4. Pas de Deux

8 4 0
                                    

ADA satu berita yang menghebohkan Akademi pagi ini. Sepulang sekolah, Marceline, sang balerina primadona Akademi, jatuh dari tangga. Kakinya patah, tak bisa jalan, dan yang paling buruk, langsung dibawa ke rumah sakit. Bu Ynaiv berkata pada seluruh balerina (penari balet wanita) dan balerino (penari balet pria) bahwa Marceline tidak bisa ikut latihan hari ini. Padahal, ada Pas de Deux yang ingin ditonton oleh semuanya, dan pasangan Marceline-Mozart adalah pasangan yang sangat cocok untuk memeragakan tarian ini.

"Ih, sayang sekali. Aku ingin melihat mereka menari Pas de Deux padahal." Jasmine mengeluh kesal. Dia bahkan menengadah dan menutup mata saking kesalnya. Aru terkekeh. "Yah, meski tidak ada Marceline pun, setidaknya ada pasangan lain yang mau memeragakannya."

Benar, tak hanya Marceline dan Mozart. Banyak balerina dan balerino lain yang hafal tarian itu. Namun, tak seindah Marceline dan Mozart yang menarikannya dengan penuh penghayatan dan juga chemistry yang baik.

Jasmine tiba-tiba tersenyum, menggodanya. "Bagaimana kalau kau dan Orion saja yang memeragakannya di depan kami?" Jasmine bertanya. Aru refleks menatap Orion. Lelaki dengan poni panjang yang menutup mata itu balas menatap ke arahnya.

Aru jadi merinding sendiri. Dia langsung menggeleng kuat. "Tidak, tidak, tidak!" Aru bahkan berbisik, dengan harapan Orion tidak mendengarnya. "Dia tidak bisa menari. Beberapa kali aku menari dengannya, dia selalu menginjak kakiku."

"Oh, begitu, ya? Malangnya." Jasmine melirik merendahkan ke arah Aru. Aru menatapnya kesal. Lagi-lagi, Jasmine menggodanya.

"Baiklah, siapa yang mau memeragakan Pas de Deux?" Bu Ynaiv bertanya pada setiap murid yang tengah duduk di lantai kayu. Tak ada yang berdiri begitu Bu Ynaiv menginstruksikan demikian. Kalau sudah begitu, itu artinya Bu Ynaiv harus memanggil siswa dan siswi yang mau menari Pas de Deux.

"Bu Ynaiv." Seorang anak laki-laki tiba-tiba berdiri. Membuat pandangan Bu Ynaiv dan siswa-siswi mengarah ke arahnya. Mozart, dia yang berdiri, juga yang bersuara. "Boleh saya memilih pasangan saya?"

Mendengar itu, para anak perempuan langsung heboh. Mozart dikenal sebagai lelaki yang menawan dan setia. Sebelum jadian dengan Marceline, Mozart akan dengan halus menolak berbagai ajakan anak perempuan yang mau berpasangan dengannya. Namun kali ini, Mozart secara terang-terangan ingin memilih pasangannya sendiri. Padahal biasanya, kalau Marceline tidak ada. Dia tidak akan menari dengan siapapun, malah, dia akan pergi. Bolos latihan.

Bu Ynaiv bahkan berkedip. Tak mengira kalau Mozart akan meminta demikian. "Baiklah, silakan pilih kalau begitu."

Karena sudah diizinkan, mata Mozart pun menelisik ke kumpulan anak-anak perempuan yang tengah sibuk menatapnya. Beberapa ada yang berbisik, beberapa ada yang menatapnya penuh harap untuk menjadi pasangannya. Aru adalah salah satu yang menatap Mozart penuh harap. Dia sudah paham kenapa Mozart meminta ini dan dia sudah lebih dulu tahu apa yang terjadi dengan Mozart dan Marceline.

Mereka berdua sudah putus. Sangat wajar kalau Mozart hendak mencari yang baru, dan sangat wajar kalau dia perlu pengganti Marceline.

"Arunika." Mozart menyebut satu nama yang sukses membuat seluruh anak perempuan membelalakkan mata. Kumpulan anak laki-laki hanya menatap mereka santai. Tentu mereka tak mau berpasangan dengan Mozart.

Aru selaku satu-satunya yang dipanggil pun kaget. Dia menoleh ke sana-kemari, bingung. Dalam hati dia berpikir apakah ini mimpi atau bukan, halusinasi atau bukan, ataukah dia betulan salah dengar atau tidak. Mozart terkekeh melihat kebingungan Aru yang dirasa lucu. Dia pun bersuara lagi. "Iya, kau Arunika."

Saat itu juga, Aru seperti terbang di atas awan. Dia berdiri, melangkah melewati beberapa anak perempuan yang duduk berdempetan. Mereka pun menggeser, membuka jalan untuk Aru yang hendak melangkah.

Mozart mendekat ke arahnya, mengulurkan tangan. Uluran tangan itu pun diterima oleh Aru setelah dia melewati kumpulan anak perempuan.

Rasanya, untuk pertama kalinya Aru dapat melihat visual Mozart dengan lebih jelas. Rambutnya yang hitam berkilau indah, alisnya yang tebal nan menawan, matanya yang berwarna cokelat keemasan memesona, hidungnya yang mancung nan manis, serta senyum tipisnya yang lembut. Ini seperti mimpi.

Seorang Aru yang serampangan, berdansa dengan seorang Mozart yang apik.

Bu Ynaiv melangkah ke barisan anak laki-laki. Di barisan anak laki-laki, ada gramaphone yang menunggu untuk dimainkan. Bu Ynaiv memutar alat tersebut, dan musik pun terdengar, mengalun di tempat latihan ini.

Pas de Deux atau tari balet berpasangan, adalah tari balet yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Pas de Deux sendiri banyak jenisnya, dan Pas de Deux yang Aru dan Mozart lakukan adalah The Nutcracker. Berkisah tentang putri cantik Sugar Plum dan boneka kayu yang bernama The Nutcracker. Ini adalah tarian Pas de Deux yang Bu Ynaiv ajarkan selama ini.

Tubuh Aru meliuk indah, kakinya yang diruncingkan melangkah lincah merasakan aliran musik yang mengelilinginya. Mozart kemudian mendekat ke arah Aru, lagi-lagi menjulurkan tangan. Aru menerimanya, dan keduanya berputar, menari lincah dengan berpasang-pasangan mata yang menatap kagum.

Para anak perempuan ber-wah, beberapa kagum dan beberapa iri karena Aru yang terkenal berantakan, menari dengan Mozart. Sedangkan beberapa anak laki-laki menggoda Orion. Menyayangkan bahwa gadis yang selama ini selalu menari bersamanya diambil oleh orang yang lebih rupawan.

"Yang sabar, ya."

"Apaan, sih?" Sekiranya itu yang Orion tanggapi ketika teman-temannya menggodanya.

Rose, teman sepermainan Marceline memeluk lutut. Menatap Aru dan Mozart dengan tajam. Teman-teman di sekelilingnya beranggapan kalau Rose iri dan ingin menari bersama Mozart juga, tetapi mereka salah besar.

Mata Rose yang tajam mengisyaratkan kalau dia harus memberitahukan ini pada yang lebih berhak.

The Dancing Duck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang