13. Bye-bye

80 9 61
                                    

Tema: Grup band sekolah
Tokoh Utama: Fuyu

Terduduk di dalam ruangan gelap, dirinya mendongak. Netranya memandang lurus ke arah langit-langit, sembari mendesah di setiap satu menit. Berada dalam posisi itu, dia akhirnya bangkit. Pandangannya berpindah posisi, terfokus pada lembar-lembar kertas yang berserak ke segala arah, kemudian teralih pada bingkai foto yang menampilkan dirinya dan beberapa anak gadis lainnya. Mereka tersenyum cerah menghadap kamera, dengan panggung sebagai latar, sebuah hal yang pada akhirnya hanya bisa menjadi angannya. Kenangan yang sia-sia.

Langkah kakinya berjalan ke meja belajar, terhenti di sebuah mp3 berwarna biru dengan garis putih. Untuk waktu yang cukup lama dia memandang alat pemutar musik itu lama, sebelum menyumpalkan kepala earphone ke daun telinga. Untuk persekian detik, tak ada suara apapun, kemudian satu demi satu bunyi menyapa indra pendengarannya. Musik yang diawali dengan solo gitar akustik. Nadanya terdengar pelan, tetapi mengirimkan sinyal sarat kerinduan di dalam hatinya. Seiring dengan solo gitar akustik terputar, dia mengangkat tangannya, ikut memetik nada dari suara itu. Meski tangannya gemetar hebat, dan air mata yang entah sejak kapan mengalir di matanya, gadis itu tetap melanjutkan kegiatannya. Dia terhanyut dalam dunia yang selalu menjadi tujuannya.

Solo gitar kemudian berganti dengan suara keyboard, tak lama vokal mengiringi nada. Napasnya seketika tercekat, mendengar suara halus yang tak akan bisa dia dengarkan lagi saat ini, suara yang membawanya pergi dari dunia abu-abu nan monoton. Memberikan warna dalam setiap hari dan hanya untuk membuatnya kembali ke kegelapan dunia saat suara itu menghilang untuk selamanya.

Sampai lagu habis, dia terdiam kaku, tangannya masih di udara, tak bisa bergerak. Tanpa peringatan badannya seketika tumbang, dan di ujung kesadarannya sebuah cahaya menyinari seluruh wajahnya.

****

19 September 2xxx

Duduk sembari memandang jendela kelas gadis itu tak memandang guru yang berada di papan tulis. Fokusnya berada di luar ruangan, tangisan dari langit jatuh ke bumi, memberikan wangi yang menenangkan dan membuai untuk menutup mata kemudian menjelajahi alam mimpi. Persekian detik berada di posisi itu, suara bel dari speaker kelas memecah hening. Sang guru segera menutup kelas dan melenggang pergi. Suasana kelas langsung riuh rendah. Mejanya yang berada di paling belakang dan ujung kelas bahkan tak bisa menghalau suasana ramai itu, pada akhirnya dia menyumpal kedua telinga dengan earphone yang tersimpan di saku rok, kedua tangannya terlipat di atas meja sembari memandang ke luar jendela sekali lagi, gadis itu menutup matanya. Terhanyut dalam alunan musik, mengosongkan pikiran dan mengisolasi diri dari dunia luar. Hanya ada dirinya dan musik, gadis itu yakin itulah takdirnya.

Akan tetapi pemikirannya hancur berantakan saat tiba-tiba seseorang menahannya ketika ingin pulang. Dirinya memandang sang penghadang dengan alis terangkat tanpa berkata apa-apa. Sang pelaku malah fokus memainkan kedua jemarinya, menenggelamkan keduanya dalam diam yang menyesakkan. Akhirnya, setelah orang itu menghela napas panjang, sebuah suara terdengar.

“Kamu, suka band A Rocket To The Moon?” tanya orang itu padanya.

Untuk waktu yang sebentar dia terdiam. Membuat sang lawan bicara memandanginya dengan raut wajah panik.

“Ah! Aku bukan bermaksud aneh-aneh, loh ya. Aku cuma penasaran karena kulihat ada nama band itu di tasmu,” ujarnya kelabakan sembari menunjuk stiker nama band yang dia maksud di tas sang gadis.

Mengerti maksud sang penanya, akhirnya gadis itu mengangguk pelan. Sebuah senyum terbit di wajah sang gadis.

“Memangnya kenapa?” Gadis itu bertanya. Perasaannya aneh saat melihat gadis itu tersenyum lebar. Apa jangan-jangan dia ingin mengatai style musiknya yang jadul?

FLC MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang