12 | tanda tanya itu

438 103 201
                                    

halo halow.

terima kasih banyakk untuk komentar komentar di chapter sebelumnyaaa

hampir 200 komentar.... how.......

by the way, aku udah bikin writing account di instagram, usnnya sama dengan twitter @/jisoofromwp silahkan difollow kalau mauu hehehe kayaknya aku bakal sering ngepost halu halu di sanaa

target buat chapter ini 180 komentar yaaa

happy reading!

***


Jingga baru saja selesai mandi dan berganti baju saat pintu kamarnya diketuk. Jingga bergerak untuk membukakan pintu, hanya untuk menemukan Jiwa yang berdiri melipat tangan dengan wajah yang tampak kesal. Dan Jingga rasa, ia tahu alasannya.

"Kamu—"

"Kenapa cabut diem-diem?"

Ada kecewa yang merayapi dada Jiwa saat ia membuka matanya dan tidak menemukan Jingga di sebelahnya. Bahkan Jingga telah merapikan sisi kasur yang ia tempati hingga terlihat seperti tidak ada yang terlelap di sana. Seakan-akan Jiwa tertidur sendirian tadi malam.

Seakan-akan, Jingga tidak terlelap di dalam pelukan Jiwa sepanjang malam.

"Saya nggak pergi diem-diem. Saya hanya nggak enak bangunin kamu." Jingga beralasan.

"Itu namanya cabut diem-diem." Jiwa semakin merengut, masih kecewa karena gagal menyaksikan wajah baru bangun tidur milik Jingga. "Kenapa sih? Jangan bilang lo nyesel soal semalem?"

"Nyesel apa, Jiwa?"

"Ya nyesel udah ciuman dan tidur—"

Sontak Jingga melotot seraya berjinjit untuk membekap mulut Jiwa dengan telapak tangannya. Matanya langsung melirik ke kanan-kiri, mengecek apakah ada orang yang mendengar suara Jiwa. "Kamu gila, ya? Kalau ada yang denger gimana?"

"Biarin aja semua orang denger. Biar mereka tau gimana lo PHP-in gue semalem."

Jingga mendelik tak percaya untuk dua alasan; pertama karena pilihan kata Jiwa yang menggunakan PHP seakan mereka berdua adalah ABG, dan kedua adalah bagaimana Jiwa menuduhnya sebagai seorang pemberi harapan palsu.

"Siapa yang PHP-in kamu?" Mau tidak mau, Jingga jadi mengikuti bahasa Jiwa yang terasa sangat aneh di lidahnya itu.

"Elo." Jiwa membalas. "Gimana bisa lo cium gue, nenangin gue, tidur sama gue, terus bersikap kayak nggak ada apa-apa paginya?"

"Terus kamu maunya saya kayak gimana?"

"At least wake me up and say good morning. Itu udah paling minimal. Karena kalau gue minta morning kisses pasti lo nggak mau."

Ketika disadarinya ekspresi Jiwa tidak berubah sama sekali menandakan laki-laki itu benar-benar serius, Jingga menghela nafas seraya berkata. "Listen, saya pergi tadi pagi nggak ada hubungannya dengan apa yang terjadi semalem. Saya memang hanya mau kembali ke kamar saya karena udah pagi juga dan saya perlu mandi. Saya nggak tega bangunin kamu, karena kamu keliatannya nyenyak banget. Dan setelah semua yang terjadi semalem, saya kira kamu butuh istirahat lebih. Are we clear?"

"No, we're not." Jiwa tentu tidak puas dengan penjelasan Jingga. Laki-laki itu lantas menyerobot masuk ke dalam ruangan Jingga tanpa permisi, lalu dengan santainya duduk di kursi kerja perempuan itu.

Temu JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang