Rumah Besar Mantan

2.5K 81 0
                                    

Jantung Nai masih berdebar karena pertemuan tidak sengaja dengan mantan pacar saat masa SMA. Sendari tadi, dalam perjalanan di mobil angkot Nai sendiri hanya diam memikirkan apakah dia harus menerima pekerjaan dari Rina atau tidak.

Jujur, dia sedikit takut nanti. Meski Bara tadi terlihat sangat lucu dengan segala tingkahnya, tapi entah kenapa Daniel terlihat sangat menolak kehadiran Naila. Lalu, jika Nai jadi babysitter Bara, pasti akan tinggal di rumah Daniel, itu juga salah satu alasan Nai mulai ragu dengan pilihannya sekarang.

Lagi, jika Nai tidak memgambil pekerjaan ini, entah apa yang akan Nai kerjakan untuk mendapatkan uang. Saat ini juga tidak ada pilihan lain. "Rin, kayaknya aku gak jadi deh ikut kerja sama kamu," ucap Nai, saat dia dan Rina sudah tiba di depan rumah super mewah milik Daniel.

Rumah di depan kedua wanita ini begitu besar, dengan tiga lantai dan juga halaman luas ditumbuhi banyak pohon buah.

"Nai kamu jangan bercanda, ih... Tanggung atuh Nai, kita udah sampai ini. Masa kamu gak jadi sih, aku udah Ngomong sama ibu, dan beliau setuju." Rina membukuk Nai, dia tidak mau harus mencari lagi babysitter lain untuk Bara, hati dan pikirnanya sudah lelah.

"Ibu? Mamanya Bara?" tanya Nai penasaran, hatinya semakin tidak enak kalau harus menerima pekerjaan ini.

Rina menggeleng pelan. "Bukan, Nai tapi neneknya Bara. Kamu lanjut, ya Nai, kumohon, lagain mau kerja apa lagi, susah tau cari kerja di kota. Di sini aja ya gajinya gede lho...."

Benar apa yang dikatakan Rina, memang saat ini Nai tidak tahu akan ke mana saat menolak pekerjaan temannya itu, tapi sungguh hati Nai sangat bimbang. "Ya udah... Kamu benar Rin... Aku tetap lanjut deh," ucap Nai dengan setenah hati.

Rina mengangguk senang, kemudian dua wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah besar dengan perasaan masing-masing. Jarak antara gerbang besar di depan, dengan pintu rumah lumayan jauh, apalagi jalan kaki akan terasa memakan waktunya. Rumah Daniel benar-benar mempunyai halaman luas.

"Ini Naila, Bu, pengganti Nana." Kini kedua wanita itu sudah sampai di dalam rumah, malah langsung disambut oleh Hera, ibu Daniel yang sendari tadi sudah menunggu pengasuh baru untuk cucunya.

Tapi Hera sedikit terkejut karena melihat Nai, bagaimana tidak orang yang paling tidak diterima dikeluarga ini dulu, sekarang entah bagaimana bisa masuk ke rumah dan akan menjadi pengasuh cucu kebanggan keluarga Abraham.

Hera menghembuskan napas kasar, dia tidak bisa semabrang menolak pengasuh Bara, karena sangat susah jika harus mencari lagi. Jadi dengan terpaksa wanita tua yang masih terlihat awet muda itu mengajak Nai ke ruang kerja Daniel. "Mari ikuti saya," ucap Hera dengan nada formal.

Nai sendari tadi merasakan debaran jantung karena kembali bertemu dengan orang yang paling menolak dirinya di masa lalu, hanya bisa diam dan mengikuti perintah Hera. Ya, mau bagaimana lagi ini resiko yang harus Nai hadapi karena sudah memilih pekerjaan ini. Nai, hanya berharap semuanya akan lancar sampai nanti dia bisa menyelesaikan pekerjaanya kemudia pergi dari rumah ini.

"Ini kontrak kerjamu, silahkan baca dengan teliti." Hera memberikan berkas kontrak kerja pada Nai, wanita tua itu masih memperhatikan Nai dengan teliti. Sembari mengingat sedikit masa lalu. Dia tahu, Nai dulu tidak memakai kerudung, tapi saat ini wanita itu memakai kerudung dan tidak menghilangkan kecantikannya sama sekali, malahan lebih cantik dan sopan dari dulu.

Nai sendiri membuka berkas dengan canggung, dia kemudian membaca kontrak kerja. "Ada masa percobaan tiga bulan dengan gaji 6 juta perbulan, jika kamu bagus dalam bekerja, kontrak akan diperpanjang selama satu tahun dengan gaji 10 juga." Hera sedikit menjelaskan sistem kontrak.

"Bagaimana?" tanya Hera kemudian.

Nai sendiri dia terlihat sangat senang karena gaji yang akan dia dapatkan cukup besar. Tentu dia akan menerima pekerjaan ini, walau nanti pasti tidak akan baik-baik saja, dia hanya perlu melalui tiga bulan ini terlebih dahulu. "Saya akan tandatangan, Nyonya." Nai berucap sembari tangannya mengambil pena.

"Bagus, bekerjalah dengan profesional." Hera berkata sedikit memperingati Nai. "Tetaplah yang lalu berada di tempatnya, saya tidak mau kamu sedikit saja berpikiran untuk kembali dengan anak saya."

"Saya akan bekerja dengan profesional, Nyonya." Nai tidak terkejut dengan perkataan Hera. Maka dari itu, Nai akan berusaha melalui pekerjaan ini dengan baik dan profesional sampai selesai nanti.

Hari ini dilalui Nai dengan biasa, Hera membawa Nai berkeliling rumah untuk pengenalan. Sebagai tambahan Nai juga dikasihtahu jadwal Bara setiap harinya. Sampai selesai tour singkat itu, kini Nai ada di kamarnya. Kamar sederhana khusus pembantu rumah besar ini.

Meski disebut kamar pembantu, tapi kamarnya lumayan rapi, dengan tempat tidur single yang empuk dan nyaman. Ada juga lemari, meja untuk menaruh barang dan kamar mandi. Sungguh Nai sangat bersyukur bisa kerja di rumah ini.

Nai saat ini sedang merapikan baju, dia memasukan semua ke dalam lemari tanpa terkecuali. Setelah tadi mandi untuk menyegarkan badan, dia berencana akan tidur sebentar karena Hera menyuruhnya beristirahat terlebih dahulu hari ini.

Tapi ketukan pintu mengurungkan niat Nai saat akan tidur. "Bara?" Nai membuka pintu dan terkejut saat melihat Bara ada di balik pintu.

"Kata nenek, kamu pengasuh balu aku, ya?" tanya Bara sedikit serius tapi lucu dalam waktu bersamaan.

"Iya, Bara... Nanti Nai bakal bantu Bara." Nai mengsejajarkan tubuh dengan Bara.

"Ya udah, ayuk main, ke kamal Bala," ajak Bara dengan antusias. Nai sendiri terlihat gemas karena kelakuan Bara yang sering berubah-ubah, tadi serius sekarang ceria.

Nai mengangguk mengiyakan keinginan Bara untuk main di kamar, dia mengikuti kaki kecil itu dengan jantung berdebar entah kenapa. "Udah sampai... Yuk, buka pintunya, Nai," ucap Bara senang saat mereka sampai di depan pintu kamar Bara di lantai dua.

Nai mengangguk, lalu tangannya membuka handle. Dia seikit bertanya kenapa pintunya seikit susah dibuka. Nai harus mengeluarkan tenaga untuk membuka pintu kamar Bara, setelah berhasil dibuka, betapa terkejutnya wanita itu saat ada guyuran air mengenai tubuhnya, disusul tawa puas dari Bara.

Wanita berhijab itu terdiam. "Sepertinya pekerjaanku tidak akan mudah nanti." Nai beralih menatap Bara yang masih tertawa.

"Wah... Bara pintar banget, ya...? Padahal Bara masih 4 tahun, tapi sudah bisa membuat semua ini. Hebat banget, ya." Nai menatap Bara, dia berucap penuh sindiran, sedagkan anak kecil itu langsung diam dan tersenyum bangga.

Nai menggeleng. "Persis bapanya sekali," ucap Nai dalam hati saat mengingat kembali kelakuan Daniel dulu.

"Ada apa ini?" tanya Hera begitu terkejut melihat Nai dan kamar Bara basah. Tapi setelah melihat kondisi, dia mengerti keadaanya. "Aduh... Maafin Bara Ya, Nai... Untung gak pakai air kotor. Kamu masih mending... Malahan dulu ada yang pakai cat tembok."

Nai terkejut dengan ucapan Hera, habis sudah. Hidup tenangnya akan diambil oleh anak kecil yang sedang tertawa saat ini.

Mengasuh Anak MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang