9. Farzee vs Sean

981 202 5
                                    

_PKIM_

Hari-hari berlalu. Hubungan Gracia dan Farzee semakin dekat. Gracia yang masih malu-malu dan Farzee yang makin gencar mendekati. Sean merasa cemburu akan kedekatan keduanya dan Farzee menyadari hal itu. Namun, apa pedulinya? Yang penting adalah dirinya fokus dalam mendapatkan Gracia. Urusan Sean, jika memang tak bisa memiliki Gracia seharusnya sadar diri dan mencari yang lain kan?

Pagi-pagi sekali Farzee sudah berada di rumah Gracia. Hubungannya dengan keluarga Gracia juga bisa dikatakan cukup dekat. Farzee yang gampang mengakrabkan diri membuatnya diterima dengan baik oleh keluarga Gracia. Hal itu membuat Farzee semakin senang, dia bisa meyakinkan keluarga Gracia nantinya untuk menjaga anaknya.

"Ini tempenya bener dipotong kotak-kotak gini kan tante?" tanya Farzee sembari terus memotong tempe menjadi kotak kecil. Dia memang tak pandai memasak, tapi tak ada salahnya membantu, ya walaupun ringan-ringan seperti ini. Dia juga tak malu membantu Mama Gracia memasak, meskipun dia lelaki.

"Iya nak betul kayak gitu," jawab Mama Gracia.

"Gracia belum bangun Ma?" tanya Ayah Gracia.

"Mandi Yah," jawab Mama Gracia, "Mau kopi atau teh?" Lanjutnya bertanya. Sudah biasa bagi ayah Gracia akan meminum kopi atau teh dipagi hari sebelum kerja.

"Kopi aja," jawab Ayah Gracia. Ia duduk di salah satu kursi dan memperhatikan istri serta Farzee yang sedang memasak. "Nak Zee ga kerja?" tanya Ayah Gracia. Ia tau apa pekerjaan Farzee, tapi ia merasa bingung saja, karena Farzee pagi-pagi sudah di sini.

"Hari ini libur om, besok aku baru kerja lagi," jawab Farzee.

"Oalah gitu." Farzee mengangguk. Dia memotong tempe terakhir lalu menyerahkan pada Mama Gracia. Setelah itu dia hanya memperhatikan Mama Gracia yang berkutat dengan masakannya. Sesekali Mama Gracia juga menjelaskan apa saja yang dibutuhkan dan dilakukan saat memasak. Farzee hanya manggut-manggut saja bersikap paham, padahal mah kalau dipraketkin sendiri juga ga bakalan bisa.

"Nak Zee tolong ambilkan salam terus masukin ke dalam sini," pinta Mama Gracia. Farzee nampak bingung salam yang dimaksud Mama Gracia itu salam apa. Hingga akhirnya dia mendekatkan diri ke panci berisi sayur dan, "Assalamuallaikum."

"Kamu ngapaian nak?" tanya Mama Gracia.

"Ngasih salam tante," jawab Farzee dengan polosnya. Mama dan Papa Gracia sontak saja tertawa mendengarnya. "Kenapa? Salah ya? Oh, atau Shalom." Pikir Farzee mungkin saja salamnya salah.

"Bukan salam itu, tapi daun salam," jelas Mama Gracia.

"Ohhhh daun salam? Emang daun bisa ngasih salam?" Mama Gracia semakin dibuat ketawa dengan kepolosan Farzee. Lantas ia mengambil dan salam dan menunjukkannya pada Farzee, "Ini yang namanya daun salam. Buat tambahan masak, biar sedep." Farzee membulatkan bibirnya dan mengangguk paham.

"Pagi semua. Masak apa Ma?" Gracia mengambil tempat di sebelah Farzee, langsung menempel di sana, ikut memperhatikan apa yang Mamanya lakukan.

"Nih masak ini."

"Baunya enak banget."

"Iyalah, mama yang masak," sahut Ayahnya membanggakan istrinya.

Setelah makanan sudah matang, mereka sarapan bersama dengan kehangatan yang menyelimuti. Mereka juga menyelingi dengan obrolan ringan. Selesai sarapan Farzee dan Gracia pergi. Lebih tepatnya mengantar Gracia ke indoapril untuk bekerja. Di sana Farzee dengan senang hati membantu Gracia menyiapkan apa saja yang dibutuhkan. Bahkan menyapu teras depan indoarpil pun Farzee lakukan. Sedangkan Gracia mengurus bagian dalam. Lagi asik-asiknya menyapu, Sean datang dan menarik bahu Farzee untuk berbalik.

"Dih, pegang-pegang lu. Bukan mukhrim!" sinis Farzee. Rasanya kayak najis sekali jika tangan Sean memegangnya.

"Sok suci lo!"

"Gua, Farzee bukan Suci." Farzee menatap Sean sinis, padahal nama dia Farzee bukan Suci.

"Cowo aneh!"

"Apa peduli lo? Aneh gini Gracia suka sama gua," sombong Farzee. Memang seperti itu adanya.

"Emang Gracia mau sama Lo?"

"Lo ga percaya kalau Gracia suka sama gua?" tanya Farzee. Sebenarnya Farzee agak ragu sih, dia belum tau perasaan Gracia yang sebenarnya, tapi kali ini dia hanya iseng saja ingin membuat Sean tau kalau Gracia itu incarannya.

"Kagak! Gracia masih punya otak kali, masih bisa cowo yang lebih baik, ga kayak lo. Dasar cowo ga bener, pembawa pengaruh buruk." Perkataan Sean membuat Farzee marah.

"Lemes banget mulut lo, ngelebihi cewe aja! Jangan-jangan lo aslinya cewe ya?"

"Sialan lo, asal nuduh aja." Kini giliran Sean yang kesal.

"Dasar teh tubruk!"

"Dasar kayu bambu!"

"Bacot lo!"

"Lo bacot!"

Dari dalam Graica melihat Farzee dan Sean yang seperti beradu bacot pun langsung bergegas menengahi, sebelum malah terjadi hal yang lebih membahayakan. "Heh! Kalian berdua kenapa?"

"Dia duluan Gre," tuduh Sean.

"Kok gua?! Lo duluan teh tubruk!" Balas Farzee kesal. Bisa-bisanya malah dia yang disalahkan.

"Stop udah stop! Jangan berantem! Ga enak kalau diliat banyak orang," kata Gracia. Farzee dan Sean masih menatap dengan sengit. "Udah, Sean mending kamu masuk kerjain di dalem. Zee kamu pulang dulu ya, aku mau kerja. Nanti kamu bisa ke sini lagi siang hari."

Farzee mengangguk saja mengiyakan, dirinya terasa panas karena emosi. Daripada ntar dia membanting Sean kan, jadi lebih baik menenangkan diri dulu.














Untung ga gelud.

Dah maap buat typo.

Penjaga Kasir Itu Milikku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang