5. 𝐀𝐦𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚

128 24 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 5:35. Tapi [Name] masih sendirian di ruang musik. Kok lama bener sih. Jangan-jangan gw diprank. [Name] mulai nethink duluan. Mana anggota band lain engga diajak, lagi. Mencurigakan banget.

Karena setelah beberapa menit Semi tak kunjung menampakkan diri juga, akhirnya [Name] memilih untuk keluar sekolah. Biasa, cari jajan, sekalian nyari Bang Semi, siapa tau papasan.

"Ku yang dulu bukanlah yang sekarang~" senandung [Name].

Baru jam segini tapi rasanya kok sepi sekali. Yah, mungkin karena ekskul hari Jumat dilaksanakan di ruang tertutup, bukan ekskul terbuka di lapangan di mana kita bisa mendengar dentuman bola dan bunyi peluit.

[Name] tiba di luar gerbang sekolah. Masih ada beberapa pedagang, sih. Tapi si abang cimol asoy udah ga keliatan lagi.

"Bang, yang jual cimol asoy kemana?" tanya [Name] kepada penjual tahu bulat. Penjual tahu bulat ini memang sohibnya si pedagang cimol asoy.

"Yah, udah pulang dek. Emang biasanya balik jam empat."

[Name] pun kecewa. "Yaudah deh bang, makasih ya."

🎸

"Eh bang, tahu bulatnya tujuh rebu."
[Name] merasa rada gaenak karena udah nanya-nanya malah ga beli. Yaudahlah gapapa. Tahu bulat juga enak kok.

Setelah membeli sebungkus tahu bulat, [Name] kembali ke sekolahnya. Aduh, dia jadi lupa janjinya sama Kak Semi. [Name] pun langsung cabut ke ruang musik sambil makan tahu bulat.

Pintu ruang musik [Name] buka secara perlahan. Anjir, belom ada siapa-siapa. Ruang musik kosong melompong. Semi lama sekali datangnya, sampai-sampai [Name] sempat membeli sebungkus tahu bulat di luar sekolah.

Sembari menunggu Semi, [Name] menonton video tutorial gitar di ponselnya. Ceritanya mau show-off, nih ye.

Tapi setelah hampir sepuluh menit ke depan, Semi tak juga terlihat. Ah elah, beneran diprank ini mah. [Name] membatin. Ah, tau gitu mending pulang dari tadi. [Name] pun mulai membereskan barang-barangnya, bersiap pulang.

Sudah hampir sesenti jarak [Name] menuju pintu keluar, mendadak pintunya terbuka kencang sekali.

BRAKKK!

Pintu itu menabrak wajah [Name].

"Eh! Sori, lu gapapa kan?"

Gapapa ndasmu.

Semi panik melihat [Name] yang kejedot pintu.

"[Name], gw bener-bener minta maaf-" napasnya tersengal karena panik.

"Enggak, gapapa kok. Santai aja." walaupun jelas-jelas jidatnya merah kepental pintu.

"Lu mau ke UKS? Nanti gw temenin-"

"Udah, gapapa Kak. Engga parah kok ini." [Name] tertawa kecil, berusaha meyakinkan Semi bahwa tidak ada luka serius.

🎸

Akhirnya mereka berdua terduduk berhadapan, posisi yang sama dengan yang kemarin itu. Yah, diem-dieman lagi deh. Semi merasa tak enak gara-gara tak sengaja menjedotkan kepala adik kelasnya itu. [Name] sih santai saja, walaupun aslinya memang sakit, sih.

"Oiya." [Name] berbicara lalu terjeda karena ia tengah memakan tahu bulat. "Kenapa Kak Semi nyuruh aku ke ruang musik? Berdua doang lagi. Kan member lain masuk."

"Ya karena ini engga ada hubungannya sama member lain." Jelas Semi.

"Maksudnya?"

"Gw mau ngetes kemampuan gitar lu."

"Oke- HAH?!" [Name] langsung panik. Dia memang sudah latihan semalaman, tapi ingatannya kok mendadak hilang begitu saja. Kayak lagi ujian.

Aduh, gimana ini anjir. Gw lupaaaa!
Jangan-jangan gw amnesia gegara kejedot pintu.

Goblok. Bisa-bisanya kepikiran begitu.

"Kayaknya aku amnesia."

"...Amnesia?"

Eh! Si [Name] malah ngelantur gajelas. Emang goblok.

"Hah? Oh, enggak- Amnesia.." [Name] berpikir keras nyari alasan.

"Maksudnya lagu Amnesia, lagunya 5 Seconds of Summer." jelas [Name].

"Oh, haha..." Semi ketawa garing.

Malu maluin, lu!

"Jadi lu mau ngetes pake lagu itu?" tanya Semi.

[Name] hanya mengangguk. "Gitar..." Ah, mampus. Dia lupa bawa gitar, lagi.

"...Ngetesnya pake apa?"

"Pake gitar gw aja dulu." Semi menyerahkan gitar Telecasternya kepada [Name]. Aduh, jadi ingat kejadian kemaren.

"Kak Semi tau lagunya kan?" Semi mengangguk.

"Yaudah, here we go. Tu, wa, ga."

[Name] menggenjreng gitarnya secara perlahan. Wajahnya memang terlihat tenang, tapi isi hatinya tidak.

DUH KALO GW ADA SALAH GIMANA NIH, JANGAN JANGAN LANGSUNG GA DITERIMA JADI GITARIS. Panik [Name]. Padahal mah, Semi santai saja.
Dia hanya ingin melihat skill [Name]. Bukan menjadikannya tolak ukur apalagi ajang penentuan masuk band.

(bacanya sambil dengerin lagunya coba :3)

" I drove by all the places we used to hang out getting wasted." [Name] bernyanyi.

"I thought about our last kiss, how it felt the way you tasted." Lah, malah dilanjutin sama Bang Semi. Tapi emang suaranya adem banget anjay. Prikitiw.


Singkatnya, selesailah acara genjreng asoy tersebut. [Name] rada malu soalnya tadi banyak salah. Tapi bukannya ngoreksi atau apa, Semi malah cekikikan.

"Maaf banyak salahnya tadi." [Name] tertunduk malu.

"Ah, gapapa kok, bagus. Gausah minta maaf." Semi tersenyum.

Sebenarnya niat [Name] bukan memainkan lagu ini. Tapi karena tadi keburu panik gara-gara ngelantur, alhasil dia main lagu ini. Padahal tadi niatnya show-off lagu yang susahan dikit kek, misalnya lagu Metallica.

"Btw, Kak Semi suka lagu yang kayak gimana?" [Name] bertanya. Hanya untuk basa-basi, sih.

"Oh, itu." Dia menjeda ucapannya.
"Gw suka 5Sos yang lu mainin tadi, Linkin Park, Pierce the Veil, MCR, Paramore, Weezer, The Beatles, sama Twenty One Pilots juga asik." jelasnya sambil membereskan alat musiknya.

Asik banget selera musiknya. [Name] membatin.

"Udah boleh pulang, ya. Maaf lu jadi harus nunggu lama-lama. Maaf juga ya tadi gw- eh, buka pintunya kekencengan." ucap Semi gugup.

"Eh, enggak gapapa. Maaf ya tadi aku mainnya juga ancur." [Name] tertawa kecil.

"Udah lumayan kok mainnya. Minggu depan kita ngeband beneran ya." Semi memasang helm.
"Daah."

"Iya, daah." Setidaknya ada sedikit perkembangan dalam hubungan pertemanan mereka.

Semi pun pulang menggunakan motor vespa ala-ala anak bandnya.

[Name] menunggu Semi benar-benar pergi dari sekolah. Ya, agar dia tak melihat motor [Name] yang kondisinya kegores dan plat belakangnya udah ngegantung gitu. Hadeh, jaim dong, [Name].

Jangan lupa votenya yah maniez 🥰



Anak Band ★ Semi Eita x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang