Sisca baru saja sampai di rumahnya, setelah makan malam keluarga yang terasa sangat panjang karena ia harus melihat oniel di hadapan nya.
Kini ia telah selesai membersihkan diri dan di lanjutkan dengan aktifitas malamnya, sekarang sisca sedang menyandarkan diri di headboard kasur miliknya sambil mengecek ponsel
"Kebiasaan banget kalo udah nongkrong sama temen temennya suka ga inget waktu, inget waktu aja engga apalagi inget gua"
Sisca memilih mengscroll status teman temannya untuk mengurangi rasa bosan nya, tangannya berhenti di akun milik chika yang menampilkan ia sedang berfoto berdua bersama adel
"Chika maen sama adel? Gila udah pdkt aja" Gumam sisca"Ehh tunggu, di belakang mereka kaya jinan sama cindy" Setelahnya sisca memperbesar foto mereka
"Lah iya bener, tapi kok kaya bukan di basecamp mereka yaa"
Sisca yang penasaran pun segera menghubungi sahabatnya
"Cin, lo dimana?"
"Gua baru banget sampe rumah sis, kenapa?"
"Lo tadi maen bareng shani?"
"Iyaa, ada adel sama chika juga. Kenapa sis?" Tanya cindy kembali
"Dimana?"
"Di arena balap. Wait jangan bilang dia ga izin sama lo? Tadi dia turun arena soalnya"
"Yaiyalah engga, kalo dia izin gua gaakan nelpon lo dan sekarang dia belum ngabarin gua. Lagian dia izin ke gua mau nongkrong bukan turun race"
"Kaya nya dia masih disana deh, soalnya gua pulang duluan sama chika. Adel sama jinan juga masih disana"
"Okedeh, thanks info nya cin"
Tutt...
Setelah mematikan sambungan telponnya dengan cindy sisca segera menghubungi shani namun tidak ada respon apapun, ia pun mencoba menghubungi jinan dan adel namun sama saja
~
"Heh bocil lo batu banget kalo di bilangin, gua bilang jangan ikut ikutan motor ginian nanti lo betah" Ucap zahra yang melihat adel berada di arena
"Apaan sih kak, orang gua udah izin papah"
"Bohong kan lo?"
"Dihh kaga percayaan banget, coba aja tanya sana ke papah gua mah jujur sama papah ga kaya lo" Balas adel sambil menjulurkan lidah nya mengejek sang kakak
Zahra yang kesal memukul pelan kepala adel
"Cepet beres beres, nanti baliknya bareng. Kalo lo kenapa kenapa gua lagi yang kena""Iyaa iyaaa"
Shani, jinan dan beby hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa melihat pertengkaran mereka
"Ehh nan, hp gua mana ya? Gua lupa belum ngabarin sisca"
"Di dalem tas lo kali, gua ga pegang soalnya"
Shani segera berlari mengambil ponselnya, namun beberapa saat kemudian ia kembali"Nan hp gua mati, boleh pinjem hp lo bentar?"
"Nih.... " Jinan memberikan ponselnya
"Lahh sisca dari tadi nelponin lo anjir, kenapa ga lo angkat?"
Jinan mengerutkan keningnya "emang iya?"
"hp lo di silent pantes aja ga kedengeran"
Shani segera menghubungi sisca yang untungnya langsung diangkat oleh sisca"Halo nan, kemana aja lo baru nelpon gua balik. Shani mana?" Suara yang pertama kali Shani dengar adalah omelan sisca yang membuat ia merasa panas dingin
"Haa- haloo sayang" Gugup Shani
"Ohh ini kamu, udah balapannya sayang?"
Dengan nada yang di buat selembut mungkin"Hehehe ga balapan kok sayang, cuma test race doang sama anak anak. Lagian aku kan udah izin terus udah ajak kamu juga"
"Kamu kan izinnya nongkrong, kalo tau kamu ke arena ga akan aku izinin"
"Hmm ini aman kok sayang, ini kan di arena bukan di jalan raya. Jangan marah marah yaa" Rayu Shani pada sisca
"Jadi kamu gamau di perhatiin sama aku?"
"Aku tuh bukan larang kamu buat ikut hobi kamu, aku cuma khawatir" Lanjut sisca
"Iyaa maaf ya, tapi arena ini udah safety kok" Kekeuh Shani agar ia tetap diizinkan sisca untuk mengikuti hobi nya yang satu ini
"Yaudah deh terserah kamu, aku cuma khawatir aja"
"Jadi aku masih tetep boleh ikutan kan ya?"
"Iyaa boleh tapi jangan terlalu sering yaa"
"Makasih sayangg"
"Tadi gimana acara sama keluarga kamu?" Tanya Shani selanjutnya
Sisca sempat menjeda sebentar sebelum menjawab
"Cuma makan malam biasa kok,"
"Yaudah kamu cepet pulang, ini udah malem" Sambung sisca agar Shani tidak membahas acara makan malamnya tadi"Okedeh kalo gitu aku siap siap pulang dulu, kamu langsung tidur yaa besok pagi aku jemput awas jangan telat bangun"
"Iyaaa, bye shan"
Setelah memutus sambungan dari Shani, sisca tidak langsung tidur ia memikirkan apakah ia harus menceritakan semuanya atau tidak.