Tema: Asrama berhantu
Tokoh Utama: RavNamaku Rav. Aku anak sulung dari tiga bersaudara. Aku tinggal di sebuah asrama besar di kota Bandung. Gedung ini terdiri dari tiga lantai dengan sejumlah kamar yang cukup banyak dan sebuah rooftop yang cukup luas. Aku merasa nyaman tinggal di sini. Fasilitasnya sangat lengkap meski bukan terdiri dari barang-barang mahal dan mewah.
Sudah tiga hari sejak liburan tiba. Anak-anak asrama sudah pulang ke kampung halaman masing-masing, kecuali aku. Aku memang sengaja memilih untuk tetap tinggal di sini karena menyadari keadaan ekonomi keluargaku yang sedang tidak baik-baik saja. Aku sama sekali tidak menyesali keputusanku, tapi detik ini, aku menarik ucapanku. Aku ingin pulang.
Selama ini aku tidak pernah menyadari hal janggal yang sebenarnya selalu terjadi di kamar ini. Aku tidak tahu kenapa, tapi sejak teman sekamarku pulang kampung, suasana kamar ini berubah menjadi lebih menakutkan. Tiga hari berturut-turut, aku merasa dihantui oleh dua makhluk tak kasat mata yang biasanya kita sebut sebagai hantu.
Sudah banyak kejadian yg kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Bermacam-macam, tapi ada satu hal spesifik yang sama. Semua gangguan yang kuhadapi selalu berkaitan dengan lemari. Entah itu suara tangisan dari dalam, pintu lemari yang terdengar digedor, atau bahkan kejadian yang sangat tidak masuk akal; lemari mengeluarkan suara percakapan seorang laki-laki dan perempuan yang sangat jelas terdengar.
"Ma, please! Kakak enggak bohong, Ma! Kakak dihantuin beneran! Tolong jemput Kakak hari ini, Ma!" pintaku melalui telepon yang sudah kulakukan sejak kemarin.
"Kamu itu cuma parno karena tinggal sendirian di sana, Rav. Mama kan udah bilang berkali-kali, hantu itu enggak ada! Kamu itu anak sulung, kok malah penakut, sih? Kedua adikmu malah lebih berani walau umur mereka belum menyentuh angka tujuh belas tahun," omel wanita bernama Ayaka yang selalu kusebut Mama.
"Kalau memang cuma parno gimana caranya selimut yang udah Kakak lipat rapi di atas tempat tidur pindah ke belakang lemari, Ma? Gimana caranya pintu lemari Kakak terbuka setiap kali Kakak ninggalin kamar, Ma?" Aku berusaha menjelaskan kepada Mama soal kejadian-kejadian tak masuk akal yang menimpaku akhir-akhir ini, "udah, Ma. Please. Kali ini dengarin Kakak. Jemput Kakak hari ini, ya?"
Aku mendengar suara desahan pasrah yang kemungkinan besar berasal dari Mama. Aku juga mendengar samar suara kedua adikku yang sepertinya sedang membicarakanku di seberang sana. Aku tidak peduli. Aku hanya tersenyum puas ketika Mama mengiyakan permintaanku sebelum memutus sambungan telepon.
Aku beranjak dari atas ranjang menuju lemari, segera menyiapkan pakaian dan barang-barang lain untuk dibawa pulang. Atensiku ditarik sepenuhnya oleh cairan merah yang tampak mengalir dari bawah lemari. Karena terkejut, aku melompat ke belakang sambil menutup mulut. Darah mengalir yang sangat jelas kusaksikan tadi, kini menghilang begitu saja.
Aku menggerutu pelan, berusaha menahan lisanku untuk tidak mengumpat keadaan. Setelah mendekatkan diri kepada lemari untuk melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda, kini atensiku kembali dialihkan oleh secarik kertas yang entah sejak kapan ada di sana.
Kertas itu bertuliskan 'Yotsuba dan Yurene. Tolong temukan dan ha——— syal kami!' dengan tinta yang sepertinya berasal dari darah. Warnanya merah menyala dengan bau amis yang cukup menyengat. Aku tidak tau kenapa bisa ada kata yang seolah tercoret di sana. Merasa muak, aku langsung meremuk dan membuang kertas itu lewat jendela. Napasku jadi sedikit kasar setelah melihat kertas itu terbakar sendirinya di luar sana.
Berbagai kejadian supranatural yang kusaksikan belakangan ini sejujurnya tidak terlalu menyeramkan. Hanya saja, aku merasa sebagiannya terlalu tidak masuk akal dan sama sekali tidak mirip dengan yang ada di film-film. Setelah merasa selesai dengan persiapan, aku membawa koperku menuju belakang pintu dan kembali merebahkan tubuh di atas kasur.