4. 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧

153 22 0
                                    

Sepulangnya dari latihan- bukan latihan, sih. Orang mereka berdua hanya diam-diaman. [Name] langsung mengambil gitar elektriknya dan mulai memainkan lagu-lagu. Ya pokoknya genjreng santai saja.

Mendadak [Name] kepikiran si Bang Semi itu. Bukan karena wajahnya atau apalah, tapi karena tadi dia sembarangan megang gitarnya. Mana udah sempet dia genjreng lagi. Hadeh, malu.

Sudah jam setengah sebelas, tapi si [Name] ini masih aja memainkan gitarnya sampe tangannya lemes. "Kira-kira nanti gw show off pake lagu apa yh" gumamnya. Memang kebanyakan halu.

Dari tadi [Name] juga mengecek hpnya terus, dia udah nunggu buat dimasukkin ke grup band. Ah elah kemana nih adminnya. Tapi [Name] berusaha positif tingking, mungkin Kak Semi udah tidur.

[Name] jadi gabut sendiri karena dari tadi cuman bisa main gitar belajar lagu susah buat show off, ngecekin hp nunggu dimasukin grup band dan nonton tutorial di yutub biar skillnya makin asoy.

Tapi sampai jam dua belas lewat lima belas menit, belum ada pesan apapun dan [Name] sudah mulai mengantuk. Akhirnya [Name] terlelap di kursi belajarnya.

[Name] baru terbangun besok paginya jam 6:35. Mungkin efek tidur telat.

[Name] pun langsung ngabrut ke sekolah menggunakan motor vario bututnya yang plat belakangnya udah mau copot.

Kota Jakarta jam segini memang macetnya minta ampun, orang-orang sibuk berangkat kerja dan melakukan aktivitas sehari-hari. [Name] terjebak macet di lampu merah perempatan menuju sekolahnya.

[Name] hanya bengong menunggu lampu hijau. Saat dia celingak-celinguk kanan kiri, pandangannya tertuju pada anak SMA dengan rambut belah tengah berantakan gak jelas, menggendong tas gitar- yang isinya mungkin sebuah bass.

"Suna!"
Sang pemilik nama pun menengok. Dari tadi dia tidak menyadari keberadaan [Name].
"Oi." balasnya.
[Name] heboh sendiri papasan sama teman sekelasnya di lampu merah. Suna kelihatannya biasa saja, tuh.

Waktu menunjukkan pukul 6:53. [Name] sedikit panik, jadi begitu lampu hijau menyala, ia langsung tancap gas. Suna masih berada di belakangnya, menggunakan kecepatan normal.

Pandangan [Name] sangat fokus ke depan, jadi dia tidak menyadari ada sebuah motor yang melaju cepat dari arah berlawanan-

"[NAME], AWAS!"

BRAKKK!

"Ah elah." [Name] menggerutu kesal.
sudah sampai telat ke sekolah, motor bututnya makin lecet, tambah luka gores pula.

Ini semua karena [Name] menabrak sekelompok jamet bonceng tiga yang datang dari arah berlawanan. Memang tidak ada luka serius, tapi [Name] tetap saja jengkel.

Flashback

"[Name], lu gapapa?" Suna memberhentikan motornya.

"Udah lu duluan aja. Nanti telat." padahal aslinya [Name] mau aja ditemenin.

:(

Ujung-ujungnya [Name] sampai ke sekolah dengan selamat, walaupun ia jadi menerima ceramah panjang lebar dan kini dia harus berdiri di lorong.

Suna mau menjelaskan kepada Pak Ukai bahwa [Name] tadi sempat menabrak, tapi [Name] mencegahnya. Karena kalo diberi tahu pasti nanti [Name] tidak akan diizinkan membawa kendaraan ke sekolah lagi.

"Hadeh." gerutu [Name]. Baru pagi-pagi begini kena sial.

Sudah mau masuk jam pelajaran kedua. Sebenarnya sudah pergantian pelajaran, tapi Pak Ukai masih saja ngoceh di dalam. Hari ini memang harus sabar sepertinya.

Beberapa menit kemudian, Pak Ukai pun keluar. "[Name], besok-besok kamu jangan telat lagi." tegasnya. [Name] hanya mengangguk.

[Name] masuk ke kelas, ia pun duduk di sebelah Mawar.

"MAW, sumpah..."
"[NAMEEE]!!"
Baru tidak bertemu beberapa jam saja udah drama begini. Apalagi saat Mawar mendengar dari Suna bahwa [Name] kecelakaan.

Flashback

"Lah, Sun?" Mawar terheran-heran. Suna adalah orang terakhir yang masuk kelas sebelum bel berbunyi. Biasanya [Name] selalu datang awal.

"[Name] mana?" tanyanya lagi.

"[Name] kecelakaan." ucap Suna, entah kenapa terdengar santai.

"HAH?!" muncul bayangan mengerikan di pikiran Mawar. Kecelakaan di bayangannya seperti ditabrak truk, kebakaran, hingga tabrakan beruntun.

"KOK LU SANTAI AJA SIH?!" pekik Mawar.

Mawar panik sendiri menghubungi [Name], sedangkan si Suna santai saja melenggang ke tempat duduknya.

"Ya nabrak biasa. Kaga napa-napa gw, lecet dikit paling" [Name] ketawa.

"Gw kira ketabrak truk." Mawar menghela napas lega.

"Ngeri amat."

Mereka pun gibah dan bercerita asik sampai pelajaran kedua dimulai. Mulai dari [Name] ketabrak motor jamet, [Name] sembarang genjreng gitar orang, hingga Mawar yang cerita tentang gosip tetangganya.

Istirahat pun tiba. Seperti biasa, [Name] dan Mawar membeli jajanan favoritnya.

"Maw, beli cimol asoy yok." ajak [Name].
"Hayuk!"

[Name] dan Mawar duduk di depan kelas mereka, XI IPS 2. Beli cimol asoy sambil duduk-duduk depan kelas udah jadi rutinitas wajib tiap istirahat sepertinya.

Saat mereka tengah mengobrol, tiba-tiba lelaki bersurai abu yang kemarin itu kembali menghampirinya.

"[Name]." panggilnya.

"Kak Semi?"

Mereka kembali diam-diaman. Ah elah, awkward banget.

"Nanti pulang sekolah ketemuan di ruang musik ya." ujarnya.
"Eh- Iya." balas [Name]. Anjir, ini kenapa mendadak minta ketemuan dah. Bikin salah paham aja.

Saat Semi sudah mulai berbalik untuk meninggalkan mereka berdua, Mawar mendadak berseru,
"Anjir! Gebetan lo, [Name]?"
Memang anj. [Name] langsung panik, dong. Siapa tau Kak Semi denger.
"Heh! Engga, itu- temen band gw." jelas [Name].
Semi yang mendengar itu hanya terkekeh. MALU MALUIN ELAHH.

Saat Semi sudah menjauh, [Name] langsung berteriak sekencang-kencangnya.

"MAWARRRRRR"














"Kenapa nih?" pria bermata sipit itu berkata saat melihat [Name] mampir di mejanya.

"Lu ngga disuruh ketemuan di ruang musik pulang sekolah nanti sama Kak- maksudnya Bang Semi?" tanya [Name].

"Hah? Kagak..."







See you in the next chapter, jangan lupa vote!! 😘💖

Anak Band ★ Semi Eita x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang