11

548 56 3
                                    

Sekarang sudah bubar sekolah, jk tersenyum karena uang bulanan beasiswanya telah cair, jk segera ke atm untuk membayar uang sewa apatrmennya dan mengambil uang untuk belanja mingguan, dia ingin membuatkan bekal untuk tae diesok hari.

Sesampainya di cafe tempat jk bekerja, dia dikagetkan karena ada seorang pria yang sudah kepala 5 tengah mengandeng seorang wanita yang kira kira berusia 35an. Mereka sedang ngobrol dengan whosik.

"Ah itu jk paman, kalau begitu saya pamit dulu", dua orang itu langsung melihat me arah JK

"A-ayah.."

Ayah jk langsung menyeret jk keluar cafe dan membawanya ke arah belakang cafe.

"Ayah, sedang ap adisini?? Kemana saja ayah selama ini"

"Diam, kau tau kan hutangku sedikit lagi lunas, kau harus lebih giat bekerja anak tak berguna", ucap sang ayah sambil mendorong kepala jk

Jk hanya menunduk

"Dia istriku", ucap sang ayah sambil menunjuk perempuan disampingnya

"Oppaa.. anakmu sudah besar, bagaimana kalau kita suruh dia kerja di club malam, tentu bayarannya akan mahal"

"Kau bajingan gila", teriak jk

Plak

Satu tamparan mendarat dipipi jk

"Kau, mana etikamu, dia ibumu sekarang", ucap sang ajah sambil mencemgkram kencang dagu JK

"Berikan aku alamat tempat tinggalmu, aku dan istriku akan tinggal disana sementara"

"Tapi yah"

Plak

"Kau membantah"

Jk hanya menunduk dan menuliskan alamatnya

"Beriakan atmmu juga, kami perlu uang bodoh",

Akhirnya jk juga menyerahkan atmya

"Yah.. jangan dihabiskan, itu.. untuk bekal ku sekolah selama satu bulan", ucap jk lirih

Namun sang ayah hanya acuh.
.
.
.

"Aah ahhh sayanggg ooh oohhhh sudah ah ahhh pelaan ahhh noooooo ah ahh cummm cummmmm"

Itulah jeritan yang jk dengan saat aka  masuk ke apartemenny. Akhirnya dia menutup kembali pintu apartemennya dan menuju ke rumah pamannya.

Sekarang sudah pukul 12.00, tae melihat sang supir bergerak ke arah pagar, namun d cegat oleh tae

"Paman han mau kemana??"

"Eh adek, kok belum tidur? Ada nak jungkook berkunjung dek, paman mau membukakan pintu"

"Biar adek aja.. paman balik sana", ucap tae

"Tapi dek.." namun ucapan paman han tak diterusnkan karena tae sepertinya tak suka dibantah

"Baikla, paman ke paviliun ya.. nanti panggil saja kalau butuh sesuatu", ucap paman han sambil membungkung dan tae hanya mengangguk
.
.

Sreeek
(Gerbang terbuka)

Jk agak kaget melihat tae yang membuka pintu. Namun wajah tae seperti tidak bersahabat

"Ah ka tae maaf saya mengganggu malam malam"

"Bagus kalau kau tau ini sudah malam jeon, sudah sangat larut. Pergilah, kalau perlu kau bawa paman dan bibimu sekalian, mereka tak perlu bekerja disini lagi", ucap tae dengan tatapan datar dan benci

Jk kaget saat tae mengusirnya dengan wajah datar, jk pun tak ingin membalas karena akan berbahaya untuk paman bibinya.

Akhirnya jk tersenyum, dan pergi. Rasanya dada jk baru saja dihantap batu besar, nyeri sekali. Tae pun dibalik pagar juga meremat dadanya, sakit.

Jk terus berjalan sampai ke halte bis dekat perumahan tae. Namun karena sudah larut, tak ada lagi bus yang beroperasi. Jk harus menunggu sampai pagi untuk bisa pulang. Perlahan jk memeluk lututnya dan membenamkan kepalanya. Mencoba memejamkan mata ditengah hembusan angin malan yang sukses menusuk tulangnya.

Takut. Itulah yang dirasakan JK. Takut kalau sudah tak punya tempat pulang. Seperti yang dia rasakan sekarang. Takut kalau dia hanya akan menjadi bencana untuk paman dan bibinya. Takut dengan kenyataan tae yang akan membencinya. Takut dengan kenyataan ayahnya akan menyiksanya seperti yang dilakukan ke ibunya dulu. Takut. Jk ingin punya rumah. Rumah tempatnya merasa aman dan dilundungi. Rumah yang bisa dia kunjungi kapanpun itu. Rumah yang akan tetap membiarkanny masuk walah dia berbuat salah

Isak tangis keluar dari bibirnya, bahunya bergetar hebat. Hujanpu  tetiba berpacu membasahi bumi seolah ikut menangis bersama jk. Biarlah dia rapuh kali ini batinnya, biarnya dia menumpahkan segala dukanya dengan aur hujan ini. Semoga besok ada hal yang lebih baik

Sederhana (KOOKV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang