19

2.6K 273 7
                                    

"bagaimana dengan 'dia'?" Tanya seorang pria pada bawahannya.

"Mereka di jaga oleh kedua anak yang anda dapatkan di lelang dua Minggu lalu" jawab bawahannya dengan hormat.

"Hmm" pria itu mengangguk mengerti, ia menyesap tehnya lalu melirik ke arah jam yang berada di ruangan tersebut.

"Seharusnya dia sudah bangunkan?" Ucapnya sembari meletakkan cangkir teh lalu melirik bawahannya, sang bawahan menatap ke arah jam dinding lalu berpikir sejenak.

"Mungkin sekitar 5 menit lagi tuan" jawabnya setelah berpikir cukup lama.

"Hm,begitu kah"

"Kalau begitu, bisa kau panggil kan Wiren untuk ku" sang bawahan mengangguk patuh lalu keluar dari ruangannya.

Pria itu menatap dokumen di atas mejanya dengan senyum puas, ia membolak balik dokumen tersebut sembari menunggu Wiren datang.

"Aa... Aku tidak sabar melihat kekuatannya" ucapnya dengan senyum yang terlihat aneh.

Tok.. Tok..

Mendengar suara tersebut, ia kembali menetralkan wajahnya dan mempersilahkan orang yang mengetuk pintu ruangannya untuk masuk.

"Anda mencari saya tuan?" Tanya seorang pria dengan setelahnya jas hitam yang melekat pada tubuh tegapnya.

"Ya, bisa kau periksa anak tadi" ucapnya, ia melirik ke arah Wiren sejenak.

"Baik tuan" Wiren keluar setelah berpamitan pada atasannya, ia melangkahkan kakinya menuju kamar yang di tempati oleh anak yang sudah ia culik atas perintah tuannya tadi.

Ia akhirnya sampai di depan pintu, tapi ada yang aneh. Ia mendekatkan telinganya ke pintu dan mendengar sedikit keributan, karena penasaran ia segera membuka pintu. Matanya melebar begitu melihat anak yang ia tangkap tadi dan budak yang di beli bosnya tersebut kabur, ia segera berlari ke arah jendela sebelum mereka benar benar turun. Tapi ia terlambat, tali yang di gunakan untuk turun sudah di ambil kembali.

Ia melihat salah seorang dari anak tersebut tersenyum mengejek ke arahnya, ia menggertakkan giginya menahan amarah. Dengan segera ia memanggil penjaga dan meminta mereka untuk mengejar anak anak nya kabur, sedangkan dirinya berlari ke ruang sang bos untuk melaporkan hal tersebut.

Kembali kepada trio percobaan eksperimen, mereka sudah berlari lumayan jauh dan memutuskan untuk berhenti di sebuah gua yang mereka temukan di sebuah semak semak. Sebenarnya itu karena 3442 terpeleset dan jatuh ke semak semak tersebut, jadi mereka memutuskan untuk istirahat memulihkan energi mereka yang terkuras.

Keduanya menatap Revan yang terlihat biasa saja setelah berlari kira kira 1 km dari kediaman tua Bangka yang membeli mereka di tempat lelang.

"Ini" Revan memberikan botol minum yang masih penuh kepada keduanya.

"Ah, terimakasih" keduanya menerima botol minum tersebut lalu mulai minum untuk melepaskan rasa haus mereka.

"Ngomong-ngomong sekarang nama ku Revan" keduanya menoleh ke arah Revan, mereka dapat melihat sepasang mata yang terlihat kosong tersebut menatap ke arah mereka.

"Begitu ya.." sahut 0105, ia meletakkan botol minum yang tinggal setengah dengan ekspresi sendu.

"Kami senang kamu baik baik saja" 3442 tersenyum kecil sembari melihat ke arahnya.

"Saat kami akan menyelamatkan mu dan yang lain, kami hanya menemukan tempat itu terbakar habis. Tak ada yang tersisa, saat itu kami sangat putus asa.., kami tak menemukan apapun bahkan tulang manusia" 0105 mulai bercerita dengan wajah yang terlihat sendu.

"Yah, dan sialnya lagi kami harus melayani tua Bangka sialan itu" 3442 menyampaikan hal tersebut dengan wajah yang terlihat kesal.

"02- maksudku Revan, bagaimana kamu kabur dari sana?" Tanya 3442 dengan wajah serius.

"Ceritanya cukup panjang, sebelum itu mari ubah nama kalian. Kita bukan kelinci percobaan lagi" Revan menjawab dengan wajah yang selalu datar, itu sudah menjadi ciri khasnya.

Tubuh yang ia tempati sekarang tidak pandai mengeluarkan ekspresi nya, lalu Revan juga mempunyai kebiasaan yang sama dengan pemilik tubuh ini. Ia bahkan di gosip kan sebagai pangeran berwajah datar oleh para pelayan di istananya.

"Hmm, kalau begitu, bagaimana jika kamu yang memberi kami nama?" 0105 tersenyum ke arahnya, 3442 mengangguk setuju dengan ide tersebut.

"Aku? Hm.." Revan tampak berpikir mencari nama yang cocok untuk kedua nama teman pemilik tubuh ini.

"Bagaimana jika Arfin dan kamu Jeff" Revan menunjuk ke arah 3442 lalu 0105.

"Arfin nama yang bagus! Aku suka itu" serunya dengan bersemangat.

"Jeff, ya.. Kamu sangat pandai memilih nama yang bagus, seperti biasanya" Jeff tersenyum ke arahnya.

"Sepertinya kita sudah terkejar" Arfin menatap ke arah semak semak yang menghalangi mereka.

Dari kejauhan terdengar suara langkah kuda yang mendekat, Revan bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati semak semak yang menutupi mereka.

"Revan?"

"Jarak mereka 8 meter dari tempat kita sekarang, mustahil untuk keluar sekarang. Lebih baik kita keluar setelah matahari terbenam" Revan kembali duduk di tempatnya setelah mengatakan hal tersebut.

"Kemampuan analisis mu sungguh luar biasa, seperti biasanya" ujar Jeff di angguki oleh Arfin.

"Dari pada kita bosan di sini, bagaimana jika kita menjelajahi gua ini? Kita pasti menemukan hal yang menarik nanti!" Seru Arfin dengan berapi api.

"Itu ide yang bagus" sahut Revan.

"Haa.. baiklah ayo pergi" Jeff tak bisa mengelak jika sudah seperti ini.

Ketiganya berjalan memasuki gua setelah menyalakan obor dan menyiapkan senjata masing masing.

•♪•♪•♪•♪•♪•

"Ohoho, sepertinya kita kedatangan tamu hari ini"

"Jadi tamu Seperi apa mereka?" Tanyanya dengan senyum yang terlihat mengerikan.

"Salah satu dari mereka mempunyai kekuatan yang luar biasa,meski tubuhnya terlihat seperti orang yang paling lemah" jawabnya dengan suara yang bergetar.

"Hooh, aku sangat menantikan hal itu" senyum di wajahnya semakin melebar hingga pecah menjadi tawa yang terdengar mengerikan.

"Ahahaha, aku tidak sabar untuk bertemu dengan mereka!"

»»————><————«« »»————><————««
Yahho~~

Jan lupa VOTE(100) and COMENT!

Typo!
Jaa nee! See you(*´︶'*)♡Thanks!



Adik Scot Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang