I do not believe you|Nine

88 11 4
                                    





  Obrolan Bowen dengan kawan lamanya di sekolah hanya terjadi sebentar. Shuwan memohon pada Bowen agar diizinkan menginap di rumahnya, dengan dalih

"Aku melakukan perjalanan dari Chongqing ke Shanghai hanya untuk memberi informasi padamu. Aku menaklukkan perjalanan 1.691,3 km lebih. Aku duduk di kursi pesawat selama kurang lebih 3 jam 30 menit, belum lagi aku harus menggunakan taksi untuk ke sekolahmu"

Sedari dulu sifat sering mengeluh yang Shuwan punya tidak hilang hingga saat ini. Bedanya Shuwan kecil lebih pendiam dibandingkan sekarang yang cerewetnya tidak tertolong. Tapi bukan berarti Shuwan melabuhkan hatinya pada lautan cinta milik Bowen, sekalipun tidak pernah Shuwan lakukan.

Sejujurnya tanpa mendetailkan tentang perjalanannya Bowen pasti mengizinkan Shuwan untuk menginap. Tidak akan Bowen biarkan temannya terlantar di kota orang.

"Jiang Shuwan. Sore tadi kau hanya mengatakan bahwa informasi ini tentang Fang Hua jie bukan? Tapi kau belum mendetailkan informasinya, kau malah mendetailkan perjalananmu yang aku tidak peduli sama sekali" ujar Bowen setelah meneguk air putih di meja makan. Mereka berdua baru saja selesai makan malam.

"Ya ini tentang Wu Fang Hua, sekaligus tentang dendammu. Sekarang kau bisa membalaskan dendammu itu Wenwen" Seringai licik ada di wajah Shuwan.

Bowen yang sedang mengunyah apel tersedak, ini yang ditunggu olehnya selama bertahun-tahun.

"B-benarkah?" Suara anak lelaki itu bergetar hebat. Shuwan menanggapi pertanyaannya dengan anggukan.

"Aku menemukan si pelaku pembunuhan itu Wenwen!" Teriak Shuwan semangat. Membangkitkan gairah Bowen untuk membalas dendam. Hatinya berapi-api.

Untung saja tidak ada pelayan di rumah. Bowen menyuruh mereka semua untuk pulang, jadi tidak akan ada yang menguping pembicaraan rahasia Shuwan.

"Siapa dia?" Tatapan tajam itu serius meminta penjelasan. Bahkan bisa dikatakan seriburius.

"Namanya Deng Jiaxin"

Shuwan memejamkan matanya. Menghembuskan nafasnya perlahan. Membicarakan sosok malaikat seperti Fang Hua yang telah kembali ke pangkuan semesta membuat kerongkongan tercekat dan hidung kedat.

"D-deng J-jiaxin sahabat gege Qihan?"
Getaran hebat itu belum hilang.

Shuwan membuang nafas perlahan untuk kedua kalinya.

"Benar. Aku tahu banyak tentang kalian. Aku tidak tahu harus bagaimana jika aku berada di posisimu, sepertinya aku tidak akan bisa memilih"

Bowen menatap teman lamanya provokatif. Apa maksud perkataan Shuwan?.
Dan raut wajah itu tertangkap oleh Shuwan.

"Sekarang pilihannya ada dua Wenwen... Pertama, kau membalaskan dendammu dan mengorbankan persahabatanmu... Atau kedua, mengubur dendammu sedalam mungkin dan persahabatan kalian tetap bertahan—

—pilih yang mana tuan muda?" Desakan Shuwan membuat Bowen terpojok. Dendam bertahun-tahun yang disimpan Bowen sudah dipuncaknya, tidak bisa ditahan lebih lama lagi. Namun, perasaannya pada Qihan pun tidak bisa ia buang begitu saja.

"A-aku tidak tahu"
Air hangat itu mengalir keluar dari pelupuk mata Bowen. Dibiarkan mengalir membasahi pipi manisnya.

Shuwan beranjak dari posisinya, pindah ke tempat yang lebih dekat dengan Bowen. Bibirnya hanya berjarak satu jengkal dari telinga Bowen.

"Sekarang aku akan bertanya. Kamu benar-benar mencintai Zuo Qihan seutuhnya atau hanya karena ada alasan aneh yang kau punya?"

Bisik Shuwan. Suara bisikan itu nyaris tidak terdengar oleh indra pendengaran. Tetapi suara yang hampir tak terdengar itu berhasil menjadi gema yang terus memantul di kepala Bowen.

"Aku sedang berusaha mencintainya seutuhnya Shuwan, tapi kenyataannya aku hanya mencintai Wu Fang Hua seorang"

"Lalu apa hal 'tiddak utuh' yang menjadi alasan aneh kau mencintai Zuo Qihan?" Pertanyaan demi pertanyaan dari mulut gadis bermarga Jiang itu.

"Alasannya... Karena... Dia mengingatkanku pada Fang Hua jie. Cara Qihan mencintai purnama persis seperti cara Fang Hua jie mencintai purnama juga..." Getar suara Bowen menyiratkan rasa sakit, tatapannya suram bak langit mendung, rindu yang dalam terus membara. Hati kecilnya selalu disesaki rindu.

"Alasan bodoh yang Bowen, sungguh bodoh. Kalau begitu berhentilah mencintainya. Karena Zuo Qihan adalah Zuo Qihan, bukan Wu Fang Hua. Sampai kapanpun Zuo Qihan adalah Zuo Qihan"

"Aku mencintai sifatnya Shuwan!!" Intonasi bicara Bowen meninggi. Bentakan kecil itu membuat Shuwan yang tengah minum tersedak.
Shuwan tertawa lepas.

"Itu namanya bukan mencintai, tetapi mencari pengganti"

-To be continued-




Minggu, 19 Mei 2024

I do not believe you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang