10. 𝐀𝐧𝐞𝐡

102 19 3
                                    

[Name] telah sampai di rumah. Sepanjang jalan ia tak bicara sepatah kata pun karena saat dia menanyakan hal yang tadi, abangnya selalu saja mengalihkan pembicaraan.

"Bang, tadi kok lu gamau dipanggil Bang Syah?"
"...Gapapa, malu aja dipanggil Syahputra." Bang Syah menjawab seadanya.
"Emang anak band gw kenal sama lu?" Tentu saja [Name] tambah bingung.
"Entahlah. Oh iya, tadi kamu bawa gitar yang mana sih?" Dia malah mengalihkan pembicaraan.

[Name] menghela napas. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Memangnya apa yang salah dengan namanya? Dia juga menyuruhnya untuk tidak memberitahu namanya ke teman bandnya.

"Kalo temen band kamu nanya nama abang, bilang aja nama lain, oke."

"Oi. Tadi lu di band main lagu apa?" Abangnya itu bertanya.

[Name] menjawab sambil bermain ponsel. "Hysteria, lagunya Muse."

"Emang bisa gitarnya?"

"Bisa lah. Kan diajarin Bang Semi."

Seketika Syahputra terdiam mendengar namanya.

"Dia jago ya?" Sekali lagi dia bertanya, penasaran.
"Lumayan. Udah jago, sabar lagi. Ga kaya elu." [Name] meledek.
"Iya." Syahputra menjawab singkat.

Apa-apaan dengan tingkahnya yang aneh ini?

"Aneh lu."
"Emang."

Akhirnya [Name] memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dan masuk ke kamarnya. Ia masih harus berlatih untuk lagu pertamanya.

🎸

Skip, besoknya.

[Name] pergi ke sekolahnya menggunakan motor bututnya itu. Bang Syahputra gaada agenda apa-apa, makanya [Name] dibolehin bawa motornya. Kondisi motornya udah mengkhawatirkan. Mesinnya suka mati sendiri, dan suara klaksonnya jadi konyol dan gak gagah lagi.

Jadi malu bunyiin klakson.

Singkat cerita ia sampai di sekolah. Niatnya ingin pergi ke ruang musik untuk latihan karena sekolah masih dimulai setengah jam lagi.

"Hai, Bang Semi." [Name] menyapa lelaki itu.

"Oiya, halo." Mereka berpapasan di lorong, keduanya membawa gitar di punggungnya.

"Pagi banget datengnya." Ucap Semi.

"Ah, engga kok. Emang tiap hari datengnya jam segini." [Name] tertawa. "Mau kemana, nih?" [Name] berkata demikian karena Semi tak mengarah ke kelasnya.

"Ruang musik, mau latihan bentar. Mau ikut?" Tawar Semi.

"Mau!"

Kini mereka berada di ruang musik, duduk berhadapan seperti biasa. Memainkan dua lagu yang berbeda, tapi tetap saling membantu.

"[Name], coba mencetnya lebih keras dikit." Ucap Semi ketika mendengar petikan gitar [Name].
"Oh iya, makasih."

Setelah itu suasana kembali sunyi, mereka kembali bermain masing-masing. Selama sepuluh menit lebih, hanya terdengar suara gitar, tak ada suara lagi.

Sekalinya ada suara, malah ditanyakan pertanyaan mematikan.

"Nama abangmu siapa, [Name]?"

Anak Band ★ Semi Eita x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang