15

3.9K 396 9
                                    

"sepertinya, aku tidak bisa ikut. Aku masih ada kelas setelah ini, tapi aku akan mengantar kalian sampai gerbang" ucap Kai dengan sedih, ia sebenarnya ingin ikut tapi karena kelasnya tak bisa di tunda ia tidak bisa ikut.

"Begitu ya, baiklah. Ayo pergi" ucap Zen yang di angguki oleh Revan dan Kai.

Mereka keluar dari kamar menuju gerbang dengan Revan yang berada dalam gendongan Sin, anak itu benar benar malas berjalan.

"Hati hati" Kai mengelus kepala Zen dan Revan secara bergantian, sebelum kedua anak itu masuk ke dalam kereta kuda.

"Ok, dah. Semangat belajarnya!" Ucap Zen di angguki oleh Revan,
Kai tersenyum kecil mendengar penuturan adiknya.

Keduanya masuk ke dalam kereta bersama Pelayan masing masing, Revan melambai ke arah Kai begitu kereta mulai berjalan. Kai membalas lambaian tangan Revan, ia menatap kepergian kereta yang di tumpangi kedua adiknya hingga tidak terlihat lagi.

"Mari masuk, anda harus bersiap untuk kelas selanjutnya" ujar Hion, pelayan pribadi Kai.

"Hm" Kai masuk ke dalam di ikuti oleh Hion.

Kembali kepada Revan dan Zen yang duduk diam di dalam kereta, jujur saja Zen tidak terlalu suka naik kereta kuda. Ia lebih suka naik kuda, lebih cepat dan praktis. Namun jika mereka keluar dengan kuda pasti ayahnya tidak akan mengizinkannya.

Zen melirik adiknya yang duduk dengan tenang, senyum tipis muncul begitu melihat wajah adiknya yang terlihat lucu saat melamun seperti ini.

'masih memikirkan hadiah untuk si Lucan itu?' bisik Xion. Revan tersentak kecil, ia lupa jika makhluk itu ikut dengannya.

'ya, menurut mu hadiah apa yang harus aku berikan?' ucap Revan dalam pikirannya.

'aku akan merekomendasikan sebuah toko untuk mu, yang aku tau Lucan itu suka dengan buku' bisik Xion.

'itu ide yang bagus, sekalian aku juga ingin membeli buku' senyum tipis muncul di wajahnya untuk sesaat.

Tak berapa lama, akhirnya mereka sampai di alun alun kota yang terlihat ramai. Banyak pedagang di tepi jalan serta orang asing yang berlalu lalang, begitu juga dengan anak anak yang bermain di air mancur.

"Wow" Revan menatap jendela dengan kagum, bangunan bangunan kuno itu semakin menambah kesan Historia nya.

Ia tidak percaya akan melihat ini, baiklah! Ia akan menikmati hidupnya sampai ajalnya menjemput. Ia tidak akan meminta untuk mati sebelum ia menjelajahi seluruh kota ini!

Kereta berhenti di sebuah toko, Zen turun terlebih dahulu di ikuti oleh Rin pelayan pribadinya. Revan turun di bantu oleh Zen, Sin keluar terakhir.

"Ini?" Zen menoleh ke arah Revan yang menatap toko dengan bingung.

"Toko senjata, kakak ingin memberikan hadiah untuk Lucan" balas Zen yang membuat Revan menoleh.

"Ayo" Zen menarik tangan Revan dengan lembut, lalu masuk ke dalam toko.

"Oh, selamat datang. Ada yang bisa di bantu tuan?" Ucap penjaga toko tersebut.

"Kami ingin melihat lihat dulu" ucap Zen yang di angguki oleh penjaga toko.

Revan sudah pergi menuju pojok ruangan yang terdapat belati dan senjata lainnya yang berukuran sedang. Ia menatap senjata tersebut sambil meneliti ukiran di pegangan senjata itu.

'oh, dimana dia mendapatkan senjata itu?' bisik Xion yang membuat fokus Revan hilang.

'senjata apa?' tanya Revan dengan bingung.

'itu, belati dengan gagang berwarna putih tulang dan ukiran rumit di sebelah kanan mu' jawab Xion. Revan menatap senjata yang di beritahu oleh Xion.

Memang unik dan menarik, ia juga merasakan sebuah energi dari belati itu. Revan akhirnya mengambil belati tersebut dan melihatnya lebih dekat.

'ada energi di belati ini, kau tau nama senjata ini?' tanya Revan.

'itu senjata langka, namanya Dangerous. Gagangnya terbuat dari sisik naga putih, sepertinya dia memilih mu' jelas Xion.

'apa maksud mu?' tanya Revan, tak mengerti dengan penjelasan akhir Xion.

'akan ku jelaskan nanti, lebih baik kau ambil itu' Revan mengangguk mengerti.

Ia berjalan ke arah Sin dengan membawa dangerous itu di tangannya, Sin menatap Revan yang membawa belati dengan pandangan rumit.

"Sin, mau ini" ucapnya memperlihatkan belati di tangannya.

Zen yang kebetulan berada tak jauh dari keduanya mendekat, ia menatap belati di tangan Revan dengan rumit sama seperti Sin.

"Ada apa?" Tanyanya. Revan menoleh dan menunjukkan belati tersebut.

"Mau" ucapnya. Zen berpikir sejenak, ia kembali melirik ke arah Revan. Ugh, imutnya!!

"Hah, baiklah" putus Zen, ia tidak tahan melihat wajah memelas adiknya yang sangat menggemaskan.

Zen mengambil belati tersebut dan membawanya ke penjaga toko yang masih stay di tempatnya.

"Berapa harga belati ini?" Tanya Zen, meletakkan belati tersebut di atas meja.

"Oh, belati ini.." ucap penjaga toko itu yang terjeda.

"Ada apa?" Tanya Zen dengan bingung.

"Tidak, belati ini sudah pernah di beli. Namun mereka mengembalikannya setelah satu hari" jelas penjaga toko itu yang bernama Jun.

"Kenapa?"

"Mereka bilang, belati ini tidak cocok dengan mereka. Beberapa bahkan mengeluh jika belati ini tidak berguna" lanjut Jun.

Revan yang mendengar cerita menjadi yakin jika belati itu mempunyai cerita tersendiri, ia akan mendengarkan penjelasan Xion setelah mereka pulang nanti.

"Tapi jika di lihat lagi, belati ini terlihat lebih berkilau dari biasanya" ucap Jun menatap belati di meja tersebut.

"Baiklah, apakah ada yang lain tuan?" Tanya Jun.

"Oh, ini" Zen meletakkan sebuah pedang.

"Wah, pilihan anda sangat bagus. Ini pedang keluaran terbaru dari  yang di buat oleh pengrajin terkenal di daerah ini" ucap Jun dengan semangat.

"Kalau begitu aku ingin memesan sebuah pedang" lanjut Zen.

"Oh, pedang seperti apa yang anda inginkan?" Tanya Jun dengan senyum bisnisnya.

"Ini" Zen memberikan gulungan kertas kepada Jun yang di terima dengan baik.

Jun membuka gulungan tersebut, di sana sudah terdapat desain pedang yang cukup detail dan sedikit rumit.

"Baiklah, kapan anda memerlukan pedang ini?" Tanya Jun, ia menggulung kembali desain pedang tersebut.

"Seminggu lagi, aku akan menjemputnya sore" jawab Zen.

"Hm, di lihat dari desain pedangnya sepertinya kami memerlukan tambahan waktu. Tapi akan kami usahakan selesai dalam seminggu"

"Jika belum selesai anda bisa kembali besoknya" jelas Jun dengan penuh pertimbangan.

"Baiklah, ini uang muka nya. Lalu berapa harga dua barang ini" Zen memberikan sekantong kecil koin emas yang di terima dengan senang hati oleh Jun.

"Pedangnya jadi 7 koin emas dan belati ini 4 koin perak"

»»————><————«« »»————><————««

Yahoo~

Gimana kabar kalian? Sehat terus ya!
Jangan lupa vote and coment guys!

Typo!!
See you(*´︶'*)♡Thanks!

Adik Scot Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang