Tema: Regu pemburu vampire
Tokoh Utama: AyakaPukul 4 sore saat sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh. Warga sekitar yang mengamati fenomena tersebut hanya menghela napas lelah dan kembali lagi ke dalam rumah. Rav yang berdiri di ambang pintu meneriaki Ayaka, Andrew, dan Haru untuk bersiap menebar paku di sepanjang jalan. Setelah putaran kelima, mobil itu oleng karena kehabisan tekanan udara, decit nyaring terdengar saat rem diinjak kuat-kuat tepat sebelum mobil terjun dari tebing.
Ayaka sigap mengambil tabung oksigen kecil, berlari ke arah mobil bersama Rav untuk menolong korban yang terjebak bersama mereka.
"Kau baik-baik saja?" Ayaka membuka percakapan di antara mereka. Menyodorkan ventilator pada satu-satunya pengemudi yang mengalami syok. Napasnya naik turun tidak teratur, sedang tatapan matanya awas menatap kerumunan orang asing yang mengelilingi mobilnya.
"Jika sudah tenang, kau harus segera ikut bersama kami. Berbahaya jika terus-menerus berada di luar sini," ajak Rav yang sedari tadi resah mengawasi keadaan.
Ayaka dengan lembut menarik wanita tersebut dari dalam mobil, meski sesekali memberontak, tapi badannya yang lemah tidak berdaya memberi penolakan. Mereka berlima segera berlari menuju salah satu rumah, sebelum matahari terbenam dan gelombang bencana di desa ini akan segera dimulai.
*****
Pagi datang seperti biasa bagi warga Kuroba, bangun dengan mati rasa, lalu berkeliling desa sekadar memastikan jika sanak-saudara mereka baik-baik saja. Ayaka memulai hari dengan menyiram pohon cabai miliknya, tidak terganggu dengan tingkah aneh Haru yang sedari tadi mengobrol dengan anjing kesayangannya. Meski tempat ia berada saat ini bagaikan neraka, ia harap pohon-pohon cabainya tetap tumbuh dengan subur. Ia tak akan bisa bertahan dan hidup tanpa makanan pedas.
Rav datang bersama Andrew membawa beberapa barang yang ia temukan dari mobil yang terjebak semalam. Amunisi yang tersisa akan mempermudah mereka bertahan hidup di desa terkutuk ini.
"Apa kau menemukan banyak barang, Ketua?" tanya Ayaka antusias.
"Tidak banyak, mungkin sedikit kudapan untuk kita bertahan hidup," timpal Rav memperlihatkan barang yang ia bawa.
"Oh! Kau sudah bangun?" Ayaka adalah yang pertama mengetahui keberadaan wanita asing itu di ambang pintu.
"Kenapa kau mengambil barangku tanpa izin?!" Amarah wanita itu tak jarang mereka dapat ketika ada pendatang baru.
"Sekarang barangmu menjadi barang kita," ucap Rav tegas. Wanita itu tidak terima, berniat merebut barang di tangan Andrew, tapi sigap Andrew menepis tangan tersebut.
"Ah, sepertinya ini tidak baik. Kau bisa ikut aku sebentar?"
Ayaka memaksa wanita itu kembali ke dalam rumah, menuntunnya ke arah sofa, dan mengajaknya berbicara.
"Kita belum berkenalan, bukan? Aku Ayaka, penyintas seperti dirimu. Kami berempat mendiami rumah ini dan sebisa mungkin bertahan dengan masing-masing kekuatan kita. Kau ingat yang di depan tadi? Wanita dengan suara tegas dan aura kepemimpinan yang kuat, itu Rav, meski wajahnya terlihat galak, sebenarnya dia adalah pribadi yang baik dan suka menolong. Kemudian, orang yang membawa barangmu tadi, namanya Andrew, lelaki manis dengan sifat tenangnya, meski agak pendiam, dia adalah orang yang suka memikirkan banyak hal. Lalu, ada Haru, Si Paling Polos dan sayang binatang, ah, kita bertiga seperti regu pelindung Haru, tidak akan membiarkan siapapun menyakiti dia." Ayaka menjelaskan panjang lebar.
"Lantas, siapa namamu?" sambungnya lagi memberi tanya. Wanita asing itu terdiam, menimang apakah dia harus tetap waspada atau percaya.
"Aku Tiara."