halow.
terima kasih banyakk untuk komentar komentarr di chapter sebelumnya. walaupun belum menyentuh target, but its okay. ini updateann untuk kalian semuaaa
target chap ini 220 komentar yaaa
dibacanya pelan pelan ajaaa hehehe
happy reading!!
***
Haza tidak sempat mengangkat panggilan dari Jingga karena ponselnya yang berada di dalam mode hening saat meeting tadi. Baru ketika Haza kembali ke ruangannya, Alice berkata bahwa Jingga meninggalkan pesan untuknya yang meminta Haza menghubungi Jingga kembali sesegera mungkin.
Jingga tidak pernah seperti ini sebelumnya, membuat Haza tahu bahwa ada sesuatu yang begitu penting dan membuat Jingga tidak bisa menunggu lebih lama untuk berbicara dengannya.
Oleh karena itu, menunda semua urusannya yang tersisa, Haza langsung menelpon Jingga. Ketika Jingga mengangkat panggilannya, Haza hanya perlu mendengar suara perempuan itu untuk mengetahui bahwa ada sesuatu yang berbeda. Jingga meminta untuk bertemu. Jawaban pertama Haza tentu saja adalah menawarkan untuk datang ke Galar, namun Jingga menolak. Sebagai jalan tengah, Haza akhirnya menyebutkan salah satu restoran yang tempatnya tidak begitu jauh dari Galar sebagai tempat mereka bertemu.
Dan kurang dari satu jam kemudian, keduanya sudah duduk berhadapan di meja paling sudut, agak jauh dari pengunjung lain di restoran tersebut.
Melihat Jingga yang berusaha kuat menyembunyikan kegelisahannya, ada perasaan tidak nyaman yang menelusup masuk ke dalam dada Haza. Perempuan itu jelas tidak mengajaknya ke sini hanya untuk sekedar makan malam bersama. Ada sesuatu yang ingin Jingga sampaikan padanya sejak mereka saling menatap ketika Haza sampai berselang 15 menit setelah Jingga tiba.
"Kamu mau pesen apa?" Berusaha memecah hening yang ada, Haza bertanya seraya melihat buku menu yang diantarkan salah satu pramusaji.
Jingga bahkan tidak benar-benar menaruh perhatian pada buku menu yang ada di genggamannya. Perempuan itu hanya menyebut nama makanan dan minuman yang terbaca pertama kali oleh matanya.
Berulang kali, Jingga menghela nafas panjang dan menghembuskannya. Perempuan itu terus-menerus memainkan jarinya yang berada di pangkuan.
"Jingga."
Perempuan di hadapan Haza itu tersentak kecil. "Hm?"
"Say it." Haza berusaha terlihat tenang meski entah dari mana, setitik rasa takut mulai timbul di benaknya. Seperti ada yang sudah menantinya di ujung sana. "Saya tau kamu mau ngomong sesuatu."
Jingga menelan ludah. Dan pada akhirnya, meski kegelisahan menghantuinya sejak tadi, Jingga tetap bisa menyuarakan pertanyaannya tanpa terdengar gentar. "Kenapa cincin pernikahan kita masih Mas Haza simpen?"
Di tempatnya duduk, Haza membatu.
Ketika cincin pernikahan mereka terjatuh dari dompet Haza beberapa hari lalu, ada senyap yang langsung menyeruak. Jingga terkejut bukan main saat mengetahui Haza masih menyimpan cincin mereka. Dan lebih dari itu, Haza menyimpannya di dalam dompet selama ini, yang artinya dua cincin tersebut selalu ia bawa kemana pun.
Dan Haza tentu saja kehilangan kata ketika Jingga melihatnya dengan tatapan yang menuntut sebuah penjelasan. Yang Haza lakukan kala itu hanya memungut kembali cincin-cincin tersebut, memasukannya kembali ke dalam dompet, lalu berpamitan pergi dan keluar dari ruangan Jingga tanpa menjelaskan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Jiwa
RomanceBebas bertemu belenggu. Ribut bertemu sunyi. Ramai bertemu sepi. Banyak yang bilang bahwa dua sosok bertolak-belakang justru akan saling tarik-menarik layaknya magnet. Namun dalam realita, Jiwa dan Jingga adalah sepasang manusia yang punya kemampuan...