13. 𝐏𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐚𝐫𝐞𝐧𝐠.

140 19 8
                                    

MAKASIH UDAH MAU NUNGGUUU WKWKWK aku sedang brekdown karena anak kls 12 lulus.,, masa depan band sekolah jadi tdk jelas... 💔

"[Name]?"
"Kak Semi!"

Ah, ini dia. Adegan klise yang pasti selalu ada di sebuah cerita.

"Kamu jalan ke rumah? Bukannya tadi make motor?" Semi pun memberhentikan motornya, masih terduduk di sana.

"Eh, motornya diservis, kak. Mesinnya udah rusak parah terus bannya bocor alus." [Name] tertawa gelisah. Kenapa sih, dia harus bertemu dengan Semi di saat seperti ini?

"Owalaah." Semi pun terkekeh. Mendadak, tas yang ia pakai di punggung dipindahkan ke depan, dan standar motornya ia naikkan kembali.

"Pulang bareng sama aku aja." [Name] tersipu mendengar perkataannyanya.
[Name] pun menolak halus.
"Enggak usah, kak! Nanti ngerepotin, lagi. Aku bisa naik angkot kok."

"Emang kamu ada ongkos?" Benar juga. [Name] langsung terdiam mendengarnya.
"Udah, cepetan naik. Kamu kasih tau jalannya ke kakak." [Name] dibuat salting sendiri olehnya.

"Aduh, maaf ngerepotin ya kak. Gausah dianterin juga gapapa kok, ahaha." Tapi [Name] malah sudah terduduk di belakang. Dasar.

🎸

Motor melaju dengan kecepatan sedang.

"Biasanya kamu pulang naik apa, [Name]?" Semi bertanya. Mungkin untuk basa-basi.

[Name] menjawab. "Naik motor sendiri. Tapi kalo abang nggak sibuk, dijemput abang."

"Hmm." Semi mengangguk singkat.
Di perjalanan mereka tidak terlalu banyak mengobrol, dan [Name] pun memilih untuk tidak banyak mengajaknya bicara karena mungkin ia tipe yang mudah hilang fokusnya jika diajak mengobrol saat berkendara. Lain cerita kalau ini abangnya.

"Bang, ayo main sambung lirik!" [Name] mengguncang bahu abangnya.
"Bacot, gua lagi fokus!"

Semi adalah lelaki yang ramah dan pengertian. Ga kayak Bang Syah, noh.
"Ah, lurus aja, Kak. Kalo lewat situ biasanya macet." Ucap [Name] saat Semi menyalakan sen kiri.
"Oke."

[Name] pun merasa sedikit bersalah karena dari tadi ia seperti memerintahnya.

"Oh iya, aku lupa! [Name], maaf banget, tapi kita boleh mampir ke toko musik sebentar nggak?" Semi mengerem mendadak.

"Aku udah nitip barang di sana seminggu. Kalo kamu pulangnya buru-buru, gapapa nanti aku ambil pulangnya." Jelasnya.

"Eh? Gapapa kok, ambil aja dulu. Aku pulangnya ga buru-buru juga." [Name] hanya tertawa kecil sebelum Semi kembali ngegas dan memutar balik.

Toko musik itu tak jauh dari tempat mereka berada. Tinggal melewati satu perempatan dan mereka telah sampai.
Mereka berhenti di sebuah ruko, salah satu tokonya bertuliskan Toko Musik Barokah.

"Bang Farhan!"
Lelaki yang disebut Farhan itu pun menengok. Model rambutnya belah pinggir dan ia mengenakan kaos bola.

"Oh, Semi! Mau ngambil titipan ya?" Lelaki itu tertawa sembari berbalik, mengambilkan satu plastik.
"Aduh, maaf lupa ngambil ya bang." Semi menggaruk kepalanya saat bang Farhan menyerahkan satu plastik putih.

"Santai, Sem. Gua juga lupa ngasih tau." Katanya sambil menepuk pundak Semi.

"Ini siapa, Sem? Pacar lu?" [Name] tersentak mendengarnya. Dari tadi ia sedang melihat-lihat gitar.

"Bukan kok, ini temen band." Semi terkekeh panik. "[Name], ini Bang Farhan. Alumni SMAN 1 juga kok, dulu jadi bassist." Bang Farhan pun langsung berjabat tangan dengan [Name].

Anak Band ★ Semi Eita x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang