23

965 96 3
                                    

Jeff melirik ke arah Revan yang terbaring di sebelahnya, kemudian menghela nafas kecil.

"Kamu pasti melihat ekspresi Revan tadikan" Arfin mengangguk sebagai jawaban.

"Selama kita di lab, apa kamu pernah melihat Revan berekspresi seperti itu" Arfin menggeleng.

"Aku hanya melihat wajah datar dan berkerut seolah sedang menahan rasa sakit" ujar Arfin yang mendapat anggukan oleh Jeff.

"Untuk saat ini kita biarkan saja, Revan tidak akan mungkin menceritakannya jika kita bertanya sekarang" Arfin mengangguk mengerti

Mereka duduk diam sembari memungut beberapa batu kecil tak ada yang berbicara, mereka sibuk dengan pikiran masing masing hingga tidak menyadari bahwa Revan sudah sadar dari pingsannya.

"Shit.." gumam Revan begitu merasakan tubuhnya yang terasa sakit.

Revan mencoba bangkit dan merenggangkan badannya yang terasa kaku, ia menatap sekelilingnya hingga tatapannya jatuh pada dua sejoli yang duduk tak jauh darinya.

'ada apa dengan mereka?' batinnya begitu melihat keduanya memasang wajah yang kusut.

Jeff mengalihkan pandangannya begitu merasa di tatap oleh seseorang, matanya melebar begitu melihat Revan yang menatap ke arahnya dengan wajah datar. Ia segera bangkit dari duduknya dan mendekati Revan, Arfin yang merasa ada pergerakan dari Jeff menolehkan kepalanya.

"Revan!" Serunya dengan senyum merekah di wajahnya, ia bangkit dan segera mendekat.

"Bagaimana kondisi mu?" Tanya Jeff memeriksa setiap bagian tubuhnya.

"Ya, aku rasa baik baik saja" jawabnya dengan wajah yang terlihat bingung.

"Kamu yakin?" Tanya Arfin

"Iya"

"Baiklah, kalau begitu ayo lanjut. Kita harus keluar dari sini" ujar Jeff yang mendapat anggukan dari keduanya.

Di sisi lain, lebih tepatnya di bagian Lio yang sedang menelusuri dugeon yang di duga baru muncul tersebut terlihat sedang bertarung melawan beberapa monster kecil.

"Meskipun monster yang kita hadapi lemah, tapi jumlahnya tidak main main" ujar salah seorang prajurit yang sedang beristirahat.

"Ini belum seberapa dengan monster di perbatasan" balas temannya.

"Apa di perbatasan monster setingkat ini juga?" Tanya prajurit lainnya.

"Ya, hanya saja tingkat kekuatan mereka setara dengan monster kelas C" jawab prajurit yang berada di tengah tadi.

"Itu terdengar aneh" Lio yang tak sengaja mendengar hal tersebut melirik ke arah prajurit itu sekilas dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

'apa 'itu' akan terjadi tahun ini?' batinnya sembari membersihkan pedangnya yang berlumuran darah monster.

"Ayo lanjutkan" ucap Lio kepada Frin.

"Yang mulia!" Seruan tersebut membuat mereka menoleh ke arah prajurit itu.

Lio menaikan sebelah alisnya begitu prajurit yang ia tugaskan untuk melihat situasi di depan kembali dengan keringat yang bercucuran.

"Di depan, saya menemukan tas ini" ia menyerahkan tas usang yang sudah terkena noda darah.

Lio mengambil tas tersebut, ia membolak balik tas itu kemudian tak berapa lama ia melempar tas tersebut dan memerintahkan prajuritnya untuk bersiap.

"Bersiap! Musuh" serunya sembari mengeluarkan pedangnya.

Begitu tas tersebut menyentuh tanah, sebuah lingkaran sihir tergambar dan mengeluarkan cahaya hitam bercampur merah. Begitu cahaya tersebut menghilang, terlihatlah monster menyerupai kalajengking dengan mata merah dan tubuh yang besar.

Adik Scot Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang