09 | hangat yang menyergap

536 119 174
                                    

hai haiii.

jatohnya temu jiwa update tiap hari nggak sih ini jadinya....

terima kasih banyak yaaa buat semua komentar di chapter sebelumnya! <3

aku memang juga berusaha buat update sebanyak-banyaknya sebelum liburan benar-benar berakhir dan harus kembali menjadi budak teknik😞

target chapter kali ini 120 komentar yaaa

happy reading!

***

Pagi tadi, Jingga terbangun dari lelapnya dengan kondisi yang jauh lebih segar. Hal pertama yang Jingga lakukan saat membuka matanya adalah mengecek sofa di kamarnya, tempat Jiwa duduk menungguinya seharian kemarin. Tentu saja laki-laki itu sudah tidak ada lagi ketika Jingga terjaga, namun entah kenapa, ada sebentuk hangat yang masih tertinggal.

Ketika hari sudah mulai menuju siang, Jingga keluar dari ruangannya, berniat untuk bertemu Jolly sebentar sebelum ia menuju ke kamar Jiwa karena sesuai janji, hari ini adalah kencan—maksud Jingga, hangout pertama mereka.

Bukan berarti Jingga mengharapkan ada hangout kedua, ketiga, dan seterusnya, ya.

Ketika Jingga sampai di meja resepsionis, ternyata ada Jaka yang sedang saling bisik penuh kejulidan bersama Jolly—sebuah pemandangan yang tidak lagi baru bagi Jingga. Tatkala menyadari kehadiran Jingga, Jaka dan Jolly langsung berdiri bersisian dengan tegak, seakan sedang menjalani OSPEK.

"Pagi, Mbak Jingga."

"Jak, kamu ini saya liat-liat nongkrong di meja resepsionis terus, ya." Jingga mengomel kecil. "Apa jangan-jangan kalian pacaran?"

"Najis!" Jolly menyambar cepat. "Mbak Jingga, please, yang iya-iya aja dong ngomongnya. Kalau didenger semesta gimana? Kasian mbak keturunan saya harus mewarisi gen dia!"

"Gen ketampanan ini maksud lo?"

"Jangan bikin Mbak Jingga muntah siang-siang dengan congor lo itu." Jolly memutar bola mata. "Mbak Jingga mau keluar, ya?"

Jolly bertanya ketika melihat pakaian yang Jingga kenakan. Jingga berdeham sebelum menjawab, "Saya mau keluar sebentar hari ini. Kalau ada apa-apa di Galar langsung telepon saya ya, Ly."

Kepala Jolly terangguk patuh. Namun sejenak kemudian, Jaka menyenggolnya, seperti memberikan kode kepada gadis itu. Jolly melotot kepada Jaka, yang kira-kira jika diverbalkan maka akan berbunyi seperti, 'kok-gue-sih?!', lalu balas menyikut rusuk Jaka bikin cowok itu mengaduh kesakitan.

Melihat tingkah ajaib dua pegawainya itu, Jingga menghela nafas dan bertanya, "Kalian mau ngomong apa?"

Pada akhirnya, Jaka mengalah sebelum rusuknya dibuat memar oleh Jolly. "Ehem... Mbak Jingga kemarin sakit?"

Perasaan Jingga mendadak tidak enak. "...Hanya nggak enak badan aja. Kenapa?"

"Ooh... Udah baikkan?"

"Kamu cuma basa-basi kan nanyain keadaan saya?"

Kali ini, Jolly yang mengambil alih. Perempuan itu mendekat ke arah Jingga dengan raut wajah sedih (yang dibuat-buat). "Mbak Jingga kok ngomong gitu? Jaka dan Jolly beneran khawatir kok sama Mbak Jingga, bos kita yang cuaaaaantik ini."

"..."

"Tapi Mbak, kok Mbak bisa dijagain sama Jiwantara Lazuardi kemarin?"

Crap.

Temu JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang