Noeul sedikit mempercepat langkahnya menyusuri koridor rumah sakit. Dirinya terkejut mendapat panggilan dari sang kakak yang mengatakan terjadi kecelakaan di tempatnya bekerja.
Pemuda bertubuh ramping tersebut bahkan seakan lupa kalau perutnya sedikit membuncit karena berisi nyawa lain di dalam dirinya.
Joong yang juga ikut berlari di belakang Noeul sudah berulang kali mengingatkan royal omega itu untuk sedikit memperlambat langkahnya. Namun seolah ucapannya tak menembus gendang telinga Noeul, nasehat pemuda itu terabaikan sepenuhnya.
Semua bisa dimaklumi karena Noeul pasti sedang cemas dan takut mengenai kondisi sang kakak. Dan alasan itulah yang membuat Joong harus selalu berada di sisi Noeul. Pria tampan itu takut kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Noeul ketika cemas perihal kondisi Peat, kakaknya.
Hingga mata kedua orang tersebut menangkap sosok yang sedang duduk di lantai tepat di depan pintu ruang operasi. Terlihat mengenaskan juga menyedihkan, dengan tubuh yang bergetar memeluk tubuhnya sendiri.
Noeul berlari mendekat pada sang kakak. Memeluknya. Entah ada perasaan lega melihat kakaknya dalam keadaan baik-baik saja. Namun juga ada perasaan bersalah mengingat kalau bukan kakaknya yang tengah terluka saat ini, itu berarti ada orang lain yang tengah terluka menggantikan sang kakak.
" Phi.. Tenanglah.. Dia pasti selamat." ucap Noeul dengan kata penenang meskipun tak tahu siapa yang tengah berjuang di dalam ruang operasi sana
" F-Fort memang bodoh Eul.. Dia.. Dia mengorbankan dirinya. Harusnya.. Harusnya aku membencinya.. Harusnya aku lega.. Tapi.." suaranya semakin bergetar, tercekat, terjeda di dalam pangkal tenggorokan
" Tapi aku juga takut. Aku takut dia meninggalkanku. Dia harus selamat." Peat menangis terisak dalam dekapan sang adik
Membenamkan wajahnya yang pasti terlihat sembab juga bengkak dengan lelehan air mata menghiasinya.
" Dia pasti selamat Phi. Dia kuat, Phi tak lihat badannya seperti titan.." Noeul berusaha menenangkan sang kakak
Pasti berat membenci seseorang yang kau cintai. Sama halnya dengan yang tengah dia jalani dan lakukan. Namun untuk kehilangan itu lain lagi ceritanya.
Tak akan ada yang sanggup melihat orang yang kita cintai menghilang dari dunia ini. Berpisah tapi masih mendengar namanya, melihatnya dari jauh, itu masih sedikit melegakan, namun jika orang itu tak lagi ada di dunia yang sama pasti akan begitu menyayat hati.
Enam jam sudah proses operasi panjang dan melelahkan itu akhirnya berakhir. Lampu yang menyala di atas pintu kini sudah meredup. Menandakan serangkaian upaya penyelamatan itu telah berhenti.
Peat berdiri dari duduknya, menunggu dengan jantung yang tak hentinya berdetak kencang.
Pakaian berwarna hijau kebiruan yang dipakai seseorang itu keluar dan melepas masker yang dikenakannya.
" Bagaimana dok?" Peat mencecar tak sabar, begitu seseorang keluar dari dalam
" Pasien berhasil melewati masa kritisnya, namun.." jeda sang dokter membuat Peat hampir meluruhkan air matanya kembali, degup jantungnya bergemuruh
" Karena kakinya terkena benda berat dan keras, membuat beberapa jaringan syarafnya mengalami cedera. Kemungkinan pasien akan mengalami kelumpuhan begitu besar." terang sang dokter
Peat yang baru saja merasakan kelegaan kembali terkejut dengan penjelasan sang dokter.
Bagaimana pria itu akan bertahan dengan keadaan seperti itu, Dan semua karena dirinya. Harusnya dirinya yang terluka, bukan Fort. Pria itu terlalu berharga untuk hanya berakhir di atas kursi roda di sisa hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTICE ME!!
FanfictionLihat aku!! Aku mencintaimu!! Tak bisakah kau lihat sinar cinta di mataku?? Haruskah aku menghilangkan rasa cintaku??