6

203 22 7
                                    

"Chio, karaokean mau ga?" Ajak Arga padaku.

Aku mengangguk dan menoleh kepada Ian, "Kau mau ga?" Tanyaku. Melihat Ian mengangguk, aku beralih kepada anak-anak yang lainnya, "Gas!"

Hari ini adalah birthday treat-ku pada teman-temanku. Tidak banyak, kami hanya ada sekitar 8 orang disini. Mereka teman-teman yang cukup dekat padaku. Selain Arga, ada Galih, Yuzo, Kevin, Hima, dan Reggy. Dan juga Ian, yang merupakan teman baruku. Aku mengajaknya karena menyenangkan bergaul dengan anak ini, ia tidak banyak omong dan cepat sekali gugup, ekspresi gugupnya adalah salah satu favoritku.

Kurangkul bahu Ian dan mengajaknya masuk.

"Kevin, kau tidak perlu menyanyi hari ini, mending suaramu disimpan dan pendam saja bakatmu," suruhku.

Kevin langsung berbalik dan menatapku tidak percaya, "Heh?! Aku akan menyanyikan lagu spesial untukmu sayangku, hanya untukmuuu~" godanya sembari menoel-noel pipiku.

Aku tertawa menanggapinya. Habislah telinga kami hari ini. Aku menoleh ke arah Ian yang menunduk saja sedari tadi.

"Ian, kau sebaiknya menyiapkan telingamu. Suara Kevin sangat buruk, kau bahkan tidak percaya ia bisa mengeluarkan suara seperti itu," ocehku. Ian tersenyum tipis menanggapiku.

Kevin menatapku tajam, "Aku bisa mendengarmu, kau tahu?!" Kevin menatap Ian, "Ian, kau akan terpana padaku setelah mendengar suaraku, percayalah!" Yakinnya.

"Hei, jangan mengancam Ian!" Tanggap Yuzo.

"Itu bukan ancaman, puki!"

Aku melepaskan rangkulanku dari Ian dan memesan tempat karaoke. Aku menoleh ke arah mereka. Ian sekarang dirangkul oleh Kevin. Sementara mereka hanya tertawa, Ian hanya tersenyum kecil. Aku tidak tahu apa isi pikiran Ian, ia sangat sedikit berbicara dan ekspresinya tidak banyak berubah.

"Skuy!" Ajakku, "Kev, lepaskan tanganmu dari Ian. Sudah cukup kau mengancamnya dengan nyanyianmu."

"Huarghh! Akan kukeluarkan seluruh suaraku!" Kevin berteriak frustasi dan berjalan mendahului kami semua.

Aku kembali berjalan bersisian dengan Ian.

"Weh, aku sama Ian pergi beli minuman kaleng dulu ya," ucapku sambil menarik tangan Ian ke arah yang berlawanan.

"Leci samaku!"

"Aku sama Hima, orange ya!"

"Aku yang ada jelly-nya!"

"Aku samain aja!"

"Oke oke!" Tanggapku.

Setelah kami sampai di tempat yang agak sepi dan minim suara karaoke dari ruangan-ruangan lain, aku berhenti dan berbalik menghadap Ian.

"Apa kami membuatmu tidak nyaman?" Tanyaku.

Aku sebenarnya tidak cocok dengan orang yang sedikit bicara. Aku tidak bisa menebak perasaan mereka. Namun, Ian, membuatku penasaran. Aku bahkan tidak tahu mengapa.

"Tidak tidak, aku hanya tidak terbiasa berbicara dengan banyak orang," ungkapnya.

Aku mengangguk, mencoba memahami dan mencari solusi untuk Ian.

"Ah! Bagaimana kalau lain kali, kita berdua saja yang jalan." Tawarku.

Ia terbengong menatapku, "kita? Berdua?"

Aku memasang raut wajah sedihku, "Aahh... tampaknya hanya aku yang senang berteman denganmu. Aku juga sepertinya memaksamu untuk ikut kesini, aku sangat sedih~"

Ia tergagap, mulutnya membuka menutup, seakan ingin memberi penjelasan tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Sudah kubilang, ekspresinya yang seperti ini adalah favoritku. Kucoba menahan tawaku dan...

keinginanku untuk menciumnya.

Aku mau ngapain?

Aku bisa merasakan pipiku memanas. Kuhalangi netra Ian dengan satu tanganku.

Ini buruk. Aku belum pernah merasakan hal seperti ini.

 Aku belum pernah merasakan hal seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I LIKE YOU? [ 15+ ; BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang