12

144 17 10
                                    

Aku? Menyukai Ian? Ini perasaan suka?

Aku tidak tahu. Aku belum pernah menyukai seseorang sebelumnya. Aku juga jarang membaca komik, novel, ataupun menonton adegan romantis. Kalau di film action barat yang sering aku lihat, mereka langsung ke bagian panasnya. Dan yang kulakukan juga sih...

Semua orang di sekitarku pun hanya kuanggap teman. Memang, ada beberapa teman perempuanku yang mengajakku berpacaran, seperti Ana, gadis yang memberiku surat di hari ulang tahunku. Tapi, aku tidak merasakan perasaan apapun.

Mereka adalah temanku.

"Suka ya..." aku mangut-mangut mencoba mengerti, "aku tidak pernah merasakan suka sebelumnya. Jadi, aku tidak yakin," tambahku.

Ian menghela napasnya dan memalingkan wajahnya.

"Tunggu, lihat aku!" Ucapku sambil menarik wajahnya untuk menghadap padaku. Ah, aku rindu wajahnya, "bisa kau jelaskan?" Pintaku.

"Uh, aku?" Ia tergagap.

"Iya, kau pernah menyukai seseorang?" Tanyaku.

Ian mengangguk pelan. Tangannya menurunkan tanganku dari pipinya, "kalau aku... saat ini aku menyukai seseorang. Saat aku menatap mata orang yang aku suka, aku langsung memalingkan wajahku," ucapnya dengan mata yang tertuju padaku.

Namun, ia menundukkan kepalanya dengan cepat, "itu karena aku akan merona. Aku takut ia mengetahui perasaanku. Kalau aku memegang tangannya, bersentuhan dengannya sekecil apapun, aku akan gugup dan tidak tahu harus bicara apa. Kalau aku berbicara dengannya, aku merasakan jantungku berdebar setiap ia membalas perkataanku. Setiap ia melakukan sesuatu, aku akan lebih sering memperhatikannya dan berusaha agar ia juga melihat ke arahku."

Aku mencoba mencerna apa yang ia katakan.

Semuanya, aku lakukan pada Ian.

Aku gugup saat merangkulnya, tapi lebih gugup dan gelisah saat dirinya dirangkul orang lain.

Aku memalingkan wajahku, setiap aku menatapnya, takut ketahuan wajahku merona.

Aku senang melihatnya berbicara walau hanya kalimat singkat yang ia keluarkan, karena aku suka memperhatikan gerak bibirnya.

Aku bahagia saat berjalan pulang bersamanya, mengobrol dengannya, bermain dengannya, dan berbicara lebih banyak hanya agar Ian memperhatikanku.

Tapi, Ian...

"Maafkan aku. Aku, aku pergi dulu." Aku memilih pergi dan menuju ruang UKS. Aku bisa menenangkan diriku disana. Jantungku berdegup kencang, aku yakin ini bukan karena aku berlari ke UKS. Aku takut pada perasaan baru ini.

"Pak, permisi, saya merasa tidak enak badan. Boleh minta obat dan izin tidur disini?" Tanyaku pada perawat penjaga UKS.

Pak Uza, perawat UKS, menyerahkan pil padaku, "Mungkin kau demam, wajahmu merah sekali. Ambil minum di tempat biasa. Langsung tiduran aja, biar Bapak yang isi formulirnya."

"Makasih, Pak."

Aku memilih ranjang yang ada di ujung, dekat dengan dispenser dan jendela. Kututup tirai di sekitar ranjangku dan merebahkan diriku.

Pikiranku tidak tenang akibat perasaan yang baru kusadari ini. Hanya saja, pikiranku tentang Ian jauh lebih mengacaukanku.

Kepada siapa Ian menunjukkan rasa sukanya? Jika aku yakin menyukainya, bagaimana bisa aku menerima kenyataan saat Ian menyukai orang lain?

Aku egois. Aku hanya peduli pada perasaanku, aku menciumnya karena aku menyukainya. Tapi, apa perasaan Ian saat aku menciumnya? Ia memiliki orang yang ia sukai, jelas saja ia marah. Apa mereka sudah pacaran? Atau lagi dekat? Tapi aku yang bukan siapa-siapa baginya, justru menciumnya dengan sembarangan.

Aku sudah patah hati bahkan sebelum aku menyadari perasaanku.

I LIKE YOU? [ 15+ ; BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang