24

1K 109 6
                                    

Lio merasakan ada yang aneh ketika ia melawan monster di depannya, ia merasa monster yang ia lawan ini lebih kuat padahal berada di tingkat B, lagi pula kenapa ada monster tingkat B di lantai dasar?.

'ada yang aneh' batinnya sembari melompat mundur menghindari serangan dari monster tersebut.

Ia mengaktifkan aura dan berlari mendekat ke arah monster tersebut sembari menghindari serangan yang di layangkan untuknya, beberapa kali ia hampir terkena ekor monster itu namun berhasil ia tangkis.

Lio memotong kedua capit monster itu hingga mengotori sebagain jubah dan baju yang ia kenakan, ia mundur dan mulai merapalkan mantra untuk menyerang monster yang terlihat mengamuk tersebut.

Sebuah tombak es melayang ke arah monster tersebut di sertai dengan Lio yang berlari mendekat secara bersamaan.

"Sial" gumamnya begitu monster itu berhasil menggores lengan kirinya cukup dalam. Sialnya lagi ekor itu beracun.

Revan yang melihat hal tersebut hanya diam, sebenarnya ada rasa yang menjanggal di hatinya ketika melihat wajah kesakitan sang ayah. Kedua temannya sudah masuk ke dalam pertarungan tersebut, setelah ia menyela ucapan Jeff.

Revan menatap kedua temannya yang membantu Lio, Jeff memberikan pelindung kepada Arfin yang sudah menggila menyerang monster di depannya.

'oi bocah, kau tak ingin menghabisi iblis rendah itu?' Xion tiba tiba bersuara hingga membuatnya tersentak kecil.

"Hm, akan lebih bagus jika dia sudah keluar" balas Revan, ia menopang wajahnya dengan sebelah tangan, menatap ke arah Jeff yang sedang mengobati luka yang di dapat oleh ayahnya.

Senyum tipis terlihat begitu ia melihat wajah waspada dan bingung yang bersatu di raut muka sang ayah, ternyata pria itu juga bisa membuat ekspresi yang lucu selain wajah yang menyebalkan setiap mereka bertemu.

Xion bergidik ngeri begitu melihat mata yang menyorot penuh rasa puas tersebut, apakah dia akan bisa melakukannya? Ia kembali bimbang, begitu melihat ekspresi baru di wajah Revan.

Akhirnya monster itu tumbang setelah 15 menit kedua temannya bergabung untuk membantu sang ayah, Revan bangkit dari duduknya begitu ayahnya mulai mengintrogasi kedua teman pemilik tubuh ini.

"Dimana Revan?" Tanya Lio langsung pada intinya.

'dasar pak tua, bukannya berterimakasih' batin Arfin dengan jengkel, meski wajahnya terlihat datar.

'sepertinya Revan mendapatkan orang tua yang posesif ' batin Jeff dengan senyum tipis yang terukir di wajahnya.

"Ke-" ucapannya terhenti ketika melihat orang yang dicarinya datang mendekat.Dengan wajah yang khawatir Lio mendekati Revan dan mulai memeriksa setiap tubuh anaknya tersebut, Revan membiarkan ayahnya membolak balik tubuhnya meski kepalanya terasa sedikit pusing.

"Yang mulia!" Frin berseru ketika melihat gumpalan asap merah di sekitar mayat monster yang mereka kalahkan tadi.

'oh, dia keluar' Revan menatap ke arah gumpalan asap itu dengan penasaran, seperti apakah wujud iblis yang merasuki monster ini.

Revan langsung di tarik ke belakang tubuh Lio yang kembali memasang kuda kudanya, begitupun dengan kedua temannya dan Frin. Revan mengintip di belakang tubuh Lio untuk melihat wujud iblis di dalam tubuh monster tadi.

"Khekhe, aku tidak menyangka dia akan kalah" ujar iblis itu sembari melirik mayat monster di sebelahnya.

"D-d-dia bisa berbicara"ucap salah seorang prajurit dengan raut wajah ketakutan.

"Iblis" gumam Lio yang terdengar oleh Revan, ia menatap ayahnya sejenak dan kembali menatap iblis di depannya.

Kedua tanduk yang menempel di kepalanya dan tubuh menyerupai manusia namun mempunyai empat tangan, kulitnya berwarna merah dengan mata berwarna merah dan rambut hitam memanjang.

"Kenapa ada iblis di dunia manusia? Apa kalian melanggar janji?!" Tanya Lio yang membuat iblis tersebut menoleh ke arahnya.

"Hm? Aku hanya bermain"

"Ap-"

"Ouh tunggu dulu, kenapa kau bisa ada di sana?" Iblis itu menunjuk ke arah Revan yang sudah berdiri di sebelah Lio.

"Huh?"

'kau kenal dia Xion?'

"Aku tidak menyangka dia bisa menyadari keberadaan ku"

'apa maksudmu?'

"Akan ku ceritakan nanti, lebih baik kau urus mereka dulu" Revan mendapati dirinya di tatap oleh semua orang yang ada di sana.

"Apa maksudmu sialan?" Lio kepalang emosi mendengar penuturan iblis itu, ia menyembunyikan tubuh Revan di belakang tubuhnya.

"Khekhe, tidak perlu tegang seperti itu. Lain kali aku akan melayani kalian, silahkan bersenang senang" setelah mengatakan itu ia tersenyum sembari melirik ke arah Revan yang mengintip di balik tubuh Lio, tak lama setelahnya ia menghilang atau lebih tepatnya melakukan teleportasi.

Revan menggenggam tangannya dengan erat, jujur saja ia sangat ingin menyentuh makhluk itu. Hal tersebut di salah artikan oleh Lio yang menyangka bahwa Revan ketakutan.

"Kamu baik baik saja kan? Tidak ada yang terluka?" Lio mengangkat Revan ke dalam gendongan membuat Revan tersadar dari lamunannya.

"Jadi, siapa mereka?" Lio bertanya kepada Revan sembari menatap kedua sejoli di depannya.

"Kami temannya" Arfin menjawab pertanyaan tersebut, ia melihat mata Revan yang sudah mengantuk.

Lio menatap ke arah arfin kemudian menatap ke arah Revan yang sudah tertidur di dalam gendongannya, ia hanya bisa menghela nafas melihat Revan yang tertidur dengan nyenyak.

"Ayo keluar, bawa mereka juga" Frin mengangguk patuh setelah mendengar perintah dari Lio.

"Maaf ya, aku terpaksa mengikat tangan kalian" Frin menjentikkan jarinya, lalu kedua tangan Jeff dan Arfin terikat oleh akar tanaman.

"Haa, harus berapa lama kita seperti ini" gumam Arfin dengan kesal.

"Sampai Revan bangun dan menjelaskan semuanya, tapi aku tidak yakin dengan itu" balas Jeff yang membuat Arfin kembali menghela nafas kasar.

"Dia pasti akan tidur seharian penuh, ini benar benar menyiksa ku. Padahal aku ingin mengambil bola mata monster itu" gerutu Arfin.

"Untuk koleksimu lagi?" Arfin mengangguk singkat.

"Haa, aku ingin mengambil jantungnya untuk eksperimen ku. Aku penasaran apakah jantungnya akan hancur setelah terkana sihir yang sudah aku kembangkan" arfin menoleh sekilas.

"Dasar gila sihir" gumam Arfin setelah mendengar gumaman itu.

"Dari pada kau, untuk apa mengoleksi mata monster tidak berguna itu" Jeff tak tinggal diam, ia balas mengejek Arfin.

Selama perjalanan menuju ke kekaisaran kedua sejoli itu terus bertengkar hingga Frin terpaksa menutup mulut kedua anak itu, jujur saja dia sedikit ngeri mendengar ucapan kedua anak itu. Ia jadi meragukan ucapan Arfin tadi.

'apa mereka normal?! Tidak mungkin mereka temannya tuan muda Revan yang polos!' batin Frin.

»»————><————«« »»————><————««

Yahho~

Typo!
Jangan lupa vote and coment guys!

See you(*´︶'*)♡Thanks!

Adik Scot Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang