12. 𝐒𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡

133 17 2
                                    


"Met pagi." [Name] menyapa Mawar yang tengah menaiki ojek. Kini mereka tengah berhenti di lampu merah. 

"[NAAAMEEE]!!" Mawar melambaikan tangannya, membuat driver ojolnya tersentak kaget. 

Mereka pun bercakap-cakap santai di lampu merah yang lamanya minta ampun itu. Topiknya pun ada-ada saja, mulai dari sarapan yang mereka makan pagi ini, prediksi skor bola, ngomongin orang hingga gosip orang pacaran. Bapak driver pun kadang-kadang menyahut kalau sedang bahas bola. 

"Mbak, ban belakangnya rada kempes ya?" Mendadak bapak ojol itu berkata. 

"Lho, emang iya?" [Name] pun langsung mengecek ban belakangnya. "Oh iya. Hadeh, tapi telat kalau mesti tambal lagi. Pulang sekolah aja, deh." Ban belakangnya memang terlihat kempes. Mawar pun sedikit panik melihatnya. 

"Tiati, [Name]." Mawar tersenyum. 

"Iye."


Akhirnya mereka sampai di sekolah. Mawar sampai lebih dahulu karena motor [Name] sempat mati mesinnya di jalan. 

"Motor lu kondisinya mengkhawatirkan banget. Kaga niat beli yang baru?" Mawar berkomentar. 

[Name] menghela napas. "Aish, Bang Syah ngotot banget gamau jual motornya. Katanya banyak kenangan." Mawar hanya tersenyum canggung mendengarnya. "Lagian kalo dijual kayaknya gaada yang minat." Lanjut [Name].

Motor vario butut, yang belakangnya sudah penuh stiker dan goresan. Knalpotnya berisik, klaksonnya bunyinya letoy. Rajin ganti aki, tapi ngisi bensinnya kalo udah mau habis banget. Ga jarang motornya mesti didorong sampe tujuan. 

Suasana kelas masih tak terlalu ramai karena jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. [Name] sampai hafal siapa murid yang biasa ngaret, tapi orang yang membuka pintu kali ini mengejutkannya. 


"Lah, Kenma?" 

Lelaki berambut dua warna itu menghadap ke arahnya. Wajahnya persis orang kurang tidur. Rambutnya masih basah dan seragamnya kusut. 

"Tumben dateng pagi gini. Tumben banget." [Name] berkata demikian karena Kenma biasanya adalah orang yang selalu datang terakhir. 

"Aah, gua diajak lari pagi ama Kuroo. Terus gua gaboleh tidur lagi, langsung mandi terus dibonceng Kuroo ke sekolah." Kenma berkata lemas sambil menguap. 

[Name] hanya cekikikan. Kenma adalah salah satu teman SMPnya, mereka cukup dekat karena pernah setim di turnamen ML antar sekolah. 

"Kita satu ekskul." Mendadak Kenma berkata. 

[Name] mengira Kenma bicara gak nyambung gini karena masih ngantuk. "Kenapa dah. Kaga nyambung." 

Beberapa saat setelah Kenma mengatakan itu, matanya langsung tertutup. 

"Pasti lu semalem main gem." 

"Begadang main Fifa, bangun pagi banget, terus lari pagi, terus gaboleh tidur lagi. Ah, ngantuk." Kenma pun tertidur pulas. 

[Name] pun kembali ke tempat duduknya melihat lelaki itu benar-benar tertidur. 

Sekitar sejam kemudian, pelajaran dimulai. Teman sebangku Kenma pun langsung membangunkannya, dan mereka belajar seperti biasa. 

"Ya, oke. Semuanya perhatikan papan tulis dan buka bukunya. Seminggu lalu, kita terakhir bahas halaman 65. Jadi-"

SREEETTT (tau lah itu bunyi pedang pas kita login emel) 

Mendadak muncul suara dari pojok kanan belakang kelas. Kenma yang mendengarnya pun langsung meringis. Bisa-bisanya ia lupa mengecilkan volume saat login emel. 

Anak Band ★ Semi Eita x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang