8

151 21 9
                                    

Aku dan Ian berangkat menaiki bus yang langsung menuju ke sana. Ia mengenakan kaus putih dan celana abu-abu panjang serta sendal crocs yang membuatnya tampak setinggi diriku. Ia bersenandung pelan dari awal perjalanan dan sesering mungkin menatap diriku. Yang artinya, aku juga turut ketahuan memperhatikan dirinya.

Kami berdua memasuki area kolam renang dan mengambil tempat duduk untuk barang-barang kami. Aku memperhatikan sekeliling kami dan merasa tempat ini sudah cocok.

"Chio, ba- badanmu bagus," ungkapnya sesaat setelah aku membuka pakaianku, menyisakan celana renang.

Mendengar pujian dari bibirnya, aku yakin wajahku saat ini memerah, bahkan telingaku terasa panas, "Ini mungkin karena aku selalu olahraga. Tiap pagi sebelum berangkat sekolah, aku lari mengelilingi blok rumah," jelasku mencoba keluar dari situasi yang membuat pipiku merona.

Ian mengintip badannya dari balik bajunya, "Aku terlihat kurus dibandingkan dirimu." Namun, ia menggeleng sebentar dan segera membuka pakaiannya. Sama sepertiku, ia hanya menyisakan celana renangnya.

SIAL!

Aku mengalihkan wajahku dari badannya. Ia kurus dan kulitnya putih pucat, celana renangnya sedikit ketat menampilkan pinggulnya yang juga kecil. Aku langsung mengambil air minum dan meneguknya dengan cepat.

"Huwahhh, disini sangat panas. Aku harus langsung masuk ke kolam," ucapku langsung kabur dan masuk ke kolam.

Aku bisa merasakan penisku melakukan reaksi kurang wajar yang terjadi di tempat umum. Yang mana, ini tidak pernah terjadi padaku di tempat umum. Kenapa penisku bereaksi melihat badan Ian? Tidak bisa. Ini, astaga, pikiranku sangat kotor. Aku harap Ian tidak menyadarinya.

Aku melihat Ian memasukkan kedua kakinya ke dalam air dan duduk di pinggir kolam. Aku benci dengan mataku yang terus menatap pahanya yang memiliki sedikit bulu halus dan pucat.

"Aku pernah naik seluncuran yang itu dan yang itu," kataku sambil menunjuk 2 seluncuran besar di hadapan kami, "kau mau coba?" Tawarku. Mencoba mengalihkan perhatianku pada pahanya yang membuatku semakin tegang.

"Mungkin nanti, aku suka dengan panasnya matahari ini," jawabnya. Ia masuk ke kolam dan bergetar begitu merasakan dinginnya air kolam, "dingin..."

Aku harap aku mengajak teman yang lainnya saat ini. Aku tidak bisa berkonsentrasi pada apapun selain Ian.

Tanganku bergerak menyipratkan air kepadanya.

"Pfwahh! Chio!" Gerutunya.

Tangannya bergerak dan menyiramkan air berkali-kali padaku. Aku tertawa melihat balasannya yang tak seberapa dan segera memberikan perlawanan.

Kami tertawa cukup puas sampai berakhir kejar-kejaran di dalam kolam yang cukup ramai ini. Tawa Ian sangat lepas, ekspresi yang belum pernah ia tunjukkan padaku selama seminggu aku mengobrol dengannya. Tawanya tidak seperti yang ia lakukan sambil menutupi wajahnya. Ia terlihat bebas.

Ia berlari sembari tertawa melihatku yang sudah siap-siap menggelitiknya. Karena kesulitan, Ian naik keluar dari kolam dan terus berlari karena aku mengejarnya. Melihat kami berada di sisi kolam lainnya membuatku berhenti sekejap. Tunggu, kemana pembatas kolam ini?

"Ian, disitu dalam!" Pekikku.

Telat, Ian melompat ke dalam dan

menghilang.

Aku lupa kolam ini memiliki bagian yang lebih dalam dari sisi lainnya karena tidak ada tanda-tanda pembatas kolam. Aku melihat penjaga kolam yang berada di sisi lain. Tidak. Dia akan terlambat.

Aku langsung melompat dan menyelam menuju Ian yang terlihat kewalahan untuk naik. Aku menarik Ian dari dalam sana. Aku yakin ia panik. Dengan sekuat tenagaku, aku menarik Ian ke pinggir kolam.

Tanganku memegang tepi kolam dengan Ian memeluk leherku. Penjaga kolam ada di sana dan menarik Ian naik ke pinggir kolam. Wajah Ian terlihat tidak baik. Aku buru-buru ikut naik dan memegangi pipinya, mencoba membuatnya lebih tenang.

Aku harus tenang.

Saat ini, aku harus tenang.

Belum sempat penjaga kolam berbicara, aku menyerocos menanyakan keadaannya.

"Kau bisa bernapas? Paru-parumu terasa sesak? Atau mungkin lidahmu terasa pahit? Kau mau mengeluarkan air dari tubuhmu? Maaf aku lupa memberi tahu kalau kolam ini memiliki bagian yang langsung dalam. Aku lupa ada pembatas, kau tidak apa-apa? Coba tarik napas dan buang dengan perlahan haaa... huuu... haaa... huuu... sudah lebih baik? Kau mau minum? Aku bisa mengambilkan-"

Ian spontan memelukku.

"Yang tadi dapat berakhir buruk," ucapnya sambil terkekeh.

Aku menghela napas lega dan balas memeluknya, "Kau benar."

"Lain kali hati-hati ya," ujar penjaga kolam, "dan kerja bagus," pujinya padaku sambil menepuk punggungku.

I LIKE YOU? [ 15+ ; BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang