17

2.6K 309 9
                                    

Lio menatap tumpukan kertas di mejanya nya dengan malas, kakaknya ini selalu saja membuat tugasnya menumpuk. Jika bisa ia ingin tidur bersama Revan hari ini namun, itu tertunda karena pekerjaan sialan ini.

Samar samar ia mendengar suara kepakan sayap burung, ia bangkit dan membuka jendela. Apakah terjadi sesuatu dengan putranya? Perasaanya tidak enak!!

Dari kejauhan ia bisa melihat seekor burung hantu khas milik anaknya, sepertinya feeling nya benar. Ia segera membuka isi surat tersebut dan membacanya.

"Sepertinya aku harus menemui Enfri besok" Lio menyimpan surat tersebut lalu menuju ke kamarnya.

Malam berlalu begitu cepat, Revan sudah kembali ke kamarnya begitu ia bangun tadi. Saat ini ia sedang berpakaian di bantu oleh Sin, Sin melirik ke arah Revan dengan khawatir.

Wajah anak itu terlihat pucat dan matanya yang sayu dengan pandangan mata kosong, terlihat sedikit menyeramkan. Ia ingin bertanya namun ia urungkan niatnya, lebih baik ia mengambilkan sarapan untuk Revan.

"Saya akan mengambilkan sarapan anda" ucapnya lalu keluar dari kamar Revan. Revan tidak merespon dan masih diam di tempatnya.

'bagaimana dengan 3442 dan 105? Apa mereka selamat?'

'tunggu siapa 3442 dan 0105 ini? Kenapa aku memikirkan mereka?'

"Oi"

'ha?!'

"Fokus dan sadarlah bodoh!!!" Suara Xion menggema di otaknya.

"Eh?" Revan tersadar, ia memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Uhg, apa yang terjadi?" Gumamnya sembari mimijit pangkal hidungnya.

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh, ia memberikan izin dan masuklah Sin dengan nampan yang berisi makanan. Revan menatap ke arah Sin dengan bingung.

"Ruang makan?" Tanyanya dengan suara serak.

"Hari ini anda sarapan di kamar saja, anda harus istirahat yang cukup" jawab Sin sembari menyusun menu sarapannya di meja kecil.

"Aku tidak sakit" gumamnya lagi, Sin hanya bisa tersenyum kecil mendengar gumaman itu.

Ia menggendong Revan dan mendudukkannya di atas kasur, lalu mulai menyuapkan makanan yang di terima dengan baik oleh Revan.

'pahit' batinnya begitu sup tersebut masuk ke dalam mulutnya, Revan menelan sup tersebut dengan ekspresi datar. Ia kembali menerima suapan sup yang di berikan oleh Sin hingga suapan ke 10 ia menolak.

Sin mencoba untuk membujuk Revan namun di balas gelengan kecil seolah olah menandakan ia sudah kenyang, Sin menyerah untuk membujuk Revan. Ia memberikan segelas air lalu meletakkan buah apel yang sudah di potong ke atas meja nakas.

'oi Xion, kau menggunakan sihir?' tanya Revan dengan sinis.

'aku bosan, hei mau tau sesuatu yang menarik?' balas Xion dengan nada bersemangat di akhir kalimatnya.

Revan yang mempunyai jiwa penasaran pun tergiur oleh tawaran Xion, namun ia harus mempertimbangkan imbalan yang akan di minta oleh Xion.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya Revan menjawab dengan nada jengkel. 'baiklah, apa yang kau inginkan kali ini?' batinnya dengan wajah kesal.

"Karena itu kau lama menjawab nya? Aku tidak akan meminta apapun hanya saja, biarkan aku di luar. Bagaimana?" Balas Xion.

Revan memasang wajah datar setelah mendengar perkataan tersebut, ia menghembuskan nafas beberapa kali lalu mengangguk kecil.

'oke, tapi tidak sekarang' jawab Revan, membuat Xion merenggut tidak suka.

"Aku ingin sekarang!"

'aku punya rencana lain, ceritakan saja apa yang ingin kau katakan' Xion pasrah mendengar jawaban tersebut.

"Baiklah. Aku melihat seseorang kemarin malam" ucap Xion

'kalau itu aku juga tau ada yang mengikuti ku, di mana kau melihat nya?' tanya Revan sembari memakan buah apel yang sudah di siapkan oleh Sin tadi.

"Bukan itu maksud ku, dia orang yang berbeda. Aku melihatnya di pohon yang berada di jendela kamar Kai" balas Xion, mendengar hal itu membuat kegiatan Revan terhenti sejenak.

'seseorang seperti apa dia?' tanya Revan, jantungnya berdebar dengan cepat menunggu jawaban dari Xion.

"Seorang pemuda dengan rambut coklat emas dan mata hitam, dia menatap mu lumayan lama. Kalau di hitung mungkin sekitar 12 menit" jawab Xion, mendengar jawaban Xion itu membuat jantung Revan semakin berdebar.

Ia bangkit dari kasur lalu keluar dari kamar tanpa mempedulikan Sin yang panik melihatnya pergi dengan ekspresi wajah yang baru ia lihat.

"Oi,oi, kau ingin kemana?!" Tanya Xion, suaranya terdengar panik.

"Taman belakang" ujar Revan dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Bodoh, kau sekarang di kekaisaran." Revan berhenti begitu mendengar ucapan Xion, ia menatap sekeliling setelahnya pandangannya menggelap.

"Akhirnya" ia menangkap tubuh Revan yang akan jatuh lalu, dengan seringai kecil ia menghilang dari sana dengan Revan di dalam gendongannya.

Sin segera menyusul Revan begitu ia sadar dari lamunannya, ia mencari di sekitar kamar dan istana namun tidak menemukan Revan. Ia sudah bertanya kepada para penjaga dan pelayan yang berlalu lalang, namun jawaban mereka semua mengatakan tidak melihat pangeran ke tiga.

"Tidak ada cara lain" Sin akhirnya menggunakan kekuatannya untuk mencari jejak mana tuan mudanya, ia sengaja tidak menggunakannya dari awal karena ia pikir Revan hanya akan pergi ke teman yang berada di samping, namun perkiraan nya salah.

"Hilang, jejak terakhirnya di sini dan ada jejak mana asing di sini."

"Aku harus melaporkan ini" ia menggunakan teleportasi dan menghilang dari sana.

»»————><————«« »»————><————««

Yahho~

Maaf ya pendek, aku kehabisan ide buat lanjutin nya.

Typo!
Jangan lupa vote and coment!!
See you(*´︶'*)♡Thanks!

Adik Scot Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang