Tema: Wabah zombie
Tokoh Utama: RianBersekolah di Clover Academy sebenarnya bisa disebut puncak dari status keelitean. Mengingat akademi sihir tersebut menjadi nomor satu di Clover Kingdom dan di bawah naungan kerajaan langsung. Tak heran, fasilitas dari tempat sampai para pengajar adalah yang terbaik.
Namun, tentu tak mudah menjadi murid di akademi tersebut. Selain seleksi masuk yang ketat, syarat kelulusannya pun bisa dikatakan mempertaruhkan nyawa.
Masa ajar Clover Academy adalah empat tahun, di mana siswa tahun ketiga akan mulai dipasangkan dengan anggota yang dipilih wali kelas untuk membentuk kelompok sampai lulus-terdiri dari lima anggota. Setiap kelompok memiliki tugas wajib kelompok dan individu untuk mengumpulkan poin akhir. Namun, pelanggaran yang dilakukan individu justru memengaruhi nilai kelompok.
"Kamu dipanggil."
Gerakan tangan Rian yang hendak menyuap sesendok makanan ke dalam mulut, langsung terhenti begitu salah satu anggota Prefek berbicara demikian kepadanya dengan tatapan galak.
Rian menghela napas.
Lagi.
Lagi-lagi anggotanya berulah dan dia yang kena batunya.
Sepertinya minggu ini sudah kali ketiga dia dipanggil untuk menghadap guru bagian kesiswaan.
Siswa yang datang memanggilnya tadi adalahh salah satu anggota Prefek. Prefek adalah organisasi siswa yang diberi tugas langsung oleh guru untuk mengurusi para murid.
Lemon suka memanggilnya sebagai "babu sekolah".
"Baik. Aku pergi," pungkas Lemon dengan berat hati. Dia melangkah membuntuti siswa yang memanggilnya tadi.
"LEMOOOON!"
Selang beberapa menit kemudian, teriakan seorang cewek berambut panjang ikal merah yang berkibar-kibar seperti api berkobar itu beradu dengan keramaian ruangan kantin akademi.
Sontak, suara yang menggelegar tersebut membuat Lemon tersedak kuah makanannya.
Lemon batuk-batuk sampai habis napas, mirip orang yang sekarat.
"Minum, bro." Dengan baik hati, Baim menyodorkan segelas minuman berwarna merah kepada rekannya itu.
"Thanks, bro. Kamu perhatian banget, deh. Jadi suka," kata Lemon dengan mata berair dan muka merah padam.
Dia tak memiliki rasa curiga sama sekali.
"Lebaymu kurangin! Jangan bikin suasana kita jadi kayak gay lagi jatuh cinta!" balas Baim pedas.
"Kamu ini doyan banget bikin ulah! Kamu bolos tugas kemarin, terus tadi pagi bikin kekacauan di kelas Ramuan dengan bikin seisi ruangan jadi ketukar gender gara-gara ramuan sihir anehmu itu!"
Chacha ngamuk.
Zaskia dengan anteng angguk-angguk di sampingnya. Cewek itu juga kelihatan kesal, cuma dia merasa emosinya sudah terwakilkan oleh amukan Chacha.
Bukannya langsung meredam kemarahan Chacha yang menarik perhatian seisi ruangan, Lemon malah dengan santai memuji dirinya sendiri.
"Orang genius mah beda."
Chacha berdecak sebal, menatap tajam pada cowok tinggi kurus itu sambil memasang tampang garang yang dibuat-buat.
"Kita udah mau tahun keempat, ya! Kalau sampai 10.000 poin gak kekumpul, ogah aku jadi siswa legend di akademi ini!" Sekarang giliran Zaskia yang mengomel dengan suara cemprengnya.
Chacha angguk-angguk. "Nah. Aku udah mau cepat-cepat lulus, terus kerja sebagai pasukan pengawal kerajaan, atau gak, minimal bisa dapat kerjaan di tempat yang lumayan, lah. Soalnya mau mulai perawatan, biar glowing, biar cantik."