Malam yang buruk dengan segala perkara yang ada didalamnya terlewati. Kini digantikan oleh pagi hari yang menyapa dengan segala kedamaian yang dibawanya. Hari Minggu yang hangat bisa dibilang di rumah besar milik keluarga Ma.
"Jiaqi-ge, bagaimana jika hari ini kita pergi berlibur ke pantai" usul Qihan dengan kaki yang berlari menuruni tangga.
"Awas jatuh Qihan-"
Bruk!!
Disaat Hang selesai dengan kalimatnya maka disaat itu pula Qihan kehilangan seimbangnya di anak tangga terkahir dan jatuh ke lantai.
"SAKIT!" pekiknya.
Jiaqi mendekat dan menggendong tubuh kurus Qihan ke sofa."Jiaqi-ge, sepertinya rencana berliburnya gagal"
Sindir Hang pada Qihan yang menangis."GEGE!!"
Jiaqi mengoleskan obat pada kaki kanan Qihan yang 'katanya' sakit. Sedangkan yang diobati terus merengek dan mengoceh, jangan lupakan tangisnya yang bisa memecah gendang telinga.
"Ayolah, ini hanya terkilir sedikit" ketus Jiaqi.
"Sakitnya melebihi sakit hati ge" ujar Qihan berasumsi."Qihan. Kau pernah merasakan sakit hati?" Hang yang bertanya. Entahlah, wajahnya begitu serius, berbeda seperti saat tadi menggoda Qihan.
"Mmm tidak pernah sih... hehe:D"
Seringai manis Qihan menampakkan sederetan gigi-gigi nya yang putih."Jiaqi-ge, apakah sakit hati memang sesakit itu?"
Fokus Jiaqi teralih pada Hang. Netranya menangkap raut wajah adik angkatnya yang begitu sungguh-sungguh menuntut penjelasan.
"Kau akan tahu sendiri Hang, seiring berjalannya waktu"
Hang masih diam di tempatnya. Bukan jawaban itu yang ia harapkan dari seorang Ma Jiaqi."Bagaimana cara aku mengetahuinya?" Satu pertanyaan lainnya terlontar dari mulut mungil itu.
"Aku juga tidak tahu Hang, tunggu saja"
"Iya ge, tapi kapan?" Hang mulai kesal. Kenapa Jiaqi susah sekali menjawab pertanyaannya.
"BERHENTILAH BERSIKAP SEOLAH KAU TIDAK TAHU HANG-GE! KAU PERNAH MERASAKANNYA! KAU PERNAH SAKIT HATI GE! AKU MASIH MENGINGAT ITU!!!"
Qihan berlari ke kamarnya dengan berlinang air mata. Kakinya yang terkilir tak terasa sakit lagi.
Tiba di kamarnya Qihan langsung membanting pintu, lalu manutup wajahnya dengan selimut tebal."Aku ingin kau baik-baik saja ge, aku ingin kau tidak lagi mengerang kesakitan. Tapi aku tidak bisa menahan mulutku untuk tidak mengatakan yang sebenarnya"
Anak itu menangis hebat di balik selimutnya, sesekali berteriak geram.Tidak bisa dipungkiri Qihan sangat-sangat menyayangi Hang melebihi ia menyayangi Zuo Guang.
Melihat bagaimana dulu Hang mengerang kesakitan, bagaimana Hang mencoba bertahan di atas penderitaannya , bagaimana Hang hampir merenggut nyawa di ranjang rumah sakit.
Qihan tidak mau itu terjadi lagi.
Hang memang sudah tidak mengingat kejadian saat itu, tetapi mau bagaimanapun juga suatu saat nanti lelaki itu akan berjumpa kembali dengan memori terburuknya itu.Tok! Tok! Tok!
"Qihan..." Panggil Jiaqi dari luar pintu kamar.
"Tidak dikunci!" Seru Qihan.
Pintu dibuka, Jiaqi melangkah masuk ke ruangan yang cukup besar itu. Dilihatnya meja Qihan yang ramai dengan pigura foto. Setidaknya ada 5 pigura. Ada foto Qihan bersama mama, Qihan bersama Hang, Qihan bersama Jiaqi, Qihan bersama Jiaqi dan Hang, Qihan bersama Jiaqi dan Chengxin, dan terakhir... Itu foto baru.
Foto Qihan dan Bowen menggunakan bingkai berwarna putih.Setelah melihat-lihat meja adiknya Jiaqi duduk disebelah Qihan.
"Qihan" panggilnya"Hmm"
"Tahan sebentar ya?" Jiaqi mengelus surai Qihan lembut.
"Maksudmu?"
"Tentang Hang. Kau harus bisa menahan dirimu agar tidak mengatakannya"
"Mana bisa! Itu kebenaran! Hingga kapan akan ditutup-tutupi?!" Qihan berteriak tak karuan.
"Jika kau berteriak Hang pasti akan mendengar percakapan kita"
Bisik Jiaqi sambil tersenyum tulus. Qihan seketika menutup mulut kecilnya dengan kedua tangan di balik selimut .
Jiaqi benar. Perkara yang disembunyikan mereka dari Hang bisa bocor dengan mudah hanya karena teriakan brutal Qihan."Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Kita hanya akan jadi penonton. Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya"
Qihan menyingkap kain selimut yang menutup wajahnya.
"Itu kejam. Kenap-""Cinta memang serumit itu" potong Jiaqi sebelum Qihan melemparkan pertanyaan anehnya.
Dan anak kecil itu bungkam, tidak bisa membalas perkataan Jiaqi lagi. Jiaqi menang dalam hal pengalaman. Sedang dengan Qihan, jatuh cinta saja hanya pada bulan. Anak itu belum mengerti apa arti cinta yang sebenarnya."Suatu saat kau akan mengerti Qihan. Hang pun sama, suatu saat dia akan mengerti, m-maksudku mengingat cinta"
"Jiaqi-ge. Aku akan pergi bersama Zeyu dan Ji. Sepertinya aku akan pulang telat" Sosok Hang tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar. Kepalanya tertunduk dalam.
"Bersenang-senanglah Hang"
Jiaqi melambaikan tangan ke arah pintu yang sudah tak menampakkan sosok Hang lagi."Aku yakin dia mendengarnya!" Qihan bergegas turun dari ranjang, namun Jiaqi menahan tubuh kurusnya.
"Hang butuh waktu menyendiri"
-I do not believe you-
Jiaqi benar sekali. Yang dibutuhkan Hang saat ini hanyalah waktu untuk sendiri. Hang benar-benar butuh istirahat dari menjalani kehidupan yang sungguh melelahkan.
Akhir-akhir ini Hang sering menguping Jiaqi dan Qihan membicarakannya. Tapi Hang benar-benar tidak mengerti. Mereka terus membicarakan hal-hal yang notabenenya pernah dilalui Hang, namun seingat Hang ia tidak pernah melakukannya. Entahlah, sepertinya Hang lupa ingatan. Sepertinya.Selain Jiaqi dan Qihan, Jiaxin juga beberapa kali mengucapkan hal-hal yang membuat Hang bingung.
Pertama, Jiaxin sering sekali memohon padanya agar dirinya dimaafkan. Saat Hang tanya alasannya Jiaxin cenderung menghindar dengan cara mengalihkan topik pembicaraan.
Kedua, Sehari setelah Jiaxin mengobrol dengan Jiaqi. Hang bertanya pada Jiaxin perihal apa yang dibicarakannya kemarin bersama Jiaqi. Dan jawaban Jiaxin hanyalah "tentang masa laluku yang kelam".
Dan saat Hang tanya lagi "apa ada kaitannya denganku?". Jiaxin hanya tersenyum tanggung sebagai jawaban.Di sisi sungai Huangpu yang tenang Hang duduk. Ditemani angin pagi yang hangat, juga kupu-kupu yang terbang bebas di sekitarnya.
Remaja lelaki itu merenung. Rasanya ada ganjalan besar di hati kecilnya, membuat sesak di dada. Ia mencoba memecahkan teka-teki sendiri, tersesat di labirin yang buntu, entahlah, semuanya rancu. Tapi ia selalu enggan untuk bertanya.
3 jam sudah terlewati. Tidak ada kemajuan. Hatinya masih gusar, gelisah terus menyelimuti, ia lelah bergumul dengan pikirannya.
"Aku lapar... Tapi aku lupa bawa uang" gumam Hang
"Zuo Hang! Kau kah itu?!" Seseorang berlari-lari kecil dengan tas ransel di punggungnya. Hang melambaikan tangan padanya.
-To be continued-
Sabtu, 25 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
I do not believe you
FanficDeng Jiaxin dan Zuo Hang. Dua sahabat kecil yang akrab, hingga suatu ketika Deng Jiaxin merusak masa kecil Zuo Hang, hingga Zuo Hang tidak bisa mengingatnya