20

2.1K 209 4
                                    

Zen menatap para prajurit yang bergegas meninggalkan ruang latihan dengan bingung, ia mencoba untuk bertanya kepada para pelayan yang lewat tapi mereka juga tidak mengetahui hal tersebut.

'apa terjadi sesuatu? Aku harus menemui Kai' Zen berlari menuju kamar kakak nya dengan perasaan cemas.

"Kai!" Serunya begitu membuka pintu kamar sang kakak dengan kasar,pemilik kamar tersebut menoleh ke arah nya dengan bingung.

"Ada apa?" Kai menutup buku yang berada di tangannya dan menatap Zen dengan bingung.

"Apa terjadi sesuatu?" Kai mendekati Zen yang duduk di sofa.

"Itu, aku lihat para kesatria pergi meninggalkan ruangan latihan dengan terburu buru. Aku kira kau tau, tapi ternyata tidak" jawab Zen, ia meminum teh yang di sediakan oleh para pelayan.

"Hmm.." Kai melirik ke arah Hion, mengerti akan hal tersebut ia pun meninggalkan kedua pangeran tersebut.

"Sepertinya dugaan ku benar" gumam Kai yang masih terdengar oleh Zen.

"Kenapa?" Zen menatap Kai dengan wajah serius.

"Kemarin malam Revan di ikuti oleh seseorang, dia datang ke kamar ku tanpa seorang pun mengawalnya. Saat aku membuka pintu kamar, aku merasakan mana asing di sekitar sana"

"Apa Revan di culik?" Zen bertanya dengan wajah yang khawatir.

"Sepertinya begitu, ayah mungkin akan memberitahu kita setelah ini. Untuk saat ini jangan bertindak gegabah" ujar Kai dengan wajah serius.

"Haa, ini salahku maaf kan aku" Zen menghela nafas kecil dan menutup wajahnya dengan sebelah tangannya.

"Hm? Apa sesuatu terjadi ketika kalian keluar?" Tanya Kai dengan wajah bingung.

"Tidak, hanya saja saat itu aku seperti di perhatikan seseorang. Saat itu aku tidak berpikir hal aneh, karena yah memang banyak yang memperhatikan kami" jawab Zen, ia menghela nafas berat begitu selesai menceritakan semuanya.

"Itu bukan salahmu, itu hal biasa. Masyarakat juga sudah mengenal mu" ujar Kai yang membuat Zen tersentak, ia menggaruk pipinya dengan canggung.

Tok! Tok!

"Masuk" pintu terbuka dan terlihat Hion dengan wajah yang panik menghampiri keduanya.

"Ada apa?" Tanya Kai dengan wajah serius.

"Pangeran ketiga menghilang" jawaban tersebut membuat Kai dan Zen saling pandang.

"Jelaskan!" Ucap Zen dengan tegas. Hion mulai menjelaskan semua yang ia dengar dari Sin.

Kedua kakak beradik itu saling pandang dan mengangguk sekilas setelah mendengar penjelasan dari Hion, keduanya terlihat memikirkan sesuatu.

"Aku dan Zen akan ikut mencari Revan, kau tunggu di sini. Dan laporkan jika ada sesuatu yang menjanggal" ujar Kai di angguki oleh Zen.

"Baik, pangeran" balas Hion yang sempat ragu, namun ia menepis perasaan tersebut dan menyetujui usulan tuannya.

Kai mengangguk, ia melirik Zen seolah mengerti Zen segera berdiri dan keluar di susul oleh Kai, Hion menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat kemudian melakukan tugasnya.

Kembali kepada trio eksperimen, mereka terlihat sedang beristirahat dalam gua dengan keadaan yang sedikit kacau, mereka mengatur nafas sembari menghilangkan rasa haus.

"Jujur saja aku lapar sekarang" ujar Jeff.

"Aku juga" sahut Arfin, ia melirik ke arah mayat monster yang tergelatak cukup jauh dari mereka.

Revan berdiri yang langsung mendapat perhatian dari kedua insan yang ada di sana, mereka menatap Revan dengan bingung. Apa yang akan di lakukan oleh Revan?
Pikir mereka.

"Aku akan mengambil inti monster" ujar Revan dan mengeluarkan sebuah belati.

"Ah! Bagaimana jika kita memasak daging monster itu!"seru Arfin yang membuat Jeff menoleh ke arahnya.

"Tidak buruk, ayo kita ambil beberapa dagingnya dan mencari sumber air" ucap Jeff setelah cukup lama berpikir.

"Yosh! Kalau gitu ayo kita ambil daging dada dan paha bawah" arfin bangkit dari duduknya dan mulai menyusul Revan. Jeff mengambil belatinya dan mulai menyusul keduanya.

"Revan, kamu tidak lapar?" Tanya Jeff yang membuat Revan menoleh.

"Tidak, aku sudah kenyang dengan air tadi" jawab Revan sembari memasukkan inti monster ke dalam ruang dimensi yang ia punya.

Jeff terdiam melihat sihir yang di gunakan oleh Revan, matanya menatap sendu ke arah Revan yang terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

"Kita akan mengambil beberapa daging untuk di makan, kamu harus makan untuk mengisi tenaga" ujar Jeff yang mendapat anggukan singkat.

"Oi! Ayo lanjut, aku sudah dapat dagingnya" seru Arfin sembari memperlihatkan daging yang ia ambil.

"Ayo, aku sudah selesai" ujar Revan di angguki oleh Jeff. Keduanya menyusul Arfin yang sedang membersihkan belatinya yang berlumuran darah monster.

"Lanjut masuk atau keluar? Aku mendengar aliran air tadi, mungkin 200 meter dari sini" ucap Arfin sembari membereskan barangnya.

"Bagaimana menurutmu Revan?" Tanya Jeff, Revan menoleh dan berpikir sejenak.

"Kita masuk sampai menemukan sumber air yang di katakan Arfin, kemudian keluar. Kita tidak akan sanggup untuk melawan monster jika terus masuk, semakin kita masuk level monster nya semakin tinggi" jawab Revan di angguki oleh keduanya.

"Ayo, Arfin kamu yang pimpin. Aku di belakang dan Revan di tengah" ujar Jeff di angguki Arfin.

Mereka berbincang kecil sembari memberantas monster berukuran kecil dan mengambil beberapa tanaman yang menarik untuk di bawa.hingga akhirnya mereka sampai di sebuah danau kecil dan memutuskan untuk berhenti, mereka mulai membuat unggun kecil untuk memasak daging yang di ambil sebelumnya.

"Kelihatannya lezat" ujar Arfin menatap daging yang sedang di panggang hingga tidak sadar bahwa air liurnya sudah menetes.Jeff segera menutup mulut Arfin sebelum mereka kebanjiran oleh liur anak itu.

"Sepertinya yang ini sudah matang" Revan mengangkat setusuk daging dan memberikannya kepada Arfin, dengan senang hati Arfin mengambil daging tersebut dan mulai memakannya. Jeff menggeleng kecil melihat cara makan Arfin yang sangat berantakan, sepertinya arfin sangat kelaparan.

Jeff mengambil daging yang sudah matang dan memberikannya kepada Revan yang di terima dengan baik oleh Revan, ia kemudian mengambil daging yang sudah matang untuk dirinya sendiri.

Baru memakan setengah Revan segera mengambil belatinya dan melemparnya ke arah jam tiga, Jeff dan arfin segera mengambil senjata dan memasang posisi siaga.

Tak lama terdengar geraman suara yang menggema, tanah bergetar hebat seolah olah akan runtuh. Dari kejauhan terlihat mata yang menyala merah dalam kegelapan dengan tubuh yang terlihat besar,ia semakin mendekat dan mendekat hingga terlihat monster dengan tubuh besar dan mata merah menyala.

"Itu.."

"Golem" ujar Jeff melanjutkan ucapan Arfin.

"Sepertinya ini akan lama" ujar Arfin di angguki oleh Jeff.

»»————><————«« »»————><————««
Yahho~

Gimana kabar kalian?
Maaf ya lama, mungkin untuk kedepannya bakal sama.
Maaf ya(⁠•⁠ ⁠▽⁠ ⁠•⁠;⁠)

Jangan lupa vote and coment!
Typo!
Bye bye(*´︶'*)♡Thanks!

Adik Scot Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang