16

3.2K 330 9
                                    

Keluar dari toko senjata mereka memilih untuk melihat lihat sekeliling.

'dimana toko buku yang kau rekomendasikan itu?' tanya Revan kepada Xion.

'letaknya lumayan jauh, dari sini kalian hanya perlu lurus setelah sampai di toko roti kecil kalian masuk ke dalam gang kecil di sebelah kiri. Nah di sebelah kanan akan terlihat tokonya' jelas Xion panjang lebar.

Revan mengangguk mengerti, ia berjalan lurus yang di ikuti oleh yang lain. Zen menatap Revan dengan bingung, apa yang membuat adiknya terlihat bersemangat seperti itu?

Seperti yang di ucapkan oleh Xion ia menemukan toko buku itu, memang terlihat usang dan sudah tua tetapi di dalamnya cukup bersih dan terlihat nyaman.

Revan dengan segera mulai mencari buku yang dapat menarik, ia juga mencari buku untuk hadiah yang akan ia berikan kepada pangeran Lucan. Xion juga ikut memilih kan buku yang cocok untuk di jadikan hadiah pangeran Lucan.

Zen juga terlihat memilih milih buku, sedikit berantakan karena tumpukan buku ada di mana mana, namun tempatnya yang bersih terlihat sangat nyaman.

Revan akhirnya mendapatkan beberapa buku yang akan ia beli, ia juga sudah mendapatkan buku yang bagus untuk di jadikan hadiah. Xion juga memilih beberapa buku, tentu saja ia meminta Revan mengambil buku itu dengan sedikit ancaman.

Mereka akhirnya keluar dari sana setelah membayar buku yang mereka beli, mereka akhirnya memutuskan untuk melihat lihat pasar.

Lelah berjalan, mereka memutuskan untuk istirahat di sebuah restoran. Lagi pula mereka juga lapar, mereka sudah melewatkan jam makan siang tadi.

"Jangan beritahu ayah perihal ini, kamu mengerti kan" bisik Zen.

"Hmm, sepertinya Yang mulia sudah tau" bisik Rin, Zen tersentak kecil. Ia lupa jika ayahnya meletakkan penjaga bayangan bersamanya.

"Ah, sudahlah" Zen dengan kesal mulai memakan makanannya.

Revan terlihat tidak terganggu dengan percakapan Zen dan Rin, ia terlihat menikmati makanan yang di berikan oleh pelayan di restoran itu.

Rasanya pas di lidahnya yang sangat pemilih dalam hal makanan, sepertinya ia akan berkunjung ke sini lagi jika mereka ke kekaisaran.

'hei, kapan aku bisa keluar?'

'setelah kita sampai di kamar'

'apa kau masih lama?! Aku sudah bosan di sini'
 
'masuk ke dalam'

'di sana lebih membosankan'

'lebih baik kau diam, jangan coba coba cari masalah'

Revan kembali melanjutkan makannya dengan tenang, Xion terpaksa diam. Jika dia membuat masalah, sudah pasti ia tidak akan di izinkan untuk keluar.

"Tuan muda lebih baik sekarang kita pulang, hari sudah sore" ucap Sin yang mendapat anggukan dari Rin.

"Apa kamu masih ingin melihat lihat?" Tanya Zen, Revan menatap kakaknya lalu menggeleng.

"Baiklah" mereka keluar dari restoran, begitu sampai di luar sudah ada kereta kuda yang menanti mereka.

•♪•♪•♪•♪•

Begitu sampai di istana, Revan langsung berpamitan ke kamarnya. Ia ingin mendengar penjelasan dari Xion tentang belati yang ia beli.

"Keluarlah" Xion akhirnya keluar, ia langsung melompat ke kasur.

"Akhirnya.."

"Cepat beritahu aku!" Revan mendekatkan wajahnya ke wajah Xion.

"Oii.., jauhkan wajahmu dari ku" Revan tidak mempedulikan ucapan dari Xion.

"Baiklah, sebelum itu jauhkan wajahmu. Kau terlalu dekat" Revan akhirnya menjauhkan wajahnya, Xion bernafas lega setelah Revan menjauhkan wajahnya.

"Jadi?"

"Sebelum itu aku akan menjelaskan tentang naga putih" Revan mengangguk, ia mulai duduk dengan tenang untuk mendengarkan cerita Xion.

Xion menghela nafas sejenak, jika sudah bersangkutan dengan hal yang ingin di ketahuinya, Revan sangat penurut.

"Naga putih adalah makhluk yang sangat legendaris, keberadaan nya sangatlah langka. Banyak pemburu ataupun para petualang yang mencari sarang naga ini untuk kepentingan mereka namun, setiap mereka yang pergi mencari sang naga pasti akan kembali dengan tangan kosong"

"Dangerous adalah salah satu senjata langka yang hanya bisa di gunakan oleh orang orang terpilih. Hanya sebagian kecil yang mengetahui tentang ini, kau harus hati hati menggunakannya" Xion menjelaskan dengan singkat. Revan mengangguk mengerti.

"Bagaimana kau tau gagangnya terbuat dari sisik naga putih? Kau bilang tidak ada yang pernah berhasil mencari naga putih?" Revan kembali bertanya seraya memperhatikan dangerous yang berada di tangannya.

"Aku hanya mengatakan pemburu dan petualang" Revan akhirnya sadar maksudnya, ia melirik ke arah dangerous dan Xion secara bergantian.

"Hm.., aku paham sekarang" Xion hanya diam, ia lebih memilih untuk membaca buku yang sudah di beli oleh Revan.

Revan akhirnya menyimpan dangerous tersebut dan memilih untuk membersihkan tubuhnya, sebelum itu ia meminta Xion untuk bersembunyi dan tidak mengeluarkan auranya. Bisa gawat jika Sin merasakan kehadiran Xion.

Selesai mandi dan berpakaian Revan menuju ruang makan, sudah waktunya makan malam. Ia bersama dengan Sin menuju ruang makan dengan Sin yang sesekali akan mengajaknya mengobrol.

Sesampai di ruang makan Revan langsung di sambut dan di bukakan pintu, ia masuk dan acara makan malam pun di mulai seperti biasanya.

Selesai makan malam Revan kembali ke kamarnya seorang diri karena Sin di panggil oleh ayahnya, selama perjalannya ia hanya diam dengan pikirannya yang selalu berisik.

Tiba tiba ia berhenti dan melihat sekitar dengan serius 'sepertinya aku merasakan kehadiran seseorang tadi' ia kembali melanjutkan perjalannya dan mengubah arah tujuannya.

Tok.. tok..

"Masuk" sahutan dari dalam memberikannya izin.Pintu terbuka dan masuklah seorang anak laki laki dengan rambut blonde nya.

"Oh, Revan. Ada apa? hm.." Kai mendekati sang adik dengan senyum tipis di wajahnya.

Revan menggeleng kecil, ia kemudian memeluk Kai yang di balas oleh anak itu meski bingung sesaat. Setelah berpikir cukup lama barulah ia tersadar ia menggendong Revan dan membaringkan nya di kasur.

"Hari ini kamu tidur dengan kakak saja ya" Revan mengangguk, Kai mengelus rambut adiknya dengan lembut.

Revan mulai mengantuk, tak lama setelahnya ia akhirnya tertidur. Kai menaikkan selimut yang di gunakan adiknya, ia mencium pipi sang adik lalu segera menuju meja belajar di sebelahnya.

Ia menulis sesuatu dan menggulungnya kemudian mengikatnya di kaki burung hantu miliknya. "Berikan ini pada ayahku" setelah mengatakan itu burung hantu tersebut terbang menjauh.

Kai menutup jendela kamar setelah burung hantu tersebut tidak terlihat, ia kembali ke kasurnya dan berbaring di samping adiknya yang sudah memasuki alam mimpi.

»»————><————«« »»————><————««
Yahho~

Maaf ya lama gak up༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ
Aku lagi di tumpuk tugas sebelum ujian, mungkin aja aku bakal up kalau udah selesai ujian atau waktu aku senggang aja..

Sekian dulu, bye bye...
Typo!
(*´︶'*)♡Thanks!

Adik Scot Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang