[COMPLETE] [Shounen Ai]
Archio tidak menyadari perasaannya pada Ian. Ia tidak tahu, jika debaran di jantungnya, rona merah di pipinya, netranya yang tidak bisa beralih dari bibir merah Ian, adalah tanda-tanda perasaan sukanya.
Sebuah cerita pendek...
Aku menahan tawaku dan pada akhirnya tetap tertawa sekuat yang aku bisa. Astaga, ini sangat lucu. Kebiasaanku yang menjadikan segala situasi dramatis, membuatku jadi orang yang aneh.
"Hahahaha... hahh... perutku sampai sakit," jujurku masih terkekeh. Aku menarik tangannya dan duduk di tempat yang lebih teduh, "yaudah, temani aku makan siang disini. Aku lelah mencarimu kemana-mana."
Aku mengambil tentengan hadiah yang aku terima dan mengeluarkan beberapa makanan seperti ggimbap, onigiri, dan berbagai makanan yang cocok dimakan saat ini.
"Nih, ambil yang mana aja," tawarku sembari menyerahkan sumpit ke tangannya.
Ian mengeluarkan jajanan yang aku berikan padanya dan membuka chiki yang memiliki cita rasa micin.
Ia mengambil dan melahap sepotong ggimbap dan juga memasukkan chips ke dalam mulutnya. Tanpa ragu, aku ikut mengambil hadiah ggimbapku dan melakukan hal yang sama dengannya.
"Emm, enak juga kalau di-mix gini. Oya, ggimbap ini kalau ga salah dari Arin," ucapku.
Ia hanya mengangguk pelan.
"Arin itu anak seangkatan kita, dia di kelas 11-2," jelasku, "ambil juga onigirinya, ini dari anak pemilik toko onigiri yang di ujung jalan, Yuri namanya. Aku sering mampir dan membeli beberapa jenis. Rasanya dijamin enak," Jelasku panjang lebar.
Ia sekali lagi, hanya mengangguk pelan.
"Ah!" Aku membuka plastik yang masih berisi jajanan, "apa kau suka makanan manis? Ada yang memberiku permen cokelat. Katanya ia membuatnya sendiri. Permen ini dari Pia, dia ikut klub memasak, jadi sering menawariku untuk mencicipi makanan yang ia buat."
Lagi, ia hanya mengangguk.
Aku menurunkan nada suaraku dan menunduk lesu, "Ah, aku merasa sedih. Melihat reaksimu tampaknya, kau tidak suka berada di sekitarku."
"Mana mungkin!" Sanggahnya dengan cepat, "aku hanya merasa kau sangat populer dan gampang bergaul. Aku, aku senang kok mendengarmu bercerita." Ia menjelaskan dengan ekspresinya yang bercampur aduk.
Aku tertawa pelan, "Aku hanya bercanda. Aku suka melihat ekspresimu yang lebih ekspresif." Ian terdiam lalu mengalihkan pandangannya dariku, "ah ya, bolehkah aku lihat apa isi kotak yang kau kasih?" Tanyaku berusaha mengalihkan topik pembicaraan kami yang sepertinya canggung baginya.
Ia mengangguk dan menyerahkan kotak berwarna kuning putih. Aku membuka tutup kotak dan melihat sebuah kue yang...
"Ini... untukku?"
Ian memalingkan wajahnya dan mengangguk.
"Dekorasinya sangat... unik."
Aku menghargai kue yang ia buat, tapi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menoleh dan melihatnya tertunduk lesu. Aduh?
"Aku cobain ya!" Timpalku lagi dengan semangat.
Kujilat ujung sumpit yang sebelumnya aku pakai untuk memakan ggimbap dan memotong sebagian kecil dari kue yang krimnya tampak belepotan. Dengan semangat, kumasukkan potongan kue itu.
...
...
...
Kami saling menatap satu sama lain.
Luar bia- "Luar biasa! Enak banget?!" Pujiku tak tahan, "ini krimnya manisnya ga berlebihan, trus kuenya lembut, rasanya seperti kue yang dikukus bukan dipanggang. Lapisan krim mangga di dalamnya, mengimbangi rasa manis kuenya. Jadi seperti... bercampur di dalam mulut. Ini... enak banget?"
Dari setiap kata yang aku keluarkan, perlahan wajah Ian berubah. Ia menatapku dengan berbinar. Kutatap iris mata gelapnya, matanya bersinar. Bulu matanya yang panjang membingkai indah matanya, bagaimana bisa mata lelaki seindah ini?
Ding ding ding!
Ah! Aku mengalihkan wajahku yang terasa memanas. Menyembunyikan apa yang baru saja aku pikirkan di kepalaku. Aku yakin wajahku mengatakan segala isi pikiranku.
"Yuk balik!" Ucap kami bersamaan.
"Yuk!" Ucap kami lagi berbarengan.
Tawa kami menyembur, melihat betapa serasinya kami dalam menjawab. Kami membereskan hadiah-hadiah yang aku bawa. Aku rasa, aku harus berhenti terlalu memikirkan pendapat orang mengenaiku secara berlebihan.