Mobil porsche milik Lucas terparkir didepan rumah mewah keluarga Qian. Beberapa menit kemudian seseorang berlari dari teras rumah.
"Bang, adek lo jatuh tadi." Lucas mengadu pada Kun yang tampak tergopoh-gopoh. Pria itu menatap Rara dengan penuh kekhawatiran.
Baru saja Kun ingin mengambil alih gendongan Lucas, namun Rara beringsut. Ia memeluk leher Lucas dengan erat.
"Kak Kun galak, aku gak suka." Gadis itu bergumam sambil terisak kecil.
Adiknya menolak, Kun jadi merasa bersalah. Ternyata Rara masih ngambek perkara ia membentaknya karena gadis itu memakai pakaian yang minim. Sumpah, Kun bukannya benci pada Rara. Tapi, kakaknya itu hanya tidak ingin sang adik pandai mengumbar aurat. Tapi yang namanya Qian Rara. Sekalipun Kun berceramah di panggung besar. Gadis itu tetap pada kesukaannya.
"Cas, bantu Rara masuk ke rumah ya."
Akhirnya Kun tidak bisa menolak bantuan Lucas. Sebab Rara berulang kali menolaknya. Sepertinya ia perlu membujuk rayu gadis itu agar mau memaafkannya. Repot sekali memiliki adik tukang drama seperti Rara. Gadis itu manja karena tidak pernah mendapat perhatian dari kedua orangtuanya yang kelewat sibuk.
Lucas mengulum senyumnya. Andai Rara melihat wajah tengil yang tersenyum senang itu. Ia pasti auto langsung turun dari punggung Lucas. Sayangnya Rara memilih untuk menoleh ke arah lain agar tidak bertatapan dengan kakaknya.
Sampai di ruang tamu, Lucas segera menurunkan Rara perlahan. Gadis itu masih diam saja. Sampai akhirnya Lucas pamit.
"Lagi ada masalah sama lo kah?" bisik Lucas sebelum beranjak pergi dari rumah.
Kun mengangguk. "Dia marah sama gue, soalnya gue omelin."
Rara mendengus kesal melihat Lucas dan Kun bisik-bisik di seberang sana.
"Ra, gue pamit dulu ya." Lucas menunjukkan cengiran lebarnya.
Rara hanya diam saja. Gadis itu terlihat menekuk kedua tangannya di depan dada. Wajahnya mencebik kesal, kelihatannya ia memang benar-benar kemusuhan dengan Kun.
"Kalau bisa, lo harus bersikap lembut sama dia. Soalnya dia kalau di bentak atau dapet sesuatu yang bikin dia sebel, dia bakalan semakin menjadi." Lucas berucap seperti itu sebelum akhirnya melajukan mobil keluar dari pekarangan luas rumah Kun.
Perkataan Lucas ada benarnya juga. Kun menghela napas pelan. Apa dia harus merelakan adiknya itu memakai baju minim? Sejujurnya Kun hanya takut jika Rara di goda pria nakal. Apalagi gadis itu agak liar.
"Qian Rara, kakak minta maaf ya?"
Rara menepis tangan Kun jauh-jauh. Ia menutup mata dengan kedua telapak tangannya. Kembali menangis tidak jelas.
"Rara, maafin kakak ya."
Tapi Rara tidak mengangguk atau apa. Gadis itu semakin merembes dari balik telapak tangannya.
Kun tidak sampai hati jika Rara menangis seperti itu. Jiwa seorang kakaknya memang sudah melekat di jiwa. Ia mendekati Rara, duduk di sebelah gadis itu.
"Maafin kakak, karena udah bentak kamu. Dan larang pake baju minim. Ya udah, kakak janji gak bakalan marah lagi. Kamu bebas mau pake baju apapun. Kakak tu cuma gak mau kamu di godain cowok-cowok nakal di luar sana."
"Rara."
"Qian Rara."
Kun terkekeh kecil, ia mendekati Rara lagi. "Nanti ke mall yok, kakak beliin apapun yang kamu mau. Terus juga kita ke hadilao. Kamu mau kemana? Gucci? Prada? Celine? Balenciaga? Terserah."
Seketika Rara melepaskan tangannya. Benar saja, wajah gadis itu sudah sembab.
"Janji?" Rara akhirnya mau buka suara.
"Yaampun Dek, muka kamu sampe sembab gitu. Iya, Kakak janji. Siap-siap ya."
Rara mengangguk senang.
"Bentar, kakak ambil kompresan sama es dulu. Mata kamu sembab banget."
Kun beranjak dari sofa menuju ke dapur. Ia segera membuka kulkas, mengeluarkan satu kotak es batu kemudian mengambil kompresan handuk. Ia segera kembali ke ruang tamu.
Akhirnya Rara tidak menolak saat Kun menempelkan kompres es batu di mata bagian bawahnya.
"Kamu kenapa nangis? Apa disekolah ada yang bikin kamu gak nyaman?" tanya Kun.
"A- aku hksss hokss." Rara masih terengah-engah akibat tangisnya yang sedari tadi tidak mereda. Sumpah ia benar-benar masih seperti anak kecil. Di mata Kun, memang adiknya itu juga tidak pernah berubah. Masih sama, manja seperti saat masih kecil.
Rara mengambil alih kompresan matanya. Kun segera menepuk-nepuk punggung Rara perlahan agar bekas isakannya berangsur-angsur hilang.
"Masa OSIS bagian olahraga jahat banget sama aku. Hokss... hokss."
"Mereka nyuruh aku ikut lomba lompat tinggi pekan olahraga hari ini."
"Mereka gak lihat apa? Aku pendek kaya gini? Kak Kun juga sadar kan, kalau aku pendek?"
Sumpah, Kun tidak bisa menahan untuk tidak tertawa. Ia tertawa sampai memegangi perutnya. Pernyataan adiknya benar-benar lucu. Lagian aneh-aneh saja OSIS bagian olahraga di sekolah Rara itu. Apa mereka sedang melakukan prank?
"Habis itu, Rara berusaha lompat beberapa kali. Tapi gak berhasil. Mana kakak pengawas lombanya galak banget, Rara disuruh ngulang beberapa kali. Dan akhirnya yang ketiga Rara jatuh kepleset lah. Orang tempat lompatnya tinggi banget." Rara terlihat sangat frustasi.
Kun tidak bisa menghentikan tawanya.
"Kak Kun, jangan ketawa!" pekik Rara kesal.
Kun mengusap air matanya yang jatuh akibat bengek brutal. Ia merangkul Rara, adik kecilnya yang super manja dan penuh drama dalam hidupnya.
"Iya, maafin Kakak ya. Jadi ke mall gak? Ayo, keburu malem."
Rara mengangguk senang. "Ayo!" serunya kemudian beranjak dari sofa. Bersiap-siap untuk hal yang tidak boleh di tolak.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Confident || Lucas 🦁🔞
Fanfiction"Ra, lo dicariin Lucas tu!" "Ogah! Ngapain sih kalian ngejekin gue ama Lucas muluk? Ogah gue sama cowok kepedean kayak dia, dih!" Mature area 21+ ©zdr_1000le