5. The Alumnus Trap

72 9 74
                                    

Tema: Terjebak di rumah kosong bersama pembunuh di tengah badai
Tokoh Utama: Rizal

Awan putih bergantung di langit biru seperti kapas lembut. Matahari pun bersinar cerah hingga setiap mata yang memandang langit langsung berkunang-kunang. Setidaknya begitu cerahnya langit beberapa menit lalu, saat jam istirahat dimulai dan sekelompok siswa berkonspirasi untuk mengelilingi sekolah karena gabut.

Yemi meremas ujung bajunya yang basah. Matanya menyipit melihat langit biru berubah abu. "Nyebelin," keluh Yemi, ia menyeka jarum air yang mengguyur kepalanya dan menatap gerbang sekolah yang dikunci.

"Bisa manjat tembok nggak, Yem?" tanya Aldo, sama sekali tidak terdengar serius.

"Haha, Bolu, aku nggak perlu jawab kayaknya."

"Nanya aja, Yem." Aldo berbalik arah dari gerbang itu, menerobos hujan. "Haru udah menepi duluan loh, Yem."

Yemi mengikuti arah pandangan Aldo dan mendapati Haru yang lagi duduk di dalam warung es kelapa yang sedang kosong.

"Ke sana yuk, Yem."

"Tapi tadi kayaknya bel udah bunyi, Bolu."

"Gampang, nanti juga bunyi lagi, Yem."

Nggak gitu maksudku, batin Yemi.

Mereka berdua memastikan tidak ada mobil melintas, barulah menyeberang. Walaupun telanjur basah, mereka tidak ragu menduduki bangku panjang dari kayu itu. Lagi pula, penjual atau pemiliknya tidak sedang di sana, hanya ada Haru yang duduk tegak memandang ke arah sekolah.

"Yemi-nee abis mandi?" sambutnya dengan ekspresi lugu.

Belum juga Yemi menjawab, Aldo tertawa. "Mandi hujan, coba kamu ikut, pasti seru."

"Haru nggak mau dekat sekolah dulu, seram."

Yemi berkedip kebingungan tidak mengerti. Sementara Aldo berpikir dalam kepalanya.

Seram? Apa yang dia lihat?

"Haru," bisik Aldo, suaranya hampir tak terdengar.

Kepala mereka serentak berpaling saat Rizal dan Sura melangkah masuk ke warung dengan suasana yang berbeda.

"Wah, Rizal, Sura, dari mana?" tanya Aldo.

"Biasa, disuruh ngeprint soal di fotocopyan belakang sini. Tadinya mau cepat balik, tapi aku lihat Haru." Entah apa alasannya, tatapan Rizal terkesan tajam bagi Yemi. "Lalu kalian kenapa? Bisa-bisanya tidak cepat kembali ke kelas setelah apa yang kukatakan pasa Haru?" Rizal berkacak pinggang dan nadanya sedikit kesal.

"Nggak bisa balik karena hujan," jawab Aldo, jarinya menunjuk pada hujan yang memukul jalan, bangunan sekolah, semuanya.

"Selain kalian ada lagi?" tanya Sura, ia terdengar cemas.

"Tadinya Amour-chan ikut, tapi cuma bentar. Steven minta dia turun. Curang, dia sogok Amour-chan pakai masakannya," jawab Yemi dengan iri hati yang sangat jelas dalam nada dan gaya bicaranya. Sesaat kemudian dia bersin. "Ah, karma durhaka ke bapak Steven."

Sura melepaskan jaketnya dan meletakkan di atas punggung Yemi.
"Kalian bertiga kenapa keluar?"

Kali ini tidak ada yang menjawab. Bahkan Yemi yang menerima jaket hanya berterima kasih dan menundukkan kepala. Tidak lucu kalau mereka bertiga ketahuan memanjat tembok, berniat berjalan di atas tembok yang berakhir kehujanan, lalu di tengah hujan itu, Aldo dan Yemi dari mereka terjatuh ke luar. Haru sudah turun duluan, menepi duluan, dan satu-satunya yang tidak kehujanan.

"Laper aja." Akhirnya Aldo menjawab singkat. Tapi bohong.

Rizal menutup matanya sejenak, lalu menghela napas berat. "Padahal aku udah peringatin Haru. Kenapa kamu nggak segera kasih tahu mereka juga?" tanyanya.

FLC MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang