, aku tak bisa melupakan saat Jia berbicara sore tadi" Jiaqi menghembuskan nafas berat.

"Apa yang Jia katakan?" Chengxin semakin semangat dengan topik ini.

"Kau bisa menebak. Dia ingin kembali seperti semula dengan Hang, tapi tak ingin Hang terluka"

Dari sebrang sana terdengar suara Chengxin yang juga membuang nafasnya. Jia terlalu egois di mata mereka berdua. Walaupun memang kenyataannya begitu. Namun, sepertinya itu yang akan semua orang dambakan jika ada di posisi Jiaxin.

"Kau akan membiarkan mereka seperti dulu lagi Jiaqi?" Tanya Chengxin cemas. Menghalangi keinginan baik Jiaxin memang kejam, tapi tak sepenuhnya. Karena jika itu terjadi Hang akan merasakan sakit. Untuk kedua kalinya, oleh orang yang sama.

"Bantu aku Ding'er"




-To be continued-


Hai guys. Maaf kemarin author ga up cerita:v Daan mulai besok author mau balpon jadi... Tolong wajarin lah ya hehe :D
Makasih yang udah kasih vote di book ini.



Sabtu. 20 April 2024







I do not believe you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang